HMSP: Penutupan Pabrik Tak Pengaruhi Kinerja Keuangan
A
A
A
JAKARTA - PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) menegaskan bahwa dihentikannya kegiatan produksi dua pabrik Sigaret Kretek Tengah (SKT) milik perseroan di Jember dan Lumajang tidak berdampak material terhadap kinerja keuangan dan operasional perusahaan.
Corporate Secretary HMSP Maharani Djody Putri mengatakan, perseroan tetap berkomitmen mempertahankan kepemimpinnannya di industri sigaret Indonesia pasca ditutupnya dua pabrik tersebut dengan memproduksi dan memberikan produk kualitas terbaik kepada perokok dewasa.
"Selain itu, perseroan akan memperkuat posisi perseroan sebagai hub ekspor Asia Pasifik dalam beberapa tahun mendatang," kata dia dalam keterangannya di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI).
Perseroan, dia menambahkan, juga berkomitmen beroperasi di Indonesia bersama dengan 33.500 karyawan yang bekerja di lima pabrik SKT, tiga pabrik sigaret mesin dan 105 kantor area penjualan di seluruh Indonesia.
Perseroan akan melakukan penghentian kegiatan produksi di dua pabrik tersebut mulai akhir bulan ini atau 31 Mei 2014. Restruksturisasi operasional dua pabrik SKT menyebabkan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 4.900 pekerja di Jember dan Lumajang.
Sementara alasan perusahaan melakukan restrukturisasi operasional pabrik SKT lantaran menurunnya pangsa pasar segmen SKT secara terus menerus hingga 23,1 persen pada 2013 dari 30,4 persen pada 2009. Hal ini terjadi karena perubahan preferensi perokok dewasa dari sigaret kretek tangan ke sigaret kretek mesin dengan filter.
Dia menjelaskan, penurunan pangsa pasar pada tahun lalu merupakan penurunan terbesar, yang belum pernah dialami perusahaan sebelumnya, sehingga memberikan dampak sangat signifikan bagi kinerja merek-merek SKT perusahaan.
Volume penjualan perseroan mengalami penurunan sebesar 13 persen pada 2013. Adapun total volume SKT industri terus mengalami penurunan hingga kuartal I tahun ini mencapai 16,1 persen.
"Kami tidak melihat akan adanya perubahan tren pada segmen SKT dalam waktu dekat," ujar dia.
Corporate Secretary HMSP Maharani Djody Putri mengatakan, perseroan tetap berkomitmen mempertahankan kepemimpinnannya di industri sigaret Indonesia pasca ditutupnya dua pabrik tersebut dengan memproduksi dan memberikan produk kualitas terbaik kepada perokok dewasa.
"Selain itu, perseroan akan memperkuat posisi perseroan sebagai hub ekspor Asia Pasifik dalam beberapa tahun mendatang," kata dia dalam keterangannya di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI).
Perseroan, dia menambahkan, juga berkomitmen beroperasi di Indonesia bersama dengan 33.500 karyawan yang bekerja di lima pabrik SKT, tiga pabrik sigaret mesin dan 105 kantor area penjualan di seluruh Indonesia.
Perseroan akan melakukan penghentian kegiatan produksi di dua pabrik tersebut mulai akhir bulan ini atau 31 Mei 2014. Restruksturisasi operasional dua pabrik SKT menyebabkan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 4.900 pekerja di Jember dan Lumajang.
Sementara alasan perusahaan melakukan restrukturisasi operasional pabrik SKT lantaran menurunnya pangsa pasar segmen SKT secara terus menerus hingga 23,1 persen pada 2013 dari 30,4 persen pada 2009. Hal ini terjadi karena perubahan preferensi perokok dewasa dari sigaret kretek tangan ke sigaret kretek mesin dengan filter.
Dia menjelaskan, penurunan pangsa pasar pada tahun lalu merupakan penurunan terbesar, yang belum pernah dialami perusahaan sebelumnya, sehingga memberikan dampak sangat signifikan bagi kinerja merek-merek SKT perusahaan.
Volume penjualan perseroan mengalami penurunan sebesar 13 persen pada 2013. Adapun total volume SKT industri terus mengalami penurunan hingga kuartal I tahun ini mencapai 16,1 persen.
"Kami tidak melihat akan adanya perubahan tren pada segmen SKT dalam waktu dekat," ujar dia.
(rna)