Serasa Food Dukung UKM Tembus Jaringan Ritel Nasional

Sabtu, 20 September 2014 - 17:39 WIB
Serasa Food Dukung UKM...
Serasa Food Dukung UKM Tembus Jaringan Ritel Nasional
A A A
BISNIS besar dimulai dari pola pikir yang besar. Sudah saatnya pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) melihat lebih tinggi dan menaikkan kelasnya.

Salah satunya adalah Serasa Food yang menghasilkan produk makanan berkualitas dan menembus jaringan ritel Carrefour. Bahkan mengembangkan bisnis UKM lainnya.

Dengan nama usaha CV Satu Rasa Satu Indonesia, mimpi memiliki usaha sendiri akhirnya berkembang layaknya sebuah induk usaha. Mimpi ini dirintis sejak akhir tahun 2013 oleh dua sahabat Dewi Savitri dan Deasy Christina Iskandar.

"Saya membantu urusan produksi dan operasional. Vivi lebih ke marketing dan mencari investor jika perusahaan memerlukan investor," ujar Deasy yang juga akrab dipanggil Dhea ini saat dihubungi beberapa waktu lalu di Bandung.

Sang Co Founder, Dhea mengatakan, kisah ini berawal dari keinginan berbisnis produk bawang yang akhirnya melahirkan produk Bawangkoe. Terinspirasi dari kemampuan ibu Vivi dalam memasak, mereka memutuskan untuk menjual bawang goreng siap saji dengan kualitas terbaik. Setelah berembuk akhirnya mereka putuskan produksi dilakukan di Bandung.

"Modal kami saat itu Rp150 juta untuk mesin produksi, bahan, dan pekerja. Kesulitan terbesar ialah mengatur mesin kemasan selama 7 bulan karena produk kita cukup sensitif," ujarnya.

Sejak akhir Agustus, produknya sudah berhasil masuk ke seluruh jaringan toko Carrefour. Dari awalnya hanya suplier lepas tapi sekarang lebih efektif karena hanya mengirim ke satu pusat untuk 55 cabang Carrefour. Lonjakan permintaan tidak terhindarkan mencapai 5.000 bungkus.

Selain jaringan ritel, dia juga menggunakan sistem agen untuk Ayam Margoroso ke daerah Cikarang, Bekasi, Cilacap. Model agen ini karena Ayam Margoroso tidak tahan lama. Sementara Bawangkoe tahan hingga satu tahun, sehingga tidak menggunakan agen.

"UMKM saat ini juga punya jaringannya. Kami fokus memasarkan produk lewat keluarga, pameran, dan pemerintah," ujarnya.

Tidak menunggu lama, produk Bawangkoe segera disusul dengan produk lainnya, seperti Kupatkoe yang masih dalam tahap pengembangan mesin produksi. Selanjutnya, dia juga menggandeng produk Ayam Margoroso dari Bandung, dan abon ikan Cakalang alias Mr Caka dari Sulawesi.

Strategi bisnis yang digunakannya cukup inovatif dengan menjadi partner dari UKM lainnya. Setiap produk dikembangkan dengan brand masing masing yang kuat dan mempunyai manajemen sendiri.

"Kami ingin membantu brand lain dengan memperkuat kemasannya karena pembeli sekarang semakin selektif memilih barang," ujar ibu satu anak ini.

Serasa Food menggandeng UKM dan memberikan pembinaan dan mentoring usaha. Dari proses pembinaan itulah akhirnya berujung dengan kerja sama. Sistem partnership tersebut diharapkan mendorong keduanya sama-sama berkembang dan diuntungkan.

"Jadi, selain menjadi partner, kami juga tetap melakukan pembinaan dan mentoring," ujarnya.

Setiap UKM yang bergabung sebelumnya sudah dalam pembinaan dan mentoring terlebih dahulu, sehingga dapat dilihat kebutuhannya. Rata-rata produk UKM sekarang dari segi rasa sudah banyak yang tidak kalah nikmatnya dengan produk luar.

"Namun biasanya yang sudah terjadi adalah kebutuhan mengenai kemasan yang lebih menarik, perizinan, pendistribusian, peralatan untuk packaging, dan manajemen dalam UKM itu sendiri," ujar jebolan Fisip Universitas Parahiyangan, Bandung ini.

Serasa Food saat ini didukung empat orang karyawan tetap. Tujuh orang ibu di lingkungan sekitar juga diberdayakan untuk menjadi tenaga pengupas bawang. Para mahasiswa juga digandeng walaupun terkendala masalah waktu.

"Kita ingin kembangkan peran mahasiswa dan harus kita bimbing dengan telaten. Semua mitra itu ada kelebihan dan kekurangan," ujarnya.

Sementara Ayam Margoroso dan Mr Caka juga didukung lima pegawai untuk pengemasannya. Total omzet yang dihasilkan semua produk Serasa Food tersebut sudah dapat dibanggakan karena mencapai Rp122 juta.

Produksi Bawangkoe dapat mencapai 400 pack per hari dengan kebutuhan bawang mencapai 120 kilogram (kg). Hargnya berkisar Rp24.000-Rp32.000. Sedangkan Ayam Margoroso mencapai Rp55.000. Produk ayam ini pertama dengan varian rasa bumbu goreng dan bakar.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6978 seconds (0.1#10.140)