BNLI Terkejut BI Naikkan Suku Bunga
A
A
A
JAKARTA - Komisaris Independen PT Bank Permata Tbk (BNLI) Tony Prasetiantono merasa terkejut dengan naiknya suku bunga Bank Indonesia (BI Rate). Menurutnya, seharusnya BI tidak mendahului keterangan dari Badan Pusat Statistik (BPS) terkait inflasi yang menyebabkan BI menaikkan suku bunganya.
"Saya terkejut BI naikkan BI Rate, karena mendahului pengumuman BPS terkait inflasi bulan November 2014 akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM)," ujarnya di Le Meridien Hotel, Jakarta, Kamis (27/11/2014).
Menurutnya, biasanya BPS pada setiap awal bulan mengumumkan tingkat inflasi baru seminggu setelahnya diadakan Rapat Dewan Gubernur BI (RDG).
"Biasanya seminggu setelah BPS mengumumkan tingkat inflasi baru RDG. Tapi kemarin kan tidak, Bank Indonesia membuat respon yang lebih cepat," jelasnya.
Dia menambahkan, kondisi ekonomi akibat dari kenaikan BBM tidak otomatis BI Rate harus dinaikkan. "Buat saya belum tentu BI Rate harus dinaikkan karena kita tidak tahu respon terhadap kenaikan BBM. Masih banyak sentimen positif agar BI Rate tidak naik, kenaikan harga BBM kemarin justru yang membuat rupiah dan IHSG menguat. Jadi sebetulnya BI tidak perlu hamburkan peluru (BI Rate) untuk memprotek inflasi, harusnya tunggu sampai awal Desember," pungkasnya.
"Saya terkejut BI naikkan BI Rate, karena mendahului pengumuman BPS terkait inflasi bulan November 2014 akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM)," ujarnya di Le Meridien Hotel, Jakarta, Kamis (27/11/2014).
Menurutnya, biasanya BPS pada setiap awal bulan mengumumkan tingkat inflasi baru seminggu setelahnya diadakan Rapat Dewan Gubernur BI (RDG).
"Biasanya seminggu setelah BPS mengumumkan tingkat inflasi baru RDG. Tapi kemarin kan tidak, Bank Indonesia membuat respon yang lebih cepat," jelasnya.
Dia menambahkan, kondisi ekonomi akibat dari kenaikan BBM tidak otomatis BI Rate harus dinaikkan. "Buat saya belum tentu BI Rate harus dinaikkan karena kita tidak tahu respon terhadap kenaikan BBM. Masih banyak sentimen positif agar BI Rate tidak naik, kenaikan harga BBM kemarin justru yang membuat rupiah dan IHSG menguat. Jadi sebetulnya BI tidak perlu hamburkan peluru (BI Rate) untuk memprotek inflasi, harusnya tunggu sampai awal Desember," pungkasnya.
(gpr)