Pasar Obligasi Pekan Ini Berpeluang Menguat Tipis
A
A
A
JAKARTA - Pasar obligasi pada pekan ini diprediksi masih memiliki peluang hanya menguat tipis jika didukung sentimen positif di pasar.
Kepala Riset PT Woori Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan, dengan kembalinya pelaku pasar untuk melakukan transaksi obligasi dan memanfaatkan pelemahan sebelumnya membuat pasar obligasi mampu bergerak naik di akhir pekan.
"Diharapkan sentimen positif dapat kembali mewarnai pasar obligasi di pekan ini," kata dia, Senin (22/12/2014).
Dia memperkirakan, jika terjadi penguatan maka masih akan tipis dengan perubahan harga obligasi rerata sebanyak 30-55 basis points (bps) dan pelemahan harga hingga minimal rerata 65-85 bps.
"Untuk itu, tetap cermati perubahan dan antisipasi sentimen yang ada," saran Reza.
Sementara pada pekan lalu, berlanjutnya sentimen negatif di awal pekan seiring imbas sentimen negatif sebelumnya dari penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2015 oleh Bank Dunia; kenaikan suku bunga (BI rate) ke level 7,75%; hingga masih berlanjutnya laju rupiah yang cenderung tertekan dengan masih menguatnya USD membuat pelaku pasar cenderung kembali melepas obligasinya.
Namun pasca dirilisnya pemberitaan terkait hasil rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) The Fed yang belum mensinyalkan akan adanya kenaikan suku bunga dalam waktu dekat, membuat laju pasar obligasi dan bursa saham Amerika Serikat (AS) bergerak di zona hijau, sehingga berimbas pada laju kenaikan pasar obligasi dan IHSG yang terkena sentimen positifnya.
Kepala Riset PT Woori Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan, dengan kembalinya pelaku pasar untuk melakukan transaksi obligasi dan memanfaatkan pelemahan sebelumnya membuat pasar obligasi mampu bergerak naik di akhir pekan.
"Diharapkan sentimen positif dapat kembali mewarnai pasar obligasi di pekan ini," kata dia, Senin (22/12/2014).
Dia memperkirakan, jika terjadi penguatan maka masih akan tipis dengan perubahan harga obligasi rerata sebanyak 30-55 basis points (bps) dan pelemahan harga hingga minimal rerata 65-85 bps.
"Untuk itu, tetap cermati perubahan dan antisipasi sentimen yang ada," saran Reza.
Sementara pada pekan lalu, berlanjutnya sentimen negatif di awal pekan seiring imbas sentimen negatif sebelumnya dari penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2015 oleh Bank Dunia; kenaikan suku bunga (BI rate) ke level 7,75%; hingga masih berlanjutnya laju rupiah yang cenderung tertekan dengan masih menguatnya USD membuat pelaku pasar cenderung kembali melepas obligasinya.
Namun pasca dirilisnya pemberitaan terkait hasil rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) The Fed yang belum mensinyalkan akan adanya kenaikan suku bunga dalam waktu dekat, membuat laju pasar obligasi dan bursa saham Amerika Serikat (AS) bergerak di zona hijau, sehingga berimbas pada laju kenaikan pasar obligasi dan IHSG yang terkena sentimen positifnya.
(rna)