Survei: Perusahaan Sulit Pertahankan Karyawan Kompeten
A
A
A
JAKARTA - Berdasarkan survei Towers Watson, perusahaan konsultan SDM (sumber daya manusia) global, kemampuan merekrut dan mempertahankan karyawan terbaik menjadi tantangan perusahaan di Indonesia.
Kondisi ini karena mereka kesulitan memahami faktor-faktor yang mendorong loyalitas dan engagement para pekerja profesional di Tanah Air terhadap perusahaan mereka.
Faktor yang menyebabkan karyawan Indonesia bertahan dalam suatu perusahaan, selain faktor gaji adalah kesempatan pengembangan karier, lingkungan kerja yang nyaman, dan lamanya dalam perjalanan ke kantor.
Banyak perusahaan di Indonesia gagal memahami ini, sehingga 66% karyawan di Indonesia cenderung meninggalkan perusahaan tempatnya bekerja dalam kurun waktu 2 tahun. Sementara hanya 34% mengemukakan niat untuk bertahan di perusahaan tempatnya bekerja saat ini.
Towers Watson dalam Global Workforce Study (GWS) telah melakukan survei terhadap 32.000 karyawan di seluruh dunia termasuk lebih dari 1.000 karyawan di Indonesia dari berbagai level dan demografi.
Survei ini menemukan beberapa isu penting dalam hal bagaimana karyawan memandang perusahaan dan bagaimana perusahaan dapat menggunakan pemahaman ini untuk membentuk perilaku, meningkat engagement dan kinerja karyawan.
Survei ini menunjukkan bahwa peran pemimpin dan manajer dalam perusahaan sangatlah mendasar bagi efektifitas pekerja di Indonesia.
Towers Watson 2014 Talent Management and Rewards Study, sebuah survei global terhadap 1.637 perusahaan termasuk 36 perusahaan di Indonesia menyatakan, lebih dari 70% perusahaan mengalami kesulitan dalam merekrut dan mempertahankan tenaga kerja yang kompeten.
“Hasil studi bahwa karyawan Indonesia cenderung meninggalkan perusahaan tempat mereka bekerja jelas mengkhawatirkan perusahaan-perusahaan di Indonesia," ujar Johannes Eckold, senior consultant Organisational Surveys & Insights, Towers Watson dalam keterangan tertulisnya kepada Sindonews.
"Riset kami menyatakan bahwa karyawan yang memiliki dedikasi tinggi terhadap perusahaan cenderung bertahan dalam perusahaan tersebut. Ini menekankan pentingnya program-program keterlibatan yang berkelanjutan,” lanjutnya.
Tenaga kerja Indonesia cukup unik. Motivasi yang sangat mendorong daya tarik bagi pekerja profesional terhadap suatu perusahaan sering kali diabaikan perusahaan. Khususnya adalah layanan dan manfaat kesehatan, pensiun, serta visi, misi dan nilai suatu perusahaan.
“Selain gaji pokok, kesempatan promosi, layanan dan manfaat kesehatan merupakan elemen kunci yang menciptakan daya tarik perusahaan karyawan. Perusahaan cenderung mengabaikan keinginan karyawan dalam memahami visi, misi dan nilai perusahaan tempat mereka bekerja, serta keinginan untuk mempunyai kesempatan belajar dan berkembang,” tambah Johannes.
Selain itu, atasan langsung seorang karyawan sangatlah penting untuk mendorong keterlibatan dalam sebuah perusahaan. Meskipun karyawan menilai atasan langsung cukup efektif dalam peran mereka sebagai manager, namun hanya setengah dari mereka yang mengungkapkan bahwa manajer menyediakan waktu membahas mengenai perkembangan karier dan secara aktif membantu kemajuan karir karyawan.
Memperlakukan karyawan dengan hormat, memberikan pekerjaan sesuai dengan keahlian karyawan, serta menciptakan ide dan cara baru dalam melakukan sebuah pekerjaan merupakan elemen penting bagi karyawan untuk bertahan di suatu perusahaan.
