Pengusaha Wanita Siap Berkompetisi di MEA 2015
A
A
A
BANDUNG - Pengusaha wanita yang tergabung dalam Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) siap berkompetisi di ajang perdagangan bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.
"Saya akui anggota Hipmi perempuan masih kecil hanya 5% dari 30.000 lebih anggota Hipmi. Untuk itu, pengusaha perempuan harus lebih berani tampil," ujar Ketua Bidang Internasional Hipmi, Hardini Puspasari di sela-sela Munas XV di The Trans Luxury Hotel, Bandung, Jawa Barat, Senin(12/1/2015).
Dia mengungkapkan, meski belum banyak menyerap tenaga kerja, pengusaha wanita di Hipmi sebagian besar berkecimpung di bisnis tourism, restoran, mikro/ritel, PR konsultan, dan biro travel.
"Semua bidang bisnis tersebut sesuai dengan digelarnya MEA 2015," ujar Hardini, yang juga Presiden Direktur Inmarcomm ini.
Menurut sarjana ilmu komunikasi tersebut, pola pikir keluarga muda di Indonesia sudah berubah dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Di mana para suami mendukung penuh istrinya untuk menjadi wirausahawan pemula.
Namun, Hardini menyatakan, untuk bersaing di kancah MEA, para pengusaha pemula di Indonesia masih memiliki kelemahan terutama dari sisi promosi, branding, marketing hingga packaging/kemasan yang mampu menarik perhatian pangsa pasar.
"Nah, yang terpenting tentunya kami harus memiliki payung hukum berupa UU Pengusaha Pemula," pungkas Hardini.
"Saya akui anggota Hipmi perempuan masih kecil hanya 5% dari 30.000 lebih anggota Hipmi. Untuk itu, pengusaha perempuan harus lebih berani tampil," ujar Ketua Bidang Internasional Hipmi, Hardini Puspasari di sela-sela Munas XV di The Trans Luxury Hotel, Bandung, Jawa Barat, Senin(12/1/2015).
Dia mengungkapkan, meski belum banyak menyerap tenaga kerja, pengusaha wanita di Hipmi sebagian besar berkecimpung di bisnis tourism, restoran, mikro/ritel, PR konsultan, dan biro travel.
"Semua bidang bisnis tersebut sesuai dengan digelarnya MEA 2015," ujar Hardini, yang juga Presiden Direktur Inmarcomm ini.
Menurut sarjana ilmu komunikasi tersebut, pola pikir keluarga muda di Indonesia sudah berubah dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Di mana para suami mendukung penuh istrinya untuk menjadi wirausahawan pemula.
Namun, Hardini menyatakan, untuk bersaing di kancah MEA, para pengusaha pemula di Indonesia masih memiliki kelemahan terutama dari sisi promosi, branding, marketing hingga packaging/kemasan yang mampu menarik perhatian pangsa pasar.
"Nah, yang terpenting tentunya kami harus memiliki payung hukum berupa UU Pengusaha Pemula," pungkas Hardini.
(dmd)