Jatim Usulkan Kebijakan untuk Pengembang Kecil
A
A
A
SURABAYA - Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Jatim) mengusulkan untuk membuat kebijakan terkait para pengembang kelas kecil. Para pengembang ini concern dalam pembangunan rumah rakyat.
Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf mengatakan, pemerintahan baru saat ini membawa misi baru, yakni ketahanan pangan dan poros maritim.
"Nah, kaitannya dengan misi baru itu yang diperlukan adalah terobosan. Salah satunya kebutuhan rumah untuk petani, nelayan dan buruh," katanya saat rapat kerja nasional Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) di Surabaya, Kamis (13/11/2014).
Kelompok petani, nelayan dan buruh ini belum memiliki kemampuan memiliki rumah. Karena itu, pemerintah harus ada trobosan-trobosan agar para pengembang kecil tetap untung.
Salah satunya memberikan support anggaran dalam bentuk kredit bunga murah atau kredit uang muka. Sehingga, para pengembang kecil ini tetap terlindungi dari segi bisnis.
Para pengembang kecil ini berbeda dengan para pengembang besar yang menyasar rumah mewah.
"Kalau pengembang besar, bikin satu rumah saja untungnya sudah banyak. Berbeda dengan pengembang-pengembang kecil ini," ujar dia.
Karena itu, kebijakan pemerintah harus berpihak. Dampaknya adalah nelayan, petani dan buruh bisa memiliki tempat tinggal.
"Bagaimana dibuatkan regulsi untuk pengembang-pengembang kecil ini. Biarpun pas-pasan tapi tetap untung," pungkas Gus Ipul, sapaan akrab Saifullah Yusuf.
Dia menjelaskan, untuk backlog perumahana atau angka kekurangan pasokan di Jatim mencapai 500 ribu unit. Jumlah tersebut terbagi menjadi 300 ribu di Kota dan 200 ribu di desa.
"Kita per tahun baru bisa membangung 20 ribu. Makin hari makin meningkat dan yang diperlukan adalah terobosan," pungkasnya.
Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf mengatakan, pemerintahan baru saat ini membawa misi baru, yakni ketahanan pangan dan poros maritim.
"Nah, kaitannya dengan misi baru itu yang diperlukan adalah terobosan. Salah satunya kebutuhan rumah untuk petani, nelayan dan buruh," katanya saat rapat kerja nasional Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) di Surabaya, Kamis (13/11/2014).
Kelompok petani, nelayan dan buruh ini belum memiliki kemampuan memiliki rumah. Karena itu, pemerintah harus ada trobosan-trobosan agar para pengembang kecil tetap untung.
Salah satunya memberikan support anggaran dalam bentuk kredit bunga murah atau kredit uang muka. Sehingga, para pengembang kecil ini tetap terlindungi dari segi bisnis.
Para pengembang kecil ini berbeda dengan para pengembang besar yang menyasar rumah mewah.
"Kalau pengembang besar, bikin satu rumah saja untungnya sudah banyak. Berbeda dengan pengembang-pengembang kecil ini," ujar dia.
Karena itu, kebijakan pemerintah harus berpihak. Dampaknya adalah nelayan, petani dan buruh bisa memiliki tempat tinggal.
"Bagaimana dibuatkan regulsi untuk pengembang-pengembang kecil ini. Biarpun pas-pasan tapi tetap untung," pungkas Gus Ipul, sapaan akrab Saifullah Yusuf.
Dia menjelaskan, untuk backlog perumahana atau angka kekurangan pasokan di Jatim mencapai 500 ribu unit. Jumlah tersebut terbagi menjadi 300 ribu di Kota dan 200 ribu di desa.
"Kita per tahun baru bisa membangung 20 ribu. Makin hari makin meningkat dan yang diperlukan adalah terobosan," pungkasnya.
(izz)