Konsumsi BBM Bengkak Bukan karena Jumlah Kendaraan
A
A
A
JAKARTA - Pengamat Ekonomi dari Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri menegaskan, membengkaknya konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi tidak berhubungan dengan meningkatnya pengguna kendaraan bermotor.
Menurutnya, faktor utama dari membengkaknya kuota BBM bersubsidi dikarenakan produksi minyak mentah yang terus mengalami penurunan. Sehingga memengaruhi perolehan pasokan crude di dalam negeri.
Di samping itu, minimnya kapasitas kilang minyak nasional membuat Indonesia kerap melakukan impor produk BBM.
"Produksi minyak sudah di bawah 800.000 barel. Harga minyak naik terus, konsumsi BBM naik terus. Impor minyak mentah dan produk BBM nambah. Agak aneh kalau mennyalahkan jumlah produksi kendaraan bermotor," kata di di Jakarta, Selasa (12/8/2014).
Dia meformulasikan, pada kepemilikan mobil per 1.000 orang di Indonesia, maka jumlah kendaraan hanya 69 unit. Jika dibandingkan negara Afrika Selatan dengan formula serupa, maka kepemilikan mobil sebanyak 65 unit.
"Thailand dan Malaysia saja 300 sekian bila dihitung berdasarkan per 1.000 orang. Density berdasarkan kendaraan itu sebenarnya kecil sekali jika dikaitkan ke BBM," ujarnya.
Faisal menyebut, banyaknya jumlah kendaraan bukanlah menjadi patokan utama penyebab meningkatnya penyerapan BBM bersubsidi. Permasalahan krusial sebenarnya adalah infrastruktur yang minim dibangun.
"Karena infrastrukturnya enggak kebangun, macet di mana-mana sehingga membuat boros BBM. Jadi jumlah mobil itu bukan masalah utamanya," kata dia.
Menurutnya, faktor utama dari membengkaknya kuota BBM bersubsidi dikarenakan produksi minyak mentah yang terus mengalami penurunan. Sehingga memengaruhi perolehan pasokan crude di dalam negeri.
Di samping itu, minimnya kapasitas kilang minyak nasional membuat Indonesia kerap melakukan impor produk BBM.
"Produksi minyak sudah di bawah 800.000 barel. Harga minyak naik terus, konsumsi BBM naik terus. Impor minyak mentah dan produk BBM nambah. Agak aneh kalau mennyalahkan jumlah produksi kendaraan bermotor," kata di di Jakarta, Selasa (12/8/2014).
Dia meformulasikan, pada kepemilikan mobil per 1.000 orang di Indonesia, maka jumlah kendaraan hanya 69 unit. Jika dibandingkan negara Afrika Selatan dengan formula serupa, maka kepemilikan mobil sebanyak 65 unit.
"Thailand dan Malaysia saja 300 sekian bila dihitung berdasarkan per 1.000 orang. Density berdasarkan kendaraan itu sebenarnya kecil sekali jika dikaitkan ke BBM," ujarnya.
Faisal menyebut, banyaknya jumlah kendaraan bukanlah menjadi patokan utama penyebab meningkatnya penyerapan BBM bersubsidi. Permasalahan krusial sebenarnya adalah infrastruktur yang minim dibangun.
"Karena infrastrukturnya enggak kebangun, macet di mana-mana sehingga membuat boros BBM. Jadi jumlah mobil itu bukan masalah utamanya," kata dia.
(izz)