Modal Rp30 Ribu, Omzet Mr Teto Rp300 Juta/Bulan
A
A
A
MODAL tidak menjadi kendala untuk mengembangkan sebuah bisnis. Kemauan, ketekunan, dan niat yang kuat menjadi modal utama bagi Junaidi dalam mengembangkan bisnis kuliner di Yogyakarta.
Pria asal Madura ini menceritakan, pada awal ke Yogyakarta bersama istri dan anaknya, hanya memegang uang Rp30 ribu. Dalam kondisi tersebut, dia harus memutar otak agar duit sebesar itu dapat menghasilkan keuntungan untuk menyambung hidup di kota gudeg ini.
Kini, dia memiliki resto Mr Teto (Madura Sate dan Soto) dengan omzet hingga ratusan juta rupiah per bulan. "Omzet saya per hari rata-rata Rp10 juta atau sekitar Rp300 juta per bulan. Sekarang sudah punya dua tempat. Ini satu-satunya sate yang bisa delivery," katanya kepada Sindonews, belum lama ini.
Junaidi mengawali karier ini benar-benar dari nol. Modal awal Rp30 ribu dia belikan daging ayam 1,5 kg yang kemudian dibuat puluhan tusuk sate. Tak terduga, satenya langsung habis terjual. Di hari kedua, sate yang dia jual langsung habis dalam waktu 10 menit.
Berangkat dari situlah, dalam waktu satu setengah bulan berhasil membuat gerobag dan berjualan keliling hingga mamiliki lima gerobag dalam waktu enam bulan. Dia pun berjualan keliling selama lima tahun. Namun, memasuki tahun keenam, Junaidi membuat resto Mr Teto.
Aral terjal pun sering dia alami, karena banyak yang iri dengannya. Tetapi hal itu tidak membuatnya lantas putus asa. Hingga akhirnya mengikuti seminar Oneintwenty Movement dan bergabung dengan gerakan ini.
Dalam Workshop Oneintwenty ini banyak pengalaman yang didapatkannya dari para pelaku UMKM yang dishare bersama-sama dan hal ini sangat membantunya. Dia pun mengakui bahwa sebelumnya hanya sebagai orang yang hanya menjalankan usaha, tanpa berpikir bagaimana untuk berkembang.
"Masuk ke sini (Oneintwenty Movement) seakan-akan mengetahui peta bisnis, kapan saatnya kita ngerem dan kapan harus ngegas. Saya kut seminar ini dan kita sadar apa kesalahan dalam bisnis saya. Waktu itu saya hanya mengikuti komunitas sate. Sedangkan bisnis besar dan pemikiran belum ada. Kini banyak komunitas yang saya ikuti," tuturnya.
Mr Teto pada dasarnya sudah menjadi idenya sejak lama dan memperkenalkan brand-nya ini ke semua komunitas. "Bahkan saya pernah mengisi seminar dengan Bapak Dahlan Iskan," terangnya.
Setelah bergabung dengan Oneintwenty Movement, bisnisnya berubah 180 derajat, tidak hanya sate. Dia mengakui, banyak ilmu dan pelajaran yang didapat dari Smartpreneur.
"Jadi, dalam berbisnis itu, kita enggak perlu terburu-buru membuka banyak cabang. Tetapi perbaiki dulu sistemnya, kalau sistemnya sudah bagus, maka mau buka 10 cabang pun akan tetap bagus bisnis itu," ujarnya.
Kini, dia memiliki 23 karyawan. Bahkan, banyak investor yang sudah menawarkan kerja sama untuk membuka Mr Teto di beberapa daerah.
Namun, dia mengakui bahwa sistemnya masih kurang dan harus diperbaiki terlebih dahulu.
"Kita tidak ingin orang mempercayakan uangnya kepada kita, tapi kita enggak bisa bertanggung jawab. Jadi, saya tahan dulu keinginan beberapa investor itu," pungkas Junaidi.
Pria asal Madura ini menceritakan, pada awal ke Yogyakarta bersama istri dan anaknya, hanya memegang uang Rp30 ribu. Dalam kondisi tersebut, dia harus memutar otak agar duit sebesar itu dapat menghasilkan keuntungan untuk menyambung hidup di kota gudeg ini.
Kini, dia memiliki resto Mr Teto (Madura Sate dan Soto) dengan omzet hingga ratusan juta rupiah per bulan. "Omzet saya per hari rata-rata Rp10 juta atau sekitar Rp300 juta per bulan. Sekarang sudah punya dua tempat. Ini satu-satunya sate yang bisa delivery," katanya kepada Sindonews, belum lama ini.
Junaidi mengawali karier ini benar-benar dari nol. Modal awal Rp30 ribu dia belikan daging ayam 1,5 kg yang kemudian dibuat puluhan tusuk sate. Tak terduga, satenya langsung habis terjual. Di hari kedua, sate yang dia jual langsung habis dalam waktu 10 menit.
Berangkat dari situlah, dalam waktu satu setengah bulan berhasil membuat gerobag dan berjualan keliling hingga mamiliki lima gerobag dalam waktu enam bulan. Dia pun berjualan keliling selama lima tahun. Namun, memasuki tahun keenam, Junaidi membuat resto Mr Teto.
Aral terjal pun sering dia alami, karena banyak yang iri dengannya. Tetapi hal itu tidak membuatnya lantas putus asa. Hingga akhirnya mengikuti seminar Oneintwenty Movement dan bergabung dengan gerakan ini.
Dalam Workshop Oneintwenty ini banyak pengalaman yang didapatkannya dari para pelaku UMKM yang dishare bersama-sama dan hal ini sangat membantunya. Dia pun mengakui bahwa sebelumnya hanya sebagai orang yang hanya menjalankan usaha, tanpa berpikir bagaimana untuk berkembang.
"Masuk ke sini (Oneintwenty Movement) seakan-akan mengetahui peta bisnis, kapan saatnya kita ngerem dan kapan harus ngegas. Saya kut seminar ini dan kita sadar apa kesalahan dalam bisnis saya. Waktu itu saya hanya mengikuti komunitas sate. Sedangkan bisnis besar dan pemikiran belum ada. Kini banyak komunitas yang saya ikuti," tuturnya.
Mr Teto pada dasarnya sudah menjadi idenya sejak lama dan memperkenalkan brand-nya ini ke semua komunitas. "Bahkan saya pernah mengisi seminar dengan Bapak Dahlan Iskan," terangnya.
Setelah bergabung dengan Oneintwenty Movement, bisnisnya berubah 180 derajat, tidak hanya sate. Dia mengakui, banyak ilmu dan pelajaran yang didapat dari Smartpreneur.
"Jadi, dalam berbisnis itu, kita enggak perlu terburu-buru membuka banyak cabang. Tetapi perbaiki dulu sistemnya, kalau sistemnya sudah bagus, maka mau buka 10 cabang pun akan tetap bagus bisnis itu," ujarnya.
Kini, dia memiliki 23 karyawan. Bahkan, banyak investor yang sudah menawarkan kerja sama untuk membuka Mr Teto di beberapa daerah.
Namun, dia mengakui bahwa sistemnya masih kurang dan harus diperbaiki terlebih dahulu.
"Kita tidak ingin orang mempercayakan uangnya kepada kita, tapi kita enggak bisa bertanggung jawab. Jadi, saya tahan dulu keinginan beberapa investor itu," pungkas Junaidi.
(izz)