Hipmi Perlu Revolusi Mental
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah menyayangkan deadlock yang terjadi pada Munas XV Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) di Bandung, Jawa Barat, pekan lalu.
"Saya pikir semua sudah menjadi tren di organisasi muda seperti itu, partai politik juga seperti itu (ribut-ribut). Ini perlu revolusi mental," ujar Menko Perekonomian Sofyan Djalil usai memimpin Rakor tentang Pendidikan Kejuruan di Gedung Kemenko, Selasa (20/1/2015).
Menurut Sofjan, yang juga sempat menjadi keynote speech pada Munas XV HIPMI, organisasi seharusnya menjadi lembaga dimana pengurus maupun anggotanya meningkatkan profesionalisme, mengadakan kompetisi, serta meningkatkan kemampuan bersaing di kancah global menjelang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.
"Ini sangat disesalkan, Hipmi kan organisasi pemuda. Tapi, yang terjadi menjadi politik. Itu menjadi tidak profesional," tegasnya.
Sofyan berharap, pengusaha muda yang tergabung dalam Hipmi mampu mencari jalan keluar yang terbaik demi kemajuan dunia usaha terutama bagi sektor UMKM yang selama ini menjadi anggota mayoritas Hipmi.
Seperti diketahui, Munas Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) XV diwarnai keributan dan deadlock hingga Rabu (14/1/2015) dinihari.
Sejumlah agenda di Munas yang dibuka Presiden Joko Widodo (Jokowi) berkali-kali molor dan deadlock dalam rapat pleno III yang membahas AD-ART.
Akhirnya, pemimpin sidang menghentikan acara. Tak ada kejelasan kapan munas akan dilanjutkan dan memunculkan ketua umum baru pengganti Raja Sapta Oktohari, yang sudah ditetapkan demisioner.
"Saya pikir semua sudah menjadi tren di organisasi muda seperti itu, partai politik juga seperti itu (ribut-ribut). Ini perlu revolusi mental," ujar Menko Perekonomian Sofyan Djalil usai memimpin Rakor tentang Pendidikan Kejuruan di Gedung Kemenko, Selasa (20/1/2015).
Menurut Sofjan, yang juga sempat menjadi keynote speech pada Munas XV HIPMI, organisasi seharusnya menjadi lembaga dimana pengurus maupun anggotanya meningkatkan profesionalisme, mengadakan kompetisi, serta meningkatkan kemampuan bersaing di kancah global menjelang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.
"Ini sangat disesalkan, Hipmi kan organisasi pemuda. Tapi, yang terjadi menjadi politik. Itu menjadi tidak profesional," tegasnya.
Sofyan berharap, pengusaha muda yang tergabung dalam Hipmi mampu mencari jalan keluar yang terbaik demi kemajuan dunia usaha terutama bagi sektor UMKM yang selama ini menjadi anggota mayoritas Hipmi.
Seperti diketahui, Munas Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) XV diwarnai keributan dan deadlock hingga Rabu (14/1/2015) dinihari.
Sejumlah agenda di Munas yang dibuka Presiden Joko Widodo (Jokowi) berkali-kali molor dan deadlock dalam rapat pleno III yang membahas AD-ART.
Akhirnya, pemimpin sidang menghentikan acara. Tak ada kejelasan kapan munas akan dilanjutkan dan memunculkan ketua umum baru pengganti Raja Sapta Oktohari, yang sudah ditetapkan demisioner.
(dmd)