Hipmi Jaya Optimistis Mendag Baru Bisa Genjot Ekspor
A
A
A
JAKARTA - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia DKI Jakarta (Hipmi Jaya) menyambut baik Rahmat Gobel sebagai Menteri Perdagangan (Mendag) baru. Hipmi Jaya Optimistis Rahmat bisa menggenjot ekspor nasional.
Sekretaris Umum Hipmi Jaya Gernando Nainggolan mengatakan, sebagai pelaku industri, Rahmat Gobel telah berpengalaman panjang dalam membangun hubungan Indonesia dengan mitra-mitra dagang internasional.
“Jejak rekam beliau jelas, selain pelaku usaha yang sukses mengembangkan bisnis kelompok usaha Gobel. Beliau juga aktif membangun hubungan dagang dengan mitra-mitra di luar negeri,” ujar Gernando dalam rilisnya, Senin (27/10/2014).
Gernando menuturkan, tantangan Rachmat ke depan adalah menggenjot ekspor nasional di tengah ancaman defisit transaksi berjalan. Pada 2014, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekspor Indonesia meningkat sebesar 4,1% atau sekitar USD190 miliar.
Adapun target non-migas pada tahun ini ditetapkan tumbuh sekitar 5,5%-6,5% dibandingkan tahun lalu dengan nilai rata-rata USD158 miliar.
Menurut dia, sejumlah tantangan yang dihadapai Mendag baru dalam mendorong ekspor dan mengatasi defisit transaksi berjalan, di antaranya kian kecilnya kontribusi sektor migas bagi ekspor nasional, kebijakan hilirisasi di sektor minerba, dan tidak menentunya perekonomian negara-negara tujuan ekspor.
“Dari migas kita terus menurun, bahkan kita net importir minyak. Tidak bisa lagi andalannya ke sana. Kemudian ada kebijakan UU Minerba atau hilirisasi," ujar dia.
Akibatnya, dia berpendapat, dalam jangka pendek, ekspor minerba Indonesia melorot. Namun dalam jangka panjang, kebijakan hilirisasi akan mendorong ekspor lebih hebat.
"Di sisi lain, negara-negara pasar tradisional ekspor Indonesia, ekonominya juga pasang surut. Jadi, berat tantangannya,” ujar Gernando.
Kendati demikian, dengan pengalaman yang dimiliki Rahmat Gobel sebagai industrialis, dia optimistis, Mendag baru mampu menjawab tantangan tersebut.
Dia menuturkan, meski tugas Menteri Perindustrian dalam mendorong industrilisasi di dalam negeri, namun peranan Mendag baru sangat strategis dalam menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri dalam negeri.
“Misalnya, kebijakan-kebijakan impor harus menciptakan suasana kondusif bagi perlindungan pasar bagi industri dalam negeri. Jangan sampai negara kita hanya jadi pasar bagi produk luar,” tutur dia.
Sekretaris Umum Hipmi Jaya Gernando Nainggolan mengatakan, sebagai pelaku industri, Rahmat Gobel telah berpengalaman panjang dalam membangun hubungan Indonesia dengan mitra-mitra dagang internasional.
“Jejak rekam beliau jelas, selain pelaku usaha yang sukses mengembangkan bisnis kelompok usaha Gobel. Beliau juga aktif membangun hubungan dagang dengan mitra-mitra di luar negeri,” ujar Gernando dalam rilisnya, Senin (27/10/2014).
Gernando menuturkan, tantangan Rachmat ke depan adalah menggenjot ekspor nasional di tengah ancaman defisit transaksi berjalan. Pada 2014, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekspor Indonesia meningkat sebesar 4,1% atau sekitar USD190 miliar.
Adapun target non-migas pada tahun ini ditetapkan tumbuh sekitar 5,5%-6,5% dibandingkan tahun lalu dengan nilai rata-rata USD158 miliar.
Menurut dia, sejumlah tantangan yang dihadapai Mendag baru dalam mendorong ekspor dan mengatasi defisit transaksi berjalan, di antaranya kian kecilnya kontribusi sektor migas bagi ekspor nasional, kebijakan hilirisasi di sektor minerba, dan tidak menentunya perekonomian negara-negara tujuan ekspor.
“Dari migas kita terus menurun, bahkan kita net importir minyak. Tidak bisa lagi andalannya ke sana. Kemudian ada kebijakan UU Minerba atau hilirisasi," ujar dia.
Akibatnya, dia berpendapat, dalam jangka pendek, ekspor minerba Indonesia melorot. Namun dalam jangka panjang, kebijakan hilirisasi akan mendorong ekspor lebih hebat.
"Di sisi lain, negara-negara pasar tradisional ekspor Indonesia, ekonominya juga pasang surut. Jadi, berat tantangannya,” ujar Gernando.
Kendati demikian, dengan pengalaman yang dimiliki Rahmat Gobel sebagai industrialis, dia optimistis, Mendag baru mampu menjawab tantangan tersebut.
Dia menuturkan, meski tugas Menteri Perindustrian dalam mendorong industrilisasi di dalam negeri, namun peranan Mendag baru sangat strategis dalam menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri dalam negeri.
“Misalnya, kebijakan-kebijakan impor harus menciptakan suasana kondusif bagi perlindungan pasar bagi industri dalam negeri. Jangan sampai negara kita hanya jadi pasar bagi produk luar,” tutur dia.
(rna)