Lapas Wanita Palembang Diberi Pembinaan Industri Garmen
A
A
A
PALEMBANG - Lembaga Pemasyarakatan (lapas) Wanita kelas II A Palembang mendapatkan bantuan alat dan bahan pelatihan garmen bagi warga binaannya dari Kementerian Perindustrian. Penyerahan bantuan dan pembukaan pelatihan garmen digelar kemarin di lapas yang berlokasi di Jalan Merdeka tersebut.
Direktur IKM Wilayah I Kementerian Perindustrian, Emil Pandjaitan mengatakan, bantuan ini merupakan tindak lanjut dari MoU antara Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Kemeterian Hukum dan HAM (Kemenkumham) tahun 2012 lalu. Palembang merupakan kota pertama di wilayah Sumatera yang mendapatkan bantuan tersebut.
“Kita maksudkan warga binaan bisa mandiri ketika kembali ke masyarakat nantinya. Kita juga harap Palembang bisa menjadi pusat produsi garmen ke depannya,” ucap Emil dalam kesempatan tersebut, Selasa (4/11/2014).
Dia menyebutkan, total nilai bantuan sekitar Rp200 juta yang meliputi lima unit mesin jahit, tiga unit mesin bordir, dan satu unit mesin obras.
Selain itu, sejumlah benang dan bahan baku jahit juga diberikan serentak untuk memudahkan pelatihan. Dipastikannya, alat-alat ini bisa dioperasionalkan warga-warga binaan secara bergantian. “Kami tentu tidak bisa berikan langsung ke warga binaan karena mereka ada batas waktunya tinggal di sini,” ujarnya.
Menurut Emil, biasanya bantuan bermesin diberikan bersamaan dengan mesin genset. Hal ini terkait kondisi Sumsel yang masih byar pet dan defisit listrik.
Namun, mengingat daya listrik untuk mesin jahit ini cukup sedikit sekitar 50 watt atau 150 watt untuk mesin obras, bantuan genset tidak diberikan.
“Untuk bantuan mesin yang besar seperti mesin kopi biasanya kami berikan juga genset. Patokannya industri kecil dan menengah yang sifatnya voltase besar. Ini kan tidak setiap harinya dipakainya,” jelas dia.
Sementara itu, Kepala Lapas Wanita Kelas II A Palembang, Rachmayanthy mengatakan, saat ini pihaknya akan mengandalkan bantuan ini untuk pembinaan dan pelatihan bagi warga binaan dalam bidang industri kreatif setelah kafe, kerajinan tangan, dan salon.
Itu sebabnya, disiapkan satu ruangan khusus di lapas untuk dijadikan ruang pelatihan. Dipilih 15 warga binaan untuk ikut pelatihan. Mereka ini yang sudah lulus prasyarat atau assessment.
Meskipun saat ini pemasaran komersil belum ada, pihaknya tetap akan memberikan kualitas terbaik untuk hasil produksi garmen warga binaan. Dimungkinkannya, bila ke depan penjualan garmen sudah berjalan, maka dipastikan persentase pendapatan tetap akan ada, baik untuk operasional dan modal lapas maupun bagi upah kerja warga binaan.
“Pihak Kanwil Kemenkumham sudah memesan untuk seragam pegawai tahun depan dibuatkan di garmen kita. Ke depannya, kita kembangkan pemasaran lebih luas,” pungkas Rachma kepada SINDO.
Direktur IKM Wilayah I Kementerian Perindustrian, Emil Pandjaitan mengatakan, bantuan ini merupakan tindak lanjut dari MoU antara Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Kemeterian Hukum dan HAM (Kemenkumham) tahun 2012 lalu. Palembang merupakan kota pertama di wilayah Sumatera yang mendapatkan bantuan tersebut.
“Kita maksudkan warga binaan bisa mandiri ketika kembali ke masyarakat nantinya. Kita juga harap Palembang bisa menjadi pusat produsi garmen ke depannya,” ucap Emil dalam kesempatan tersebut, Selasa (4/11/2014).
Dia menyebutkan, total nilai bantuan sekitar Rp200 juta yang meliputi lima unit mesin jahit, tiga unit mesin bordir, dan satu unit mesin obras.
Selain itu, sejumlah benang dan bahan baku jahit juga diberikan serentak untuk memudahkan pelatihan. Dipastikannya, alat-alat ini bisa dioperasionalkan warga-warga binaan secara bergantian. “Kami tentu tidak bisa berikan langsung ke warga binaan karena mereka ada batas waktunya tinggal di sini,” ujarnya.
Menurut Emil, biasanya bantuan bermesin diberikan bersamaan dengan mesin genset. Hal ini terkait kondisi Sumsel yang masih byar pet dan defisit listrik.
Namun, mengingat daya listrik untuk mesin jahit ini cukup sedikit sekitar 50 watt atau 150 watt untuk mesin obras, bantuan genset tidak diberikan.
“Untuk bantuan mesin yang besar seperti mesin kopi biasanya kami berikan juga genset. Patokannya industri kecil dan menengah yang sifatnya voltase besar. Ini kan tidak setiap harinya dipakainya,” jelas dia.
Sementara itu, Kepala Lapas Wanita Kelas II A Palembang, Rachmayanthy mengatakan, saat ini pihaknya akan mengandalkan bantuan ini untuk pembinaan dan pelatihan bagi warga binaan dalam bidang industri kreatif setelah kafe, kerajinan tangan, dan salon.
Itu sebabnya, disiapkan satu ruangan khusus di lapas untuk dijadikan ruang pelatihan. Dipilih 15 warga binaan untuk ikut pelatihan. Mereka ini yang sudah lulus prasyarat atau assessment.
Meskipun saat ini pemasaran komersil belum ada, pihaknya tetap akan memberikan kualitas terbaik untuk hasil produksi garmen warga binaan. Dimungkinkannya, bila ke depan penjualan garmen sudah berjalan, maka dipastikan persentase pendapatan tetap akan ada, baik untuk operasional dan modal lapas maupun bagi upah kerja warga binaan.
“Pihak Kanwil Kemenkumham sudah memesan untuk seragam pegawai tahun depan dibuatkan di garmen kita. Ke depannya, kita kembangkan pemasaran lebih luas,” pungkas Rachma kepada SINDO.
(gpr)