AGI: Importasi gula harus dihentikan jelang masa giling
A
A
A
Sindonews.com - Asosiasi Gula Indonesia (AGI) menilai kegiatan importasi gula harus berhenti menjelang masa giling. Hal ini dilakukan agar harga gula di pasar tidak melonjak.
"Kenapa harus berhenti menjelang masa giling? Karena itu memberikan signal kepada market supaya waktu giling itu harga naik, karena produksi tebu pendek waktunya, sekitar Mei-Oktober. Itu banyaknya sekitar 2,7 juta ton dan dia tidak flat," ungkap Direktur Eksekutif AGI, Tito Pranolo di Jakarta (13/5/2014).
Tito menjabarkan, jika pada saat giling, impor itu masuk, reaksi pasar pasti akan negatif, kemudian harga pasti akan naik. Oleh sebab itu AGI tidak menganjurkan sama sekali untuk memperpanjang waktu importasi kalau sudah masuk masa giling karena akan membahayakan.
"Lalu stoknya? Ambil saja via domestik. Dan semestinya, Bulog itu tidak perlu memindahkan stoknya itu ke gudangnya mereka. Kecuali jika ingin dibawa keluar Jawa. Kalau di wilayah Jawa, ya taruh saja stoknya di PG (Pabrik Gula)," lanjut Tito.
Gula yang ditaruh di PG, kapan saja pemerintah mau mengeluarkan, maka tinggal dikeluarkan. Karena itu statusnya sudah dimiliki pemerintah. Dan ini penting jika pemerintah ingin memiliki kekuatan untuk sektor gula di pasar.
"Jadi sebagaimana importasi gula, harus sudah masuk 1 bulan sebelum giling. Kalau Bulog tidak bisa memenuhi sebesar 328 ribu ton sebaiknya Bulog tidak memaksakan untuk memperbanyak, karena akan mendistorsi pasar. Kalau Bulog mau, ikut lelang saja di perusahaan-perusahaan gula, kalau bagus, pasti menang. Memang, pengendali stok ini penting, Maka dari awal saya katakan, tidak mesti harus impor gula," tutup Tito.
"Kenapa harus berhenti menjelang masa giling? Karena itu memberikan signal kepada market supaya waktu giling itu harga naik, karena produksi tebu pendek waktunya, sekitar Mei-Oktober. Itu banyaknya sekitar 2,7 juta ton dan dia tidak flat," ungkap Direktur Eksekutif AGI, Tito Pranolo di Jakarta (13/5/2014).
Tito menjabarkan, jika pada saat giling, impor itu masuk, reaksi pasar pasti akan negatif, kemudian harga pasti akan naik. Oleh sebab itu AGI tidak menganjurkan sama sekali untuk memperpanjang waktu importasi kalau sudah masuk masa giling karena akan membahayakan.
"Lalu stoknya? Ambil saja via domestik. Dan semestinya, Bulog itu tidak perlu memindahkan stoknya itu ke gudangnya mereka. Kecuali jika ingin dibawa keluar Jawa. Kalau di wilayah Jawa, ya taruh saja stoknya di PG (Pabrik Gula)," lanjut Tito.
Gula yang ditaruh di PG, kapan saja pemerintah mau mengeluarkan, maka tinggal dikeluarkan. Karena itu statusnya sudah dimiliki pemerintah. Dan ini penting jika pemerintah ingin memiliki kekuatan untuk sektor gula di pasar.
"Jadi sebagaimana importasi gula, harus sudah masuk 1 bulan sebelum giling. Kalau Bulog tidak bisa memenuhi sebesar 328 ribu ton sebaiknya Bulog tidak memaksakan untuk memperbanyak, karena akan mendistorsi pasar. Kalau Bulog mau, ikut lelang saja di perusahaan-perusahaan gula, kalau bagus, pasti menang. Memang, pengendali stok ini penting, Maka dari awal saya katakan, tidak mesti harus impor gula," tutup Tito.
(gpr)