Pemerintah Ajukan Perubahan Asumsi Makro 2015

Selasa, 20 Mei 2014 - 14:46 WIB
Pemerintah Ajukan Perubahan Asumsi Makro 2015
Pemerintah Ajukan Perubahan Asumsi Makro 2015
A A A
JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengajukan perubahan sejumlah asumsi dasar ekonomi makro 2015, yang dijadikan landasan bagi penyusunan arah program kerja dan kebijakan di tahun tersebut.

Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri mengatakan, laju pertumbuhan ekonomi 2015 diperkirakan akan lebih baik dibanding 2014, yang berada pada angka 5,5-6,0%.

"Selain dukungan faktor eksternal, lebih baiknya pertumbuhan ekonomi didorong membaiknya stabilitas dan fundamental ekonomi. Serta berlanjutnya kebijakan struktural untuk mengatasi masalah kendala penawaran dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang kuat, berkelanjutan, dan berimbang," ujarnya dalam Rapat Paripurna di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (20/5/2014).

Laju inflasi pada 2015, kata dia, diperkirakan berada pada kisaran 4% ± 1%. Upaya menjaga inflasi ini didukung dengan menjamin pasokan kebutuhan masyarakat, dukungan perbaikan distribusi barang kebutuhan ke seluruh pelosok nusantara, serta optimalisasi instrumen moneter dan fiskal dalam rangka menjaga stabilitas harga.

"Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di 2015 masih akan dipengaruhi oleh bauran beberapa faktor yang berasal dari luar dan dalam negeri," imbuhnya.

Atas memperhitungkan berbagai risiko dan peluang di faktor eksternal, perkiraan penguatan neraca pembayaran, dan langkah bauran kebijakan makroprudensial yang terkoordinasi antara pemerintah, Bank Indonesia (BI), dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), nilai tukar rupiah di 2015 diperkirakan bergerak relatif stabil pada kisaran Rp11.500-Rp12.000/USD.

"Sementara untuk suku bunga SPN (Surat Perbendaharaan Negara) tiga bulan, pada 2015 diperkirakan akan berada pada rentang 6,0% hingga 6,5%, atau sedikit lebih tinggi dari perkiraan 2014," ujar Chatib.

Selanjutnya, harga rata-rata minyak ICP diperkirakan pada kisaran USD95 hingga USD110 per barel. Untuk lifting minyak dan gas bumi diperkirakan mencapai 2.100 hingga 2.170 ribu barel.

"Meningkatnya permintaan minyak seiring dengan peningkatan kebutuhan energi dan dalam rangka pemulihan ekonomi global, diperkirakan akan diimbangi oleh tambahan pasokan minyak dunia. Selain itu, pemasangan pipa baru diperkirakan akan menurunkan biaya distribusi ke pusat penyulingan minyak di Gulf Coast," pungkas Menkeu.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5066 seconds (0.1#10.140)