Kaus Semarangan Karya Raya Tembus Pasar Korea

Senin, 08 September 2014 - 10:19 WIB
Kaus Semarangan Karya...
Kaus Semarangan Karya Raya Tembus Pasar Korea
A A A
KREATIVITAS memang tanpa batas. Media apa pun bisa digunakan untuk menunjukkan kreativitas. Bahkan tak jarang dari hasil kreativitas bisa menghasikan pundi-pundi rupiah.

Hal itulah yang dilakukan oleh seorang Sukriyadi. Tangan dinginnya mampu, mendesain kaus asli Semarangan, yang diberi merek “Karya Raya”.

Kausnya mungkin tidak jauh beda dengan kaus-kaus lain yang ada di pasaran. Namun ada yang unik dari kaus desain karya Sukriyadi atau yang lebih dikenal Sukartoen ini. Keunikan itu ada pada desainnya yang mengusung konsep adaptasi tokoh perwayangan, yang digambarnya sendiri, dengan ciri khas goresan tangan, atau menggunakan sketsa manual.

Sketsanya menggunakan pensil dan kertas polos biasa seperti HVS. Ituah yang membedakan dengan produk lain, mengingat saat ini banyak beredar di pasaran kaus-kaus asli Semarangan. Yang lebih menarik, adalah karya Sukriyardi ini selalu tampil dengan konsep plesetan menggelitik dengan mengadopsi tokoh-tokoh pewayangan.

Menurut Sukriyardi, cerita atau karikatur yang ditampilkan sang tokoh sudah diolah menjadi cerita masa kini, sehingga hasilnya menjadi fresh dan tentunya menarik serta menggelitik.

Misalnya, gaya pacarannya tokoh Rama dan Shinta, yang cara komunikasinya digambarkan menggunakan iPad. Lukisan Petruk versus Cakil, di mana Petruk terlihat pede dengan panjang hidungnya, sedangkan Cakil panjang giginya. Mahkota wayang dimodifikasi jadi helm SNI.

Selain itu, juga ada Jaka Tarub sedang sibuk mengambil gambar pakai kamera DSLR. Selain tokoh pewayangan, desain Sukriyardi lain, seperti Lawang Sewu, Tugu Muda, Kota Lama, dan lainnya yang berkaitan dengan kebudayaan lokal Semarang. Desain terbarunya adalah warak ngendok.

Karyanya teriinspirasi agar mampu mengangkat kesenian Semarang, yang hampir punah. "Kami juga mempunyai misi membesarkan nama Semarang," kata dia.

Dia mengaku, sengaja memilih mengadaptasi tokoh pewayangan karena dirinya juga ingin mengenalkan tokoh pewayangan kepada generasi muda, yang selama ini mulai melupakan kebudayaan terutama wayang.

“Dengan diolah lebih segar, memiliki arti tersendiri, dan tentunya akan lebih menarik,” ujar dia.

Dia menuturkan, ide menampilkan plesetan tokoh pewayangan, mengalir seperti sederhananya kehidupan sehari-hari. Biasanya muncul melalui pendekatan dengan komunitas-komunitas yang ada di Kota Semarang.

“Apa yang ada di sekeliling kita bisa menjadi ide,” kata lulusan SMK Grafika tahun 1997 ini.

Sukriyadi telah malang melintang di dunia desain kaus oblong sejak tahun 2011 silam ini mengaku, meski desain kausnya bernuansa lokal, namun peminatnya tidak hanya dari lokal Semarang, bahkan ada yang dari mancanegara. Salah satunya adalah dari Korea, sehingga hasil karyanya itu telah diekspor ke Negeri Gingseng.

“Peminatnya justru banyak yang dari luar," ungkap dia.

Dia mengaku, sebenarnya di Kota Semarang belakangan ini banyak kreator-kreator kaus bermunculan. Hanya saja, dengan cepat tenggelam. Hal itu karena tidak adanya konsistensi dan kreativitas yang terus mengikuti perubahan zaman.

“Selama ini ada banyak yang membuat kaus Semarangan tapi hanya sesaat dan tidak memiiki karakter yang kuat, sehingga ketika ada produk baru akan mudah tenggelam,” imbuhnya.

Marketing dari kaus Karya Raya Novi Prastiyawan mengatakan, kaus Karya Raya mempunyai basecamp kreatif di Jalan Villa Mulawarwan Kavling No 90 Semarang. Adapun pemasaran kaus ini lebih sering melalui online by order.

“Harganya antara Rp80.000-Rp125.000. Bisa dipesan melalui website kami, www.karyaraya.co.id, pemesan juga bisa me-request gambar sesuai dengan yang diinginkan," ujarnya.
(aww)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0815 seconds (0.1#10.140)