Jaring Investor, ESDM Akan Tingkatkan Rasio Elektrifikasi
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan meningkatkan rasio sambungan listrik (elektrifikasi) minimal 3% per tahun.
Hal tersebut sesuai dengan target Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menargetkan akan meningkatkan rasio elektrifikasi hingga 99% dalam kurun waktu lima tahun ke depan.
]Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jarman mengatakan, kebutuhan listrik sampai 2022 akan naik signifikan, sehingga perlu menambah pembangkit listrik.
Saat ini, pemerintah telah menargetkan akan membangun pembangkit listrik mencapai 35 ribu mega watt (MW).
"Untuk mencapai target tersebut, salah satu yang akan menjadi andalan adalah memaksimalkan potensi batu bara," ujarnya, Rabu (12/10/2014).
Menurutnya, Indonesia memiliki banyak cadangan pasokan batu bara. Sehingga lebih layak diperhitungkan untuk dipergunakan.
"Pasokan batu bara yang melimpah sebaiknya digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Diperkirakan hingga 10 tahun ke depan, batu bara akan tetap menjadi pemasok utama bahan bakar pembangkit di Asia Tenggara," kata dia.
Jarman juga menjelaskan, ada beberapa faktor yang harus tetap diperhatikan dalam pemakaian batu bara sebagai bahan bakar pembangkit, yakni keamanan pasokan, keekonomian dan lingkungan.
Salah satu yang selalu menjadi sorotan terhadap penggunaan batu bara sebagai bahan bakar terutama faktor lingkungan.
"Ini harus diperhatikan juga, karena batu bara menghasilkan emisi yang cukup besar. Karena itu harus dicari dan dikembangkan teknologi untuk mengurangi emisi, sambil menunggu pengembangan energi baru terbarukan," terangnya.
Hingga saat ini, rasio elektrifikasi nasional mencapai 82%, yang lima tahun sebelumnya hanya 65%. Sehingga, target rasio elektrifikasi dalam lima tahun ke depan naik 99% masih bisa terjangkau.
Seperti diketahui, Presiden Jokowi dalam pertemuan Asia Pacific Economic Cooperation (APEC), mengajak para pengusaha dan pemerintah negara-negara sahabat untuk berinvestasi di Indonesia.
Salah satu program yang ditawarkan yakni investasi di bidang pembangunan pembangkit listrik.
Hal tersebut sesuai dengan target Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menargetkan akan meningkatkan rasio elektrifikasi hingga 99% dalam kurun waktu lima tahun ke depan.
]Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jarman mengatakan, kebutuhan listrik sampai 2022 akan naik signifikan, sehingga perlu menambah pembangkit listrik.
Saat ini, pemerintah telah menargetkan akan membangun pembangkit listrik mencapai 35 ribu mega watt (MW).
"Untuk mencapai target tersebut, salah satu yang akan menjadi andalan adalah memaksimalkan potensi batu bara," ujarnya, Rabu (12/10/2014).
Menurutnya, Indonesia memiliki banyak cadangan pasokan batu bara. Sehingga lebih layak diperhitungkan untuk dipergunakan.
"Pasokan batu bara yang melimpah sebaiknya digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Diperkirakan hingga 10 tahun ke depan, batu bara akan tetap menjadi pemasok utama bahan bakar pembangkit di Asia Tenggara," kata dia.
Jarman juga menjelaskan, ada beberapa faktor yang harus tetap diperhatikan dalam pemakaian batu bara sebagai bahan bakar pembangkit, yakni keamanan pasokan, keekonomian dan lingkungan.
Salah satu yang selalu menjadi sorotan terhadap penggunaan batu bara sebagai bahan bakar terutama faktor lingkungan.
"Ini harus diperhatikan juga, karena batu bara menghasilkan emisi yang cukup besar. Karena itu harus dicari dan dikembangkan teknologi untuk mengurangi emisi, sambil menunggu pengembangan energi baru terbarukan," terangnya.
Hingga saat ini, rasio elektrifikasi nasional mencapai 82%, yang lima tahun sebelumnya hanya 65%. Sehingga, target rasio elektrifikasi dalam lima tahun ke depan naik 99% masih bisa terjangkau.
Seperti diketahui, Presiden Jokowi dalam pertemuan Asia Pacific Economic Cooperation (APEC), mengajak para pengusaha dan pemerintah negara-negara sahabat untuk berinvestasi di Indonesia.
Salah satu program yang ditawarkan yakni investasi di bidang pembangunan pembangkit listrik.
(izz)