Belanja Pemerintah Picu Pertumbuhan Uang Beredar
A
A
A
JAKARTA - Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, uang beredar pada akhir tahun lalu meningkat dipicu belanja pemerintah di penghujung tahun atau di semester II/2014.
Tapi di sisi lain, dari sisi kredit pertumbuhannya mengalami perlambatan karena pengaruh dari perlambatan ekonomi domestik pada kuartal III/2014.
Pertumbuhan kredit korporasi atau usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), investasi ataupun konsumsi juga mengalami perlambatan.
"Kalau kita lihat, membaiknya pertumbuhan uang beredar ini memang ditunjukan dengan sistem likuiditas perbankan, tapi dari sisi kreditnya memang masih sejalan dari pertumbuhan ekonomi domestik yang melambat," kata Josua, Kamis (8/1/2015).
Menurut dia, di tengah kondisi likuiditas perbankan yang makin menurun serta wacana kenaikan suku bunga acuan turut memicu menurunnya likuiditas atau pasokan dari dolar AS (USD).
Jadi, jika dilihat dari sisi perbankan, rasio pinjaman terhadap simpanan (loan to deposit/LDR) perbankan juga hampir mendekati level batas atas sekitar 92%.
"Ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi domestik, tapi kita harapkan terjadi perbaikan tahun ini, di mana yoy bisa 5,35 dengan harapan reformasi kebijakan subsidi BBM yang sudah dimulai pada 1 Januari kemarin itu dapat dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur," terangnya.
Josua memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV/2014 masih melambat, di bawah 5%. Hal ini akibat pada November lalu, pemerintah melakukan kebijakan dengan menaikan harga BBM, sehingga dampaknya masih akan terasa di kuartal IV.
(Baca: BI Catat Uang Beredar di November Rp4.076 T)
Tapi di sisi lain, dari sisi kredit pertumbuhannya mengalami perlambatan karena pengaruh dari perlambatan ekonomi domestik pada kuartal III/2014.
Pertumbuhan kredit korporasi atau usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), investasi ataupun konsumsi juga mengalami perlambatan.
"Kalau kita lihat, membaiknya pertumbuhan uang beredar ini memang ditunjukan dengan sistem likuiditas perbankan, tapi dari sisi kreditnya memang masih sejalan dari pertumbuhan ekonomi domestik yang melambat," kata Josua, Kamis (8/1/2015).
Menurut dia, di tengah kondisi likuiditas perbankan yang makin menurun serta wacana kenaikan suku bunga acuan turut memicu menurunnya likuiditas atau pasokan dari dolar AS (USD).
Jadi, jika dilihat dari sisi perbankan, rasio pinjaman terhadap simpanan (loan to deposit/LDR) perbankan juga hampir mendekati level batas atas sekitar 92%.
"Ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi domestik, tapi kita harapkan terjadi perbaikan tahun ini, di mana yoy bisa 5,35 dengan harapan reformasi kebijakan subsidi BBM yang sudah dimulai pada 1 Januari kemarin itu dapat dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur," terangnya.
Josua memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV/2014 masih melambat, di bawah 5%. Hal ini akibat pada November lalu, pemerintah melakukan kebijakan dengan menaikan harga BBM, sehingga dampaknya masih akan terasa di kuartal IV.
(Baca: BI Catat Uang Beredar di November Rp4.076 T)
(rna)