BI Catat Pertumbuhan Uang Beredar Rp4.001 Triliun
A
A
A
Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan uang beredar luas (M2) pada bulan September 2014 menjadi Rp4.001,6 triliun atau meningkat 11,7% yoy dibandingkan bulan Agustus 2014 dari 11% yoy.
Perkembangan M2 tersebut dipengaruhi oleh peningkatan pertumbuhan komponen uang beredar sempit (M1) yang tumbuh dari 4,7% yoy menjadi 9,4% yoy yang ditopang oleh pertumbuhan simpanan giro rupiah 9,1% yoy.
Pada September 2014, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat sebesar Rp3.864,3 triliun atau naik 12,2% yoy, lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan periode Agustus 2014 (11,6% yoy).
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara mengungkap, peningkatan pertumbuhan penghimpunan DPK itu terutama bersumber dari Giro yang mencapai Rp857,3 triliun atau tumbuh 6,8% yoy, naik dibandingkan pertumbuhan Agustus 2014 (2,4% yoy).
Selain itu, bersumber dari simpanan berjangka mencapai Rp1.792,9 triliun atau tumbuh 19% yoy, meningkat jika dibandingkan Agustus 2014 (18,6% yoy).
"Disisi lain, tabungan pada periode yang sama tercatat Rp1.214,1 triliun atau tumbuh 6,9% yoy, lebih rendah jika dibandingkan pertumbuhan Agustus 2014 (8,6 yoy)," kata Tirta dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (19/11/2014).
Lebih lanjut dia mengungkap, perkembangan uang beredar pada September lebih dipengaruhi oleh meningkatnya aktiva dalam negeri bersih yang tercatat sebesar Rp2.887,4 triliun atau tumbuh 10,5% yoy, lebih tinggi jika dibandingkan pertumbuhan Agustus 2014 (7,5% yoy).
Menurutnya, peningkatan aktiva dalam negeri bersih utamanya peningkatan ekspansi operasi keuangan pemerintah pusat yang pada bulan September tumbuh 1% yoy, meningkat dari bulan sebelumnya (-10% yoy).
Peningkatan ekspansi keuangan pemerintah tersebut juga tercermin pada melambatnya pertumbuhan simpanan pemerintah pusat di Bank Indonesia yang pada September tumbuh 19,4% (yoy), melambat dibanding Agustus (46% yoy).
Sementara itu, kredit yang diberikan tercatat sebesar Rp3.588 triliun atau tumbuh 12,5% (yoy), lebih rendah dibandingkan Agustus 2014 (13,6% yoy).
Tirta menyebut, perlambatan pertumbuhan kredit itu juga terjadi untuk seluruh jenis kredit, baik modal kerja (KMK), investasi (KI), maupun konsumsi (KK).
Dia mengungkap, penyaluran kredit yang bersifat produktif berupa kredit modal kerja (KMK) dan investasi (KI) pada September 2014 masing-masing sebesar Rp1.711,3 triliun dan Rp863,2 triliun, tumbuh 12,4% yoy dan 15,3% yoy atau melambat dibandingkan Agustus 2014 sebesar 13,6% yoy dan 17% yoy.
Menurutnya, secara sektoral, perlambatan pertumbuhan KMK dan KI tersebut terutama terjadi pada sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran.
"Kredit yang diberikan kepada sektor industri pengolahan tercatat Rp595,7 triliun atau tumbuh 10% yoy, melambat dibandingkan Agustus 2014 (16,5% yoy)," tukas dia.
Sementara kredit kepada sektor perdagangan, hotel, dan restoran tercatat Rp779,2 triliun atau tumbuh 13,4% (yoy), melambat dibandingkan Agustus 2014 (15,1% yoy).
Disamping itu, kredit yang disalurkan kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), dengan pangsa kredit UMKM tersebut mencapai 25,4% dari total kredit produktif pada September 2014 mencapai Rp655,6 triliun, tumbuh 11,2% (yoy), melambat dibandingkan Agustus 2014 (12% yoy).
Disisi lain, penyaluran kredit kepada sektor properti pada September 2014 mencapai Rp536,9 triliun dengan pangsa mencapai 15% dari total kredit perbankan.
Menurut dia, kredit properti tersebut tumbuh 15,1% (yoy), melambat jika dibandingkan Agustus 2014 (15,8% yoy).
"Melambatnya pertumbuahn kredit properti tersebut terutama bersumber dari perlambatan KPR dan KPA, yang pada September 2014 tumbuh 12,3% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan Agustus 2014 (13,7% yoy)," papar dia.
Sedangkan itu penyaluran kredit, konstruksi pada September 2014 tercatat tumbuh 17,4% (yoy), lebih tinggi dibanding Agustus 2014 (16,9% yoy).
Sebagimana periode sebelumnya, pembiayaan perbankan kepada masyarkat untuk pembelian rumah tinggal atau apartemen tersebut didominasi oleh kelompok Bank Persero dengan pangsa mencapai 49,5% dari total KPR/KPA sebesar Rp309,1 triliun.
Dia menungkap, KPR/KPA dari kelompok bank tersebut mencapai Rp153,1 triliun atau 11,2% (yoy) melambat dibandingkan Agustus 2014 (12,8% yoy).
Tirta menuturkan, suku bunga simpanan perbankan masih terus mengalami peningkatan. Pada September 2014, rata-rata suku bunga deposito berjangka waktu 6 dan 12 bulan masing-masing tercatat sebesar 9,36% dan 8,73%, meningkat dibandingkan Agustus 2014, yaitu masing-masing sebesar 9,19% dan 8,61%.
