Investasi Migas Lebih Menggiurkan Dibanding Panas Bumi

Senin, 19 Mei 2014 - 17:41 WIB
Investasi Migas Lebih Menggiurkan Dibanding Panas Bumi
Investasi Migas Lebih Menggiurkan Dibanding Panas Bumi
A A A
JAKARTA - Pemerintah mengakui investasi di sektor minyak dan gas bumi (migas) lebih menguntungkan dibandingkan panas bumi. Minimnya ketertarikan sektor swasta menggarap proyek panas bumi lantaran keuntungan yang diperoleh tak sebanyak di industri hulu migas.

Direktur Panas Bumi, Dirjen Enegi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Kementerian ESDM Tisnaldi mengatakan, Investment Rate of Return (IRR) yang besar tanpa pengembalian seperti cost recovery di hulu migas membuat investor panas bumi enggan berinveatasi sektor ini.

Sehingga, pemerintah juga akan mengkaji pemberian insentif untuk menggairahkan para pengembang yang bergerak mengembangkan panas bumi.

"Investasi di migas masih menjadi primadona. Bagaimana tidak minyak dijual USD100 (Rp1.141.900) dengan beban biaya produksi per barel hanya USD20, jadi wajar," kata dia di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (19/5/2014).

Menurutnya, secara umum biaya investasi panas bumi bisa mencapai USD15 juta di luar dari kalkulasi untung rugi yang berkaitan dengan beban biaya dan tunjangan gaji karyawan.

"Mereka makanya enggan masuk investasi besar perhitungan IRR dan harus bayar jasa pekerja," ujarnya.

Dia mengatakan Sumber Daya Manusia di sektor ini masih minim. Hal itu karena gaji yang diberikan juga tidak sebesar di sektor migas. Sehingga banyak yang lebih tertarik ke hulu migas. "Kalau gajinya sama, mereka tentu tidak keberatan masuk proyek panas bumi," katanya.

Saat ini pemerintah tengah menyusun formula IRR yang pantas untuk proyek panas bumi. Penyusunan IRR dinilai tak boleh gegabah lantaran berkaitan dengan ketetapan kontrak dan proses audit.

"Kami sedang menyusun formula yang baik. PLN ini juga dilema karena menjadi single buyer. Ketika ada tender panas bumi, sejumlah pemenang tender mengeluh dengan ketetapan harga jual beli listrik," pungkasnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4622 seconds (0.1#10.140)