Roda Vivatek Stop Operasional Pabrik Citeureup
A
A
A
JAKARTA - Perusahaan tekstil yang memproduksi kain tenun filament polister, PT Roda Vivatex Tbk menyetop sementara kegiatan operasional pabrik tekstilnya di Citeureup, Cibinong.
Direktur Utama Roda Vivatex Wiriady Widjaja mengatakan, penghentian operasional pabrik tersebut lantaran perusahaan masih terus merugi, meski sudah melakukan sejumlah upaya untuk menekan kerugian akibat naiknya tarif dasar listrik (TDL).
"Setelah melakukan berbagai upaya untuk menyelamatkan usaha tekstil, namun apa daya usaha tersebut mengalami kerugian terus," kata dia dalam keterangannya, Senin (21/7/2014).
Dia menjelaskan, ketidakpastian berbisnis dan sepinya permintaan mendorong perusahaan mengambl keputusan untuk menutup sementara pabrik tersebut. Sementara bagi karyawan yang diberhentikan diberikan uang pesangon atau kebijaksanaan dan uang Tunjangan Hari Raya (THR).
Sebelumnya dia sempat menuturkan, kenaikan TDL sejak Mei tahun ini, diikuti anjloknya rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) ditambah naiknya harga bahan baku sangat membebani kinerja perusahaan.
Bahkan kebijakan perusahaan memangkas karyawan lebih dari 50% secara bertahap dan mengurangi produksinya hingga 50% belum mampu membantu perusahaan mengurangi kerugian.
Sekedar informasi, pemerintah menerapkan kenaikan TDL industri, terutama golongan I-3 (di atas 200kVA) khusunya perusahaan publik dan I-4 (di atas 30 ribu kVA) mulai 1 Mei 2014. Kenaikan TDL dilakukan bertahap tiap dua bulan sekali hingga Desember 2014. Adapun kenaikan TDL golongan I-3 sebesar 38,9% dan I-4 mencapai 64,7%.
Direktur Utama Roda Vivatex Wiriady Widjaja mengatakan, penghentian operasional pabrik tersebut lantaran perusahaan masih terus merugi, meski sudah melakukan sejumlah upaya untuk menekan kerugian akibat naiknya tarif dasar listrik (TDL).
"Setelah melakukan berbagai upaya untuk menyelamatkan usaha tekstil, namun apa daya usaha tersebut mengalami kerugian terus," kata dia dalam keterangannya, Senin (21/7/2014).
Dia menjelaskan, ketidakpastian berbisnis dan sepinya permintaan mendorong perusahaan mengambl keputusan untuk menutup sementara pabrik tersebut. Sementara bagi karyawan yang diberhentikan diberikan uang pesangon atau kebijaksanaan dan uang Tunjangan Hari Raya (THR).
Sebelumnya dia sempat menuturkan, kenaikan TDL sejak Mei tahun ini, diikuti anjloknya rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) ditambah naiknya harga bahan baku sangat membebani kinerja perusahaan.
Bahkan kebijakan perusahaan memangkas karyawan lebih dari 50% secara bertahap dan mengurangi produksinya hingga 50% belum mampu membantu perusahaan mengurangi kerugian.
Sekedar informasi, pemerintah menerapkan kenaikan TDL industri, terutama golongan I-3 (di atas 200kVA) khusunya perusahaan publik dan I-4 (di atas 30 ribu kVA) mulai 1 Mei 2014. Kenaikan TDL dilakukan bertahap tiap dua bulan sekali hingga Desember 2014. Adapun kenaikan TDL golongan I-3 sebesar 38,9% dan I-4 mencapai 64,7%.
(rna)