Bermodal Keripik Menjadi Jutawan

Kamis, 30 Oktober 2014 - 17:34 WIB
Bermodal Keripik Menjadi...
Bermodal Keripik Menjadi Jutawan
A A A
DEPOK - PENGUSAHA kuliner diminta pandai melihat peluang, salah satunya yang dilakukan Gatot Paristiwahono bersama istri Ratna Sukmandari dalam berbisnis kemitraan.

Bermodal keahlian meracik aneka macam keripik, pasangan suami istri ini mencoba menawarkan barang daganganya kepada masyarakat melalui sistem franchise.

Dalam menjual, Gatot mencoba melakukan inovasi dengan menyediakan produk langsung jadi. Sehingga mitra dapat langsung menjual ke konsumen tanpa perlu melakukan pengolahan lebih lanjut layaknya produk franchise yang dikirimkan pada mitra dalam bentuk bahan baku, dan bahan setengah jadi.

Produk yang ditawarkannya tidak monoton atau tidak terpaku pada satu bahan baku yang dapat membuat konsumen bosan pada waktu tertentu. Sehingga dapat mengakibatkan usaha berumur pendek karena minimnya varian produk.

"Saya melihat banyak produk franchise yang tidak berjalan lama. Alasanya produknya monoton atau terpaku pada satu macam jenis makanan. Memang, begitu launching masyarakat akan penasaran untuk mencoba, tapi begitu terus menerus di konsumsi, maka konsumen akan bosan dan beralih ke jenis makanan lain," paparnya di Depok, Kamis (30/10/2014).

Berdasarkan fenomena tersebut, Gatot yang awalnya hanya bermain di satu macam keripik berbahan baku singkong dengan berbagai aneka macam rasa bermerek Snaazy, kemudian melakukan penambahan variasi produk.

Caranya dengan menggarap bahan baku keripik dari buah pisang, buah talas, olahan tempe, buah sukun bahkan makanan tradisional betawi pun disulap menjadi keripik yaitu kripik kembang goyang.

Gatot mengatakan, dengan membuat aneka macam keripik, maka konsumen dapat dengan leluasa memilih produk yang mereka suka, tanpa perlu dibatasi satu macam jenis yang dapat membuat kosumen beralih ke produk lain. Apalagi persaingan bisnis di makanan olah keripik saat ini sangat kompetitif.

Agar dapat bersaing di pasar dan dapat diterima masyarakat, pasangan suami istri pun melakukan gebrakan dengan membuat aneka macam rasa, seperti rasa balado, rasa barbeque, rasa keju manis, rasa keju asin, rasa ayam bakar dan lain-lain.

"Kalau kita menyajikan produk dengan berbagai macam bahan baku, maka konsumen dapat dengan sesuka hati memilih sesuai selera mereka. Misalnya, mereka bosan dengan keripik singkong, mereka beralih ke keripik tempe. Bosan dengan keripik tempe, coba keripik sukun. Jadi banyak pilihan," terang dia.

Tidak hanya aktif melakukan inovasi produk, dalam berjualanpun Gatot menerapkan sistem franchise yang lebih simpel, dengan investasi yang lebih rendah.

Dibandrol dengan harga hanya Rp8 juta, mitra akan mendapatkan fasilitas seperti gerobak standard mall, seragam batik, media promosi dan 100 plastik aneka macam kripik.

Mitranya terdapat di Jabodetabek dan sejumlah kota di Indonesia, termasuk Depok. Untuk pola pemasaran, Gatot mengaku, akan membimbing mitra dengan fokus berjualan dititik fasilitas publik, area pembelajaan modern, sekolah, kampus.

Wilayah ini dipilih, karena target konsumen dari kripik adalah anak muda yang gemar aneka macam cemilan.

"Balik modalnya cepat, karena investasinya rendah. Kalkulasinya, jika dalam satu hari mitra bisa jual 75 plastik, maka rata-rata profitnya Rp150.00 per hari. Bayangkan kalau satu bulan. Jadi, BEP-nya dua bulan. Ke depan saya akan merambah kota-kota besar di Indonesia, bahkan ekspor hingga ke Malaysia dan Singapura," pungkasnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0878 seconds (0.1#10.140)