Laba bersih CIMB Niaga Turun Tipis

Kamis, 24 Juli 2014 - 15:50 WIB
Laba bersih CIMB Niaga Turun Tipis
Laba bersih CIMB Niaga Turun Tipis
A A A
JAKARTA - PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) hari ini melaporkan perolehan laba bersih konsolidasi (unaudited) sebesar Rp1,95 triliun pada enam bulan pertama tahun 2014, atau turun sebesar 8,5% dari periode yang sama 2013 Rp2,13 triliun.

Perolehan laba bersih ini menghasilkan earning per share (EPS) sebesar Rp77,7 dan return on equity (ROE) sebesar 14,5%.

Presiden Direktur CIMB Niaga Arwin Rasyid mengatakan, penurunan laba bersih tersebut disebabkan peningkatan yang tidak signifikan pada pendapatan bunga bersih sebesar 4,0% dan penurunan pada fee income menjadi sebesar Rp1,51 triliun (turun 5,9%) sebagai dampak dari kondisi operasional yang semakin menantang.

“CIMB Niaga tetap mempertahankan posisinya sebagai bank terbesar kelima di Indonesia dari sisi aset dengan total aset sebesar Rp224,84 triliun, tumbuh 11,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp202,20 triliun,” ungkap dia di Jakarta, Kamis (24/7/2014).

Dia melanjutkan, di tengah iklim usaha yang sulit, dengan adanya tekanan likuiditas, melemahnya rupiah, peningkatan suku bunga, serta pengaruh dari pelaksanaan pemilihan umum, CIMB Niaga tetap mempertahankan pertumbuhan aset yang seiring dengan kemampuan meningkatkan jumlah simpanan dengan biaya yang reasonable, serta secara ketat memonitor kualitas aset.

Dengan keragaman produk simpanan yang kompetitif, termasuk peluncuran produk tabungan terbaru yaitu Tabungan Pendidikan Xtra pada April 2014, CIMB Niaga mencatat perolehan dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh 10,6% menjadi sebesar Rp165,83 triliun per akhir Juni 2014.

Current account dan savings account meningkat 12,0% menjadi Rp75,49 triliun, sementara deposito dan structured deposits tumbuh 9,4%. Menurutnya, hasil ini berdampak terhadap rasio CASA CIMB Niaga yang meningkat 58 basis points (bps) year on year menjadi 45,5%.

CIMB Niaga mampu menjaga pertumbuhan biaya operasional sebesar 8,6%, sesuai dengan inflasi dan standar upah minimum di Indonesia.

“Penurunan pendapatan operasional meningkatkan rasio cost to income menjadi sebesar 51,66% untuk periode 6 bulan yang berakhir 30 Juni 2014,” imbuhnya.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5485 seconds (0.1#10.140)