Pasar Obligasi Akhir Tahun Berpeluang Positif
A
A
A
JAKARTA - Pasar obligasi di akhir tahun ini memiliki peluang ditutup positif, namun jika penguatan harga obligasi tidak dimanfaatkan pelaku pasar untuk ambil untung (profit taking).
Kepala Riset PT Woori Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan, peluang penguatan pada paar obligasi lantaran masih adanya sentimen positif di pasar.
"Masih adanya sentimen positif dapat membantu laju pasar obligasi dapat bertahan di zona hijaunya," kata dia, Minggu (28/12/2014).
Apalagi, dia menambahkan, sentimen dari regional dan global cukup positif, sehingga dapat men-offset pelemahan pada laju nilai tukar rupiah yang melemah seiring membaiknya data-data ekonomi Amerika Serikat.
"Diharapkan sentimen positif dapat kembali mewarnai pasar obligasi di pekan depan," imbuh Reza.
Kendati jika terjadi penguatan, emnurut dia, masih akan tipis dengan perubahan harga obligasi rerata sebanyak minimal 65-100 bps dan pelemahan harga hingga minimal rerata 50-75 bps.
Untuk itu, dia menyarankan keada pelaku pasar untuk tetap mencermati perubahan dan antisipasi sentimen yang ada.
Sementara sepanjang pekan ini, melang libur Natal, laju pasar obligasi bergerak positif. Melemahnya harga obligasi di pekan sebelumnya dimanfaatkan pelaku pasar untuk kembali melakukan transaksi obligasi.
Pergerakan positif ini sejalan dengan laju bursa saham yang mengakhiri lajunya jelang libur Natal di zona hijau. Tampaknya pelaku pasar obligasi juga merespon positif intervensi yang dilakukan Bank Indonesia (BI) dalam menjaga rupiah agar tidak makin jeblok di bawah level Rp13.000-an.
"Laju rupiah yang kembali menguat pasca dilakukannya intervensi memberikan sentimen positif. Selain itu, positifnya laju pasar obligasi regional turut membantu penguatan yang terjadi," ujar dia.
Pergerakan yield secara mingguan kembali berbalik turun di hampir seluruh tenor. Kelompok tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan rata-data yield 3,49 bps; tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan yield sekitar 19,83 bps; dan tenor panjang (8-30tahun) turut mengalami penurunan yield sekitar 15,19%.
Terlihat obligasi pemerintah seri benchmark FR0069 yang memiliki jatuh tempo sekitar 5 tahun mampu melanjutkan penguatan 170,51 bps. Sementara dengan FR0070 yang memiliki jatuh tempo sekitar 10 tahun mengalami kenaikan harga 371,39 bps.
Kepala Riset PT Woori Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan, peluang penguatan pada paar obligasi lantaran masih adanya sentimen positif di pasar.
"Masih adanya sentimen positif dapat membantu laju pasar obligasi dapat bertahan di zona hijaunya," kata dia, Minggu (28/12/2014).
Apalagi, dia menambahkan, sentimen dari regional dan global cukup positif, sehingga dapat men-offset pelemahan pada laju nilai tukar rupiah yang melemah seiring membaiknya data-data ekonomi Amerika Serikat.
"Diharapkan sentimen positif dapat kembali mewarnai pasar obligasi di pekan depan," imbuh Reza.
Kendati jika terjadi penguatan, emnurut dia, masih akan tipis dengan perubahan harga obligasi rerata sebanyak minimal 65-100 bps dan pelemahan harga hingga minimal rerata 50-75 bps.
Untuk itu, dia menyarankan keada pelaku pasar untuk tetap mencermati perubahan dan antisipasi sentimen yang ada.
Sementara sepanjang pekan ini, melang libur Natal, laju pasar obligasi bergerak positif. Melemahnya harga obligasi di pekan sebelumnya dimanfaatkan pelaku pasar untuk kembali melakukan transaksi obligasi.
Pergerakan positif ini sejalan dengan laju bursa saham yang mengakhiri lajunya jelang libur Natal di zona hijau. Tampaknya pelaku pasar obligasi juga merespon positif intervensi yang dilakukan Bank Indonesia (BI) dalam menjaga rupiah agar tidak makin jeblok di bawah level Rp13.000-an.
"Laju rupiah yang kembali menguat pasca dilakukannya intervensi memberikan sentimen positif. Selain itu, positifnya laju pasar obligasi regional turut membantu penguatan yang terjadi," ujar dia.
Pergerakan yield secara mingguan kembali berbalik turun di hampir seluruh tenor. Kelompok tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan rata-data yield 3,49 bps; tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan yield sekitar 19,83 bps; dan tenor panjang (8-30tahun) turut mengalami penurunan yield sekitar 15,19%.
Terlihat obligasi pemerintah seri benchmark FR0069 yang memiliki jatuh tempo sekitar 5 tahun mampu melanjutkan penguatan 170,51 bps. Sementara dengan FR0070 yang memiliki jatuh tempo sekitar 10 tahun mengalami kenaikan harga 371,39 bps.
(rna)