"Kenaikan suku bunga dana tersebut diiringi oleh peningkatan rata-rata suku bunga kredit yang mencapai 12,88% meningkat dibandingkan Agustus 2014 (12,86%)," ucap dia.
Perkembangan M2 tersebut dipengaruhi oleh peningkatan pertumbuhan komponen uang beredar sempit (M1) yang tumbuh dari 4,7% yoy menjadi 9,4% yoy yang ditopang oleh pertumbuhan simpanan giro rupiah 9,1% yoy.
Pada September 2014, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat sebesar Rp3.864,3 triliun atau naik 12,2% yoy, lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan periode Agustus 2014 (11,6% yoy).
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara mengungkap, peningkatan pertumbuhan penghimpunan DPK itu terutama bersumber dari Giro yang mencapai Rp857,3 triliun atau tumbuh 6,8% yoy, naik dibandingkan pertumbuhan Agustus 2014 (2,4% yoy).
Selain itu, bersumber dari simpanan berjangka mencapai Rp1.792,9 triliun atau tumbuh 19% yoy, meningkat jika dibandingkan Agustus 2014 (18,6% yoy).
"Disisi lain, tabungan pada periode yang sama tercatat Rp1.214,1 triliun atau tumbuh 6,9% yoy, lebih rendah jika dibandingkan pertumbuhan Agustus 2014 (8,6 yoy)," kata Tirta dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (19/11/2014).
Lebih lanjut dia mengungkap, perkembangan uang beredar pada September lebih dipengaruhi oleh meningkatnya aktiva dalam negeri bersih yang tercatat sebesar Rp2.887,4 triliun atau tumbuh 10,5% yoy, lebih tinggi jika dibandingkan pertumbuhan Agustus 2014 (7,5% yoy).
Menurutnya, peningkatan aktiva dalam negeri bersih utamanya peningkatan ekspansi operasi keuangan pemerintah pusat yang pada bulan September tumbuh 1% yoy, meningkat dari bulan sebelumnya (-10% yoy).
Peningkatan ekspansi keuangan pemerintah tersebut juga tercermin pada melambatnya pertumbuhan simpanan pemerintah pusat di Bank Indonesia yang pada September tumbuh 19,4% (yoy), melambat dibanding Agustus (46% yoy).
Sementara itu, kredit yang diberikan tercatat sebesar Rp3.588 triliun atau tumbuh 12,5% (yoy), lebih rendah dibandingkan Agustus 2014 (13,6% yoy).
Tirta menyebut, perlambatan pertumbuhan kredit itu juga terjadi untuk seluruh jenis kredit, baik modal kerja (KMK), investasi (KI), maupun konsumsi (KK).
Dia mengungkap, penyaluran kredit yang bersifat produktif berupa kredit modal kerja (KMK) dan investasi (KI) pada September 2014 masing-masing sebesar Rp1.711,3 triliun dan Rp863,2 triliun, tumbuh 12,4% yoy dan 15,3% yoy atau melambat dibandingkan Agustus 2014 sebesar 13,6% yoy dan 17% yoy.
Menurutnya, secara sektoral, perlambatan pertumbuhan KMK dan KI tersebut terutama terjadi pada sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran.
"Kredit yang diberikan kepada sektor industri pengolahan tercatat Rp595,7 triliun atau tumbuh 10% yoy, melambat dibandingkan Agustus 2014 (16,5% yoy)," tukas dia.
Sementara kredit kepada sektor perdagangan, hotel, dan restoran tercatat Rp779,2 triliun atau tumbuh 13,4% (yoy), melambat dibandingkan Agustus 2014 (15,1% yoy).
Disamping itu, kredit yang disalurkan kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), dengan pangsa kredit UMKM tersebut mencapai 25,4% dari total kredit produktif pada September 2014 mencapai Rp655,6 triliun, tumbuh 11,2% (yoy), melambat dibandingkan Agustus 2014 (12% yoy).
Disisi lain, penyaluran kredit kepada sektor properti pada September 2014 mencapai Rp536,9 triliun dengan pangsa mencapai 15% dari total kredit perbankan.
Menurut dia, kredit properti tersebut tumbuh 15,1% (yoy), melambat jika dibandingkan Agustus 2014 (15,8% yoy).
"Melambatnya pertumbuahn kredit properti tersebut terutama bersumber dari perlambatan KPR dan KPA, yang pada September 2014 tumbuh 12,3% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan Agustus 2014 (13,7% yoy)," papar dia.
Sedangkan itu penyaluran kredit, konstruksi pada September 2014 tercatat tumbuh 17,4% (yoy), lebih tinggi dibanding Agustus 2014 (16,9% yoy).
Sebagimana periode sebelumnya, pembiayaan perbankan kepada masyarkat untuk pembelian rumah tinggal atau apartemen tersebut didominasi oleh kelompok Bank Persero dengan pangsa mencapai 49,5% dari total KPR/KPA sebesar Rp309,1 triliun.
Dia menungkap, KPR/KPA dari kelompok bank tersebut mencapai Rp153,1 triliun atau 11,2% (yoy) melambat dibandingkan Agustus 2014 (12,8% yoy).
Tirta menuturkan, suku bunga simpanan perbankan masih terus mengalami peningkatan. Pada September 2014, rata-rata suku bunga deposito berjangka waktu 6 dan 12 bulan masing-masing tercatat sebesar 9,36% dan 8,73%, meningkat dibandingkan Agustus 2014, yaitu masing-masing sebesar 9,19% dan 8,61%.
"Kenaikan suku bunga dana tersebut diiringi oleh peningkatan rata-rata suku bunga kredit yang mencapai 12,88% meningkat dibandingkan Agustus 2014 (12,86%)," ucap dia.
(gpr)