IPA: Era Mudah Mencari Migas Berakhir
A
A
A
JAKARTA - Presiden Indonesia Petroleum Association (IPA) Loekman Mahfoedz mengeluh semakin sulitnya mencari sumur minyak baru di Indonesia. Para pelaku industri hulu minyak dan gas (migas) harus lari ke laut dalam untuk mencari migas.
Sementara untuk mencari migas di laut dalam membutuhkan biaya besar, mengingat dibutuhkan teknologi canggih dan sumber daya manusia (SDM) dengan keahlian cukup.
“Sekitar 75% ada di laut dalam, sedangkan untuk melakukan ekplorasi butuh biaya yang tidak sedikit. Sementara era mudah mencari minyak dan gas sudah berakhir,” kata dia ada Pameran Industri Migas di Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu (21/5/2014).
Karena itu, dia meminta kepada pemerintah untuk memberikan kemudahan dalam mengembangkan eksplorasi di laut dalam. Pasalnya, jika dilihat selama empat tahun terakhir ini sulit menemukan cadangan minyak baru di Indonesia.
“Empat tahun terakhir, kita hanya menambah 8 juta barel setara minyak. Sementara rata-rata di negara lain tambahan minyaknya mencapai 20-30 juta barel setara minyak,” pungkasnya.
Sementara Wakil Presiden Boediono meminta lintas sektor kementerian menjaga investasi di sektor hulu migas dengan cara meminimalisir hambatan dan keluhan investor, seperti lamanya perizinan saat eksplorasi dan eksploitasi migas. Hal itu harus dibenahi agar tidak menggangu iklim investasi di Tanah Air.
Sementara untuk mencari migas di laut dalam membutuhkan biaya besar, mengingat dibutuhkan teknologi canggih dan sumber daya manusia (SDM) dengan keahlian cukup.
“Sekitar 75% ada di laut dalam, sedangkan untuk melakukan ekplorasi butuh biaya yang tidak sedikit. Sementara era mudah mencari minyak dan gas sudah berakhir,” kata dia ada Pameran Industri Migas di Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu (21/5/2014).
Karena itu, dia meminta kepada pemerintah untuk memberikan kemudahan dalam mengembangkan eksplorasi di laut dalam. Pasalnya, jika dilihat selama empat tahun terakhir ini sulit menemukan cadangan minyak baru di Indonesia.
“Empat tahun terakhir, kita hanya menambah 8 juta barel setara minyak. Sementara rata-rata di negara lain tambahan minyaknya mencapai 20-30 juta barel setara minyak,” pungkasnya.
Sementara Wakil Presiden Boediono meminta lintas sektor kementerian menjaga investasi di sektor hulu migas dengan cara meminimalisir hambatan dan keluhan investor, seperti lamanya perizinan saat eksplorasi dan eksploitasi migas. Hal itu harus dibenahi agar tidak menggangu iklim investasi di Tanah Air.
(rna)