Industri Pembiayaan Andalkan Joint Financing
A
A
A
JAKARTA - Pelaku multifinance memprediksi kenaikan penggunaan pembiayaan bersama (joint financing/JF) dengan perbankan di tahun depan.
Alasan efisiensi risiko dan ketatnya likuiditas menjadi alasan memilih strategi tersebut.
Direktur Utama Mandiri Tunas Finance Ignatius Susatyo Wijoyo mengatakan, penggunan JF telah mengalami peningkatan beberapa tahun terakhir. Tahun ini porsi JF dari total nilai pembiayaan meningkat menjadi 70% dari 60% di tahun lalu.
"Porsinya naik menjadi 70% tahun ini. Total JF kami mencapai Rp12,5 triliun dari Rp16 triliun target pembiayaan tahun ini," ujarnya saat dihubungi di Jakarta, Senin (15/9/2014).
Dia mengatakan, peningkatan JF didorong kebijakan uang muka (down payment) mobil dari konsumen sebesar 30% ternyata diterima pasar.
Hal tersebut didorong tren mobil penumpang LCGC yang terus tumbuh. Sehingga perseroan tetap membutuhkan pendanaan yang lebih baik.
"Dari sisi funding lebih baik dengan JF. Karena debt equity ratio (DER) kita akan terjaga. DER akan terganggu kalau menggunakan pinjaman ke bank," terangnya.
Menurutnya, tahun depan dipastikan porsi JF akan terus naik walaupun belum ada nilai pasti. Faktor likuiditas yang ketat akan mendorong hal tersebut.
"Pasti naik karena efek likuiditas bank yang ketat. Satu bank saja dengan bank induk. Ini lebih menguntungkan bisnis multifinance," ujar Ignatius.
Direktur Keuangan PT Adira Dinamika MultiFinance Tbk, I Dewa Made Susila mengatakan, target pendanaan dari JF tahun depan akan meningkat.
Tahun ini induk usaha perseroan, PT Bank Danamon Tbk, mengucurkan hingga Rp20 triliun. Namun di semester kedua tahun ini perseroan sudah menyiapkan tambahan pembiayaan dari Bank Commonwealth senilai Rp2 triliun.
"Tambahan joint financing ini kami siapkan untuk digunakan tergantung kondisi. Kemungkinan di tahun depan. Sehingga porsi JF akan meningkat dari biasanya," ujar Made Susila beberapa waktu lalu.
Direktur Utama Andalan Finance Sebastian H Budi yang memprediksi porsi JF akan terus tumbuh di tahun depan.
Sejak tahun lalu porsi JF semakin tumbuh dari Rp1 triliun menjadi Rp1,5 triliun untuk mendukung pertumbuhan bisnis pembiayaan.
Di tahun lalu total pembiayaan perseroan mencapai Rp2 triliun dan di tahun ini sebesar Rp3 triliun.
"Kami akan menyiapkan sistem IT yang lebih baik sehingga skema JF dapat lebih banyak. Selama ini kami terkendala sistem pencatatan yang belum siap. Desember ini sudah siap," ujar Sebastian.
Alasan efisiensi risiko dan ketatnya likuiditas menjadi alasan memilih strategi tersebut.
Direktur Utama Mandiri Tunas Finance Ignatius Susatyo Wijoyo mengatakan, penggunan JF telah mengalami peningkatan beberapa tahun terakhir. Tahun ini porsi JF dari total nilai pembiayaan meningkat menjadi 70% dari 60% di tahun lalu.
"Porsinya naik menjadi 70% tahun ini. Total JF kami mencapai Rp12,5 triliun dari Rp16 triliun target pembiayaan tahun ini," ujarnya saat dihubungi di Jakarta, Senin (15/9/2014).
Dia mengatakan, peningkatan JF didorong kebijakan uang muka (down payment) mobil dari konsumen sebesar 30% ternyata diterima pasar.
Hal tersebut didorong tren mobil penumpang LCGC yang terus tumbuh. Sehingga perseroan tetap membutuhkan pendanaan yang lebih baik.
"Dari sisi funding lebih baik dengan JF. Karena debt equity ratio (DER) kita akan terjaga. DER akan terganggu kalau menggunakan pinjaman ke bank," terangnya.
Menurutnya, tahun depan dipastikan porsi JF akan terus naik walaupun belum ada nilai pasti. Faktor likuiditas yang ketat akan mendorong hal tersebut.
"Pasti naik karena efek likuiditas bank yang ketat. Satu bank saja dengan bank induk. Ini lebih menguntungkan bisnis multifinance," ujar Ignatius.
Direktur Keuangan PT Adira Dinamika MultiFinance Tbk, I Dewa Made Susila mengatakan, target pendanaan dari JF tahun depan akan meningkat.
Tahun ini induk usaha perseroan, PT Bank Danamon Tbk, mengucurkan hingga Rp20 triliun. Namun di semester kedua tahun ini perseroan sudah menyiapkan tambahan pembiayaan dari Bank Commonwealth senilai Rp2 triliun.
"Tambahan joint financing ini kami siapkan untuk digunakan tergantung kondisi. Kemungkinan di tahun depan. Sehingga porsi JF akan meningkat dari biasanya," ujar Made Susila beberapa waktu lalu.
Direktur Utama Andalan Finance Sebastian H Budi yang memprediksi porsi JF akan terus tumbuh di tahun depan.
Sejak tahun lalu porsi JF semakin tumbuh dari Rp1 triliun menjadi Rp1,5 triliun untuk mendukung pertumbuhan bisnis pembiayaan.
Di tahun lalu total pembiayaan perseroan mencapai Rp2 triliun dan di tahun ini sebesar Rp3 triliun.
"Kami akan menyiapkan sistem IT yang lebih baik sehingga skema JF dapat lebih banyak. Selama ini kami terkendala sistem pencatatan yang belum siap. Desember ini sudah siap," ujar Sebastian.
(izz)