Pertamina: Kuota BBM Bersubsidi Bisa Jebol 1,6 Juta KL
A
A
A
SURABAYA - Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya merinci kuota BBM bersubsidi akan jebol mencapai 1,9 juta kilo liter (KL). Namun demikian, jika pertengahan November dinaikan harganya sebesar Rp3.000 dari Rp6.500, maka akan menghemat 250.000 kl atau 1,65 juta kl.
"Penghematannya lumayan. itu plus dengan pengendalian-pengendalian yang dilakukan Pertamina. Termasuk pembatasan pembelian mobil pribadi Rp100.000 angkutan umum Rp150.000 roda dua Rp20.000," ungkap Hanung, saat mengecek kepastian pasokan distribusi BBM jelang kenaikan harga BBM di TBBM Surabaya, Kamis (6/11/2014).
Berdasarkan data Pertamina Hingga 30 September, penyaluran BBM bersubsidi sepanjang 2014 telah mencapai 34,9 juta kl dari kuota yang telah ditetapkan APBN 2014 sebesar 46 juta kl naik 1,7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Total 46 juta kl terdiri dari, premium 29,43 juta kl, solar 15,67 juta kl, Kerosin 0,9 juta kl.
Adapun penyaluran BBM bersubsidi jenis premium adalah 22,24 juta kl atau naik 1,9% dibandingkan kuartal III-2013. Sedangkan realisasi penyaluran solar bersubsidi adalah 11,94 juta kl atau tumbuh 3,9%.
Vice Peesident Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir mengatakan, Pertamina berkewajiban menjaga stok BBM dalam kondisi aman.
"Saat ini, stok premium cukup untuk 16 hari, solar bersubsidi 19 hari, avtur 21 hari, pertamax 36 hari, pertamax plus 55 hari, dan elpiji 16 hari," kata dia.
Anggota Himpunan Wiraswasta Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Stariawan Nyoto Prawiro mengatakan, stok BBM di SPBU 5460179 Jl Kayon Kemiri Surabaya miliknya dalam kondisi aman. Bahkan dia menyebut tidak ada lonjakan jelang kenaikan harga BBM bersubsidi.
"Belum ada peningkatan penjualan ini kan masih isu jadi belum. Stok kami aman selalu dipasok Pertamina selama 24 jam," kata dia, saat ditemui di SPBUnya, di Surabaya.
Dia menyebut, Pertamina menjamin distribusi BBM aman. Adapun tiap hari Pertamina memasok sesuai kebutuhan SPBU. "Premium kita 32 kl, solar 50 kl. Non subsidi dijual 7-8 kl pertamax dan pertamax plus. Stoknya per hari 10-12 kl pertamax dan pertamax plus," katanya.
(Baca: Pertamina: BBM Bersubsidi Habis Sebelum Natal)
"Penghematannya lumayan. itu plus dengan pengendalian-pengendalian yang dilakukan Pertamina. Termasuk pembatasan pembelian mobil pribadi Rp100.000 angkutan umum Rp150.000 roda dua Rp20.000," ungkap Hanung, saat mengecek kepastian pasokan distribusi BBM jelang kenaikan harga BBM di TBBM Surabaya, Kamis (6/11/2014).
Berdasarkan data Pertamina Hingga 30 September, penyaluran BBM bersubsidi sepanjang 2014 telah mencapai 34,9 juta kl dari kuota yang telah ditetapkan APBN 2014 sebesar 46 juta kl naik 1,7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Total 46 juta kl terdiri dari, premium 29,43 juta kl, solar 15,67 juta kl, Kerosin 0,9 juta kl.
Adapun penyaluran BBM bersubsidi jenis premium adalah 22,24 juta kl atau naik 1,9% dibandingkan kuartal III-2013. Sedangkan realisasi penyaluran solar bersubsidi adalah 11,94 juta kl atau tumbuh 3,9%.
Vice Peesident Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir mengatakan, Pertamina berkewajiban menjaga stok BBM dalam kondisi aman.
"Saat ini, stok premium cukup untuk 16 hari, solar bersubsidi 19 hari, avtur 21 hari, pertamax 36 hari, pertamax plus 55 hari, dan elpiji 16 hari," kata dia.
Anggota Himpunan Wiraswasta Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Stariawan Nyoto Prawiro mengatakan, stok BBM di SPBU 5460179 Jl Kayon Kemiri Surabaya miliknya dalam kondisi aman. Bahkan dia menyebut tidak ada lonjakan jelang kenaikan harga BBM bersubsidi.
"Belum ada peningkatan penjualan ini kan masih isu jadi belum. Stok kami aman selalu dipasok Pertamina selama 24 jam," kata dia, saat ditemui di SPBUnya, di Surabaya.
Dia menyebut, Pertamina menjamin distribusi BBM aman. Adapun tiap hari Pertamina memasok sesuai kebutuhan SPBU. "Premium kita 32 kl, solar 50 kl. Non subsidi dijual 7-8 kl pertamax dan pertamax plus. Stoknya per hari 10-12 kl pertamax dan pertamax plus," katanya.
(Baca: Pertamina: BBM Bersubsidi Habis Sebelum Natal)
(gpr)