Tower Watson mencatat penting juga bagi atasan langsung untuk terus mengkomunikasikan hal-hal yang dapat mempengaruhi karyawan, memberikan edukasi tentang budaya dan nilai suatu organisasi serta menyediakan informasi mengenai performa perusahaan.
Kondisi ini karena mereka kesulitan memahami faktor-faktor yang mendorong loyalitas dan engagement para pekerja profesional di Tanah Air terhadap perusahaan mereka.
Faktor yang menyebabkan karyawan Indonesia bertahan dalam suatu perusahaan, selain faktor gaji adalah kesempatan pengembangan karier, lingkungan kerja yang nyaman, dan lamanya dalam perjalanan ke kantor.
Banyak perusahaan di Indonesia gagal memahami ini, sehingga 66% karyawan di Indonesia cenderung meninggalkan perusahaan tempatnya bekerja dalam kurun waktu 2 tahun. Sementara hanya 34% mengemukakan niat untuk bertahan di perusahaan tempatnya bekerja saat ini.
Towers Watson dalam Global Workforce Study (GWS) telah melakukan survei terhadap 32.000 karyawan di seluruh dunia termasuk lebih dari 1.000 karyawan di Indonesia dari berbagai level dan demografi.
Survei ini menemukan beberapa isu penting dalam hal bagaimana karyawan memandang perusahaan dan bagaimana perusahaan dapat menggunakan pemahaman ini untuk membentuk perilaku, meningkat engagement dan kinerja karyawan.
Survei ini menunjukkan bahwa peran pemimpin dan manajer dalam perusahaan sangatlah mendasar bagi efektifitas pekerja di Indonesia.
Towers Watson 2014 Talent Management and Rewards Study, sebuah survei global terhadap 1.637 perusahaan termasuk 36 perusahaan di Indonesia menyatakan, lebih dari 70% perusahaan mengalami kesulitan dalam merekrut dan mempertahankan tenaga kerja yang kompeten.
“Hasil studi bahwa karyawan Indonesia cenderung meninggalkan perusahaan tempat mereka bekerja jelas mengkhawatirkan perusahaan-perusahaan di Indonesia," ujar Johannes Eckold, senior consultant Organisational Surveys & Insights, Towers Watson dalam keterangan tertulisnya kepada Sindonews.
"Riset kami menyatakan bahwa karyawan yang memiliki dedikasi tinggi terhadap perusahaan cenderung bertahan dalam perusahaan tersebut. Ini menekankan pentingnya program-program keterlibatan yang berkelanjutan,” lanjutnya.
Tenaga kerja Indonesia cukup unik. Motivasi yang sangat mendorong daya tarik bagi pekerja profesional terhadap suatu perusahaan sering kali diabaikan perusahaan. Khususnya adalah layanan dan manfaat kesehatan, pensiun, serta visi, misi dan nilai suatu perusahaan.
“Selain gaji pokok, kesempatan promosi, layanan dan manfaat kesehatan merupakan elemen kunci yang menciptakan daya tarik perusahaan karyawan. Perusahaan cenderung mengabaikan keinginan karyawan dalam memahami visi, misi dan nilai perusahaan tempat mereka bekerja, serta keinginan untuk mempunyai kesempatan belajar dan berkembang,” tambah Johannes.
Selain itu, atasan langsung seorang karyawan sangatlah penting untuk mendorong keterlibatan dalam sebuah perusahaan. Meskipun karyawan menilai atasan langsung cukup efektif dalam peran mereka sebagai manager, namun hanya setengah dari mereka yang mengungkapkan bahwa manajer menyediakan waktu membahas mengenai perkembangan karier dan secara aktif membantu kemajuan karir karyawan.
Memperlakukan karyawan dengan hormat, memberikan pekerjaan sesuai dengan keahlian karyawan, serta menciptakan ide dan cara baru dalam melakukan sebuah pekerjaan merupakan elemen penting bagi karyawan untuk bertahan di suatu perusahaan.
Tower Watson mencatat penting juga bagi atasan langsung untuk terus mengkomunikasikan hal-hal yang dapat mempengaruhi karyawan, memberikan edukasi tentang budaya dan nilai suatu organisasi serta menyediakan informasi mengenai performa perusahaan.
(dmd)