Mitra Koperasi Cipaganti Sepakat Berdamai

Rabu, 16 Juli 2014 - 17:02 WIB
Mitra Koperasi Cipaganti Sepakat Berdamai
Mitra Koperasi Cipaganti Sepakat Berdamai
A A A
JAKARTA - Kemelut dalam kaitan Koperasi Cipaganti Karya Guna Persada (KCKGP) akhirnya mendapat titik cerah setelah Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) memfasilitasi pengambilan keputusan berdasarkan voting para mitra koperasi.

Dari 3.359 mitra yang hadir dalam pengadilan tersebut hanya 82 orang yang menolak untuk berdamai. Dengan kata lain, mayoritas mitra setuju untuk berdamai dan membentuk perusahaan baru (new company) untuk menyelesaikan kemelut koperasi tersebut.
Kemelut terjadi karena koperasi tersebut gagal bayar laba sejak beberapa bulan terakhir, sehingga para mitra mengadukan pengurus koperasi yang beberapa di antaranya juga adalah pengurus di PT Cipaganti Citra Graha Tbk (CCGT).

Kemelut itu makin berat setelah koperasi dibekukan dan pengurus ditahan setelah diadukan ke Polda Jabar. Dengan demikian perusahaan yang bernaung di bawah bendera Cipaganti terpengaruh.

Corporate Secretary PT Cipaganti Citra Graha Tbk (CPGT), Toto Moeljono mengaku lega atas hasil voting di antara mitra yang memutuskan untuk mendirikan new company sebagai solusi perdamaian dan penyelesaian masalah.

"Kami mendukung perkembangan ini dan akan bekerja keras untuk ikut secara langsung atau tidak langsung dalam penyelesaiannya, sesuai kapasitas kami sebagai perusahaan terbuka. Diharapkan kepercayaan publik kepada grup perusahaan itu akan pulih," jelasnya dalam keterangan tertulis, Rabu (16/7/2014).

KCKGP dan CPGT merupakan dua bidang usaha didalam satu payung brand Cipaganti Group, namun secara hukum adalah dua badan hukum terpisah serta memiliki dua bidang usaha yang berbeda. Salah satu yang menyebabkan seakan-akan KCKGP dan CPGT menjadi satu karena sebagian besar pengurus KCKGP menjadi pengurus di CPGT.

Bisnis CPGT berkembang karena mengikuti terjadinya pertumbuhan ekonomi Indonesia selama tiga tahun terakhir di atas 6% dengan adanya pertumbuhan itu terciptanya suatu masyarakat yang membutuhkan jasa pelayanan di bidang transportasi.

"Untuk suatu negara yang akan tumbuh menjadi negara modern dari negara yang berkembang maka transportasi yang menjadi salah satu 'value driver' pertumbuhan ekonomi. Di dalam ekonomi modern kebutuhan akan transportasi sudah memiliki posisi seperti kebutuhan bahan pokok. Di mana, dahulu kita tahu ada tiga kebutuhan mendasar, sandang pangan dan papan, saat ini transportasi juga sudah menjadi kebutuhan pokok," paparnya.

Selama ini, kata Toto, respon yang terjadi dapat dibagi dalam dua hal yakni masalah internal dan masalah eksternal, untuk penanganan masalah internal maka secara intensif dilakukan koordinasi terhadap seluruh jajaran organisasi.

Untuk hal-hal khusus seperti legal, kemananan dan public relations diperkuat dengan melakukan outsourcing kepada pihak ketiga.

Sementara, untuk eksternal yaitu memberikan penjelasan kepada otoritas/pemerintah dan stakeholder atas langkah-langkah strategis yang diambil dan dilaksanakan agar menjamin going concern dari perseroan.

Strategi jangka pendek yang dilakukan CPGT adalah memprioritaskan terlaksananya semua perencanaan yang telah diambil perseroan walaupun adanya krisis.
Untuk jangka panjang perseroan akan mengambil hikmah dari peristiwa yang terjadi serta melihat dari hasil evaluasi terhadap seluruh komponen bisnis yang dimiliki.

"Maka perseroan pasti dapat memperkuat komponen bisnis yang telah dimiliki serta kemungkinan untuk membuat bisnis baru yang bisa bersinergi dengan bisnis yang telah ada," pungkasnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6054 seconds (0.1#10.140)