Bisnis Properti di Malang Terhambat Harga Tanah
A
A
A
MALANG - Perkembangan bisnis properti di Malang, Jawa Timur (Jatim) terhambat melambungnya harga tanah di kawasan ini. Harga tanah terus naik hingga 50% lebih.
Dari harga semula Rp200 ribu sampai Rp300 ribu menjadi Rp500 ribu hingga Rp800 ribu per meter persegi. Bahkan, di beberapa lokasi strategis bisa mencapai Rp1 juta per meter persegi.
Ketua Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Malang Raya, Mahrus Soleh mengatakan, naiknya harga tanah diikuti kenaikan harga material.
Kondisi tersebut membuat keuntungan yang diraih pengembang semakin tipis. "Naiknya harga tanah menghambat target pertumbuhan perumahan," katanya, Senin (22/9/2014).
Dia mengatakan, meski pemerintah menaikkan harga jual rumah sejahtera tapak atau rumah bersubsidi dari semula Rp88 juta menjadi Rp105 juta masih belum mampu mendongkrak pertumbuhan perumahan.
Padahal, target tahun ini produksi perumahan naik 30% dari 2013 sebanyak 13 ribu unit.
Tak heran, sejumlah pengembang memilih menjual harga komersial daripada rumah bersubsidi untuk masyarakat penghasilan rendah.
Sebab, keuntungan yang diperoleh pengembang tipis sehingga sebagian mereka menjual rumah komersial.
Mahrus mengatakan, pertumbuhan properti di Malang masih terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk di wilayah ini.
Selain itu, faktor mahasiswa yang kini memilih membeli rumah dari pada sewa atau kos juga mendongkrak perkembangan properti.
Dari harga semula Rp200 ribu sampai Rp300 ribu menjadi Rp500 ribu hingga Rp800 ribu per meter persegi. Bahkan, di beberapa lokasi strategis bisa mencapai Rp1 juta per meter persegi.
Ketua Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Malang Raya, Mahrus Soleh mengatakan, naiknya harga tanah diikuti kenaikan harga material.
Kondisi tersebut membuat keuntungan yang diraih pengembang semakin tipis. "Naiknya harga tanah menghambat target pertumbuhan perumahan," katanya, Senin (22/9/2014).
Dia mengatakan, meski pemerintah menaikkan harga jual rumah sejahtera tapak atau rumah bersubsidi dari semula Rp88 juta menjadi Rp105 juta masih belum mampu mendongkrak pertumbuhan perumahan.
Padahal, target tahun ini produksi perumahan naik 30% dari 2013 sebanyak 13 ribu unit.
Tak heran, sejumlah pengembang memilih menjual harga komersial daripada rumah bersubsidi untuk masyarakat penghasilan rendah.
Sebab, keuntungan yang diperoleh pengembang tipis sehingga sebagian mereka menjual rumah komersial.
Mahrus mengatakan, pertumbuhan properti di Malang masih terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk di wilayah ini.
Selain itu, faktor mahasiswa yang kini memilih membeli rumah dari pada sewa atau kos juga mendongkrak perkembangan properti.
(izz)