Daging Oplosan Mulai Muncul Saat Ramadan

Rabu, 02 Juli 2014 - 21:50 WIB
Daging Oplosan Mulai Muncul Saat Ramadan
Daging Oplosan Mulai Muncul Saat Ramadan
A A A
JAKARTA - Kebutuhan daging ayam dan sapi dipastikan meningkat selama bulan Ramadan hingga hari raya Lebaran. Akibatnya, daging oplosan pun bermunculan.

Di Jakarta Barat, selama bulan Ramadhan, kebutuhan daging ayam mencapai 60.000 ekor per hari dari yang biasanya hanya 50.000 ekor perhari. Begitu juga dengan daging sapi yang biasanya hanya 20 ton per hari, di bulan Ramadhan ini mencapai 70 ton per hari.

Kasie Pengawasan dan Pengendalian Sudin Peternakan Jakarta Barat, Panghutan Nahot mengatakan setiap masuk bulan Ramadhan, peningkatan permintaan daging memang selalu meningkat. Kendati demikian, penyediaan stok daging tidak mengalami kendala. Sebab, pihaknya sudah mengantisipasinya dari jauh-jauh hari.

"Peningkatan permintaan daging ini berdasarkan pantauan kami di sejumlah pasar Jakarta Barat," kata Panghutan Nahot di lingkungan Walikota Administrasi Jakarta Barat, kemarin.

Panghutan menjelaskan, meski peningkatan permintaan naik dan stok daging tersedia, biasanya kenaikan harga di pasar tetap terjadi di bulan Ramadhan ini. Menurutnya hal tersebut sudah biasa terjadi di bulan-bulan tertentu seperti bulan Ramadhan ini.

Berdasarkan pengamatanya, lanjut Panghotan, saat ini untuk harga daging ayam boiler per ekor sudah mencapi Rp40.000 dan akan terus meningkat hingga Rp50.000 per ekornya. Padahal harga normal per ekornya hanya Rp30.000. Sementara untuk harga daging sapi saat ini sudah mencapai Rp100.000 per kilogram, bahkan biasanya jelang H-7 lebaran bisa mencapai di kisaran Rp120-150.000 per kilogram.

"Kenaikan harga itu semua diatur mekanisme pasar, jadi harga tersebut ditentukan harga dari rumah potongnya. kami hanya mengawasi saja dan merekomendasikannya kepada Bulog. Bulog lah yang kemudian akan melakukan operasi pasar," jelasnya.

Dengan meningkatnya permitaan dan harga daging tersebut, kata Panghutan biasanya banyak oknum-oknum tidak bertanggung jawab yang mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan mengoplos kedua daging ini.

"Umumnya seminggu sebelum hari H, banyak konsumen daging yang tertipu daging oplosan tersebut. Sebab, sangat sulit dibedakan kalau dilihat secara tampilan visual," ungkapnya.

Biasanya untuk daging ayam bangkai atau tiren, tegas panghutan banyak konsumen tertipu saat sudah diberikan bumbu kuning oleh penjual. Mereka para pedagang ayam tersebut, biasanya berjualan langsung menghampiri pemukiman warga dengan menggunakan sepeda maupun motor dan ada box di dalamnya.

Kejadian ini seringkali detemukan, namun lantaran malasnya masyarakat untuk mengadu, peredaran ayam tiren tetap terus bermunculan saat bulan Ramadhan.

"Kalau sudah diberi bumbu gitu agak susah ngebedainnya, tetapi mudah ditebak karena harganya murah, per potong cuma dijual Rp2.500-Rp3.000," ungkapnya.

Sedangkan untuk daging sapi yang dicampur dengan daging celeng, Panghutan menyarankan agar konsumen melihat terlebih dahulu adanya wadah/ember di bawah dagingnya. Kalau memang ada, jelas itu dicampur dengan daging celeng. Daging celeng tersebut, dicampur dengan darah sapi yang ada di ember tersebut.

Adapun modusnya, lanjut. Panghutan, biasanya pedagang memberikan daging sapi asli yang digantung hanya seperempat dan digabungkan dengan daging celeng yang ada diember tersebut hingga menjadi satu kilogram. Sementara, untuk oplosan daging babi peliharaan dengan daging sapi biasanya banyak beredar di supermarket-supermarket.

"Di supermarket, masyarakat tertipu karena dikemas dalam stereofoam, serta sudah beku. Jadi susah dibedakan, pembeli juga enggak bisa megang, tapi biasanya daging babi peliharaan berwarna pucat," katanya.

Sementara itu, Kasie Peternakan Sudin Peternakan dan Perikanan Jakarta Barat, Rahmat Manendar mengatakan, umunya daging celeng itu didapat dari wilayah Sumatera seperti Jambi, Palembang dan Bengkulu dari hasil berburu. Harga asli dari sana dengan kualitas nomor 1 dengan harga Rp 28.000 per kilogram.

Sesampainya di Jakarta, kata Rahmat, harga daging babi celeng itu bisa mencapai Rp60.000 per kilogram. Dengan beda harga sekitar 50% tersebut, tidak heran para penjual rela mengoplos daging sapi dengan daging celeng. "Biasanya para pedagang daging oplosan mendapat keuntungan lebih dari Rp5.000 per kilogram," ujarnya.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5375 seconds (0.1#10.140)