Prospek Sri Rejeki di Pasar Global Diprediksi Cerah
A
A
A
JAKARTA - Emiten tekstil terintegrasi, PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) diprediksi memiliki prospek cerah sebagai pemain global dalam industri tekstil seiring dengan ekspektasi pulihnya ekonomi global.
Analis Pefindo Achmad Kurniawan Sudjatmiko mengatakan bahwa prospek itu didukung rencana perseroan meningkatkan kapasitas produksi usaha berkelanjutan dalam menembus pasar lain, dan memperbesar basis pelanggan.
Untuk mengantisipasi meningkatnya permintaan di tengah fasilitas produksi SRIL yang mendekati kapasitas penuh, perseroan telah melakukan akuisisi PT Sinar Pantja Djaja (SPD) pada akhir 2013.
SPD merupakan perusahaan produksi benang, yang berlokasi di Semarang, Jawa Tengah. Adapun utilisasi kapasitas produksi pemintalan, penenunan, kain lembaran, dan pakaian jadi perusahaan adalah sebesar 90%, 93%, 90%, dan 95%.
"Selain itu, perseroan juga berupaya mempertahankan kualitas produknya akan tetap menjadikan SRIL sebagai pemimpin pasar di Asia Tenggara," kata dia dalam risetnya.
SRIL merupakan salah satu perusahaan tekstil terintegrasi vertikal terbesar di Asia tenggara, yang mengoperasikan sembilan pabrik benang, tiga pabrik kain tenun, tiga pabrik kain jadi, dan sembilan pabrik pakain jadi.
Dia menjelaskan, industri tekstil global dan domestik bangkit kembali setelah anjlok karena perlambatan ekonomi pada 2009. Industri tekstil global tumbuh mencapai 10,7% CAGR selama tahun 2009-2012, lebih tinggi dibandingkan 2002–2008 yang hanya mencapai 8,4%.
Di dalam negeri melompat signifikan hingga 12% CAGR selama 2009-2012, dari hanya 4,1% CAGR selama 2002-2008. Menurut dia, akselerasi urbanisasi disposable income yang lebih tinggi di negara berkembang, serta kondisi makro ekonomi Indonesia yang kuat adalah faktor utama untuk pertumbuhan tersebut.
Sementara untuk pembiayaan kembali (refinancing) dan penguatan modal kerja, perseroan pada tahun lalu melalui anak perusahaannya di Singapura, Golden Legacy Ple Ltd menerbitkan obligasi senior sebesar USD200 juta, USD70 juta dan MTN senilai USD30 juta.
"Kami menganggap tindakan itu tepat karena karena pembayaran pokok efek tersebut terjadi saat jatuh tempo, yang akan meringankan beban keuangan SRIL selama jangka efek," ujarnya.
Dia memprediksi, pendapatan perseroan pada tahun ini akan tumbuh 11,25% menjadi Rp7,91 triliun dibanding proyeksi tahun lalu sebesar Rp7,11 triliun. Sedangkan laba bersih diprediksi tumbuh 15,60% menjadi Rp1,26 triliun dari proyeksi akhir 2014 sebesar Rp1,09 triliun.
Adapun target harga saham perseroan terendah berada di level Rp248 per lembar dan tertinggi di harga Rp280 per lembar. Pada akhir perdagangan pekan ini, harga saham perseroan di harga Rp164 per lembar.
Analis Pefindo Achmad Kurniawan Sudjatmiko mengatakan bahwa prospek itu didukung rencana perseroan meningkatkan kapasitas produksi usaha berkelanjutan dalam menembus pasar lain, dan memperbesar basis pelanggan.
Untuk mengantisipasi meningkatnya permintaan di tengah fasilitas produksi SRIL yang mendekati kapasitas penuh, perseroan telah melakukan akuisisi PT Sinar Pantja Djaja (SPD) pada akhir 2013.
SPD merupakan perusahaan produksi benang, yang berlokasi di Semarang, Jawa Tengah. Adapun utilisasi kapasitas produksi pemintalan, penenunan, kain lembaran, dan pakaian jadi perusahaan adalah sebesar 90%, 93%, 90%, dan 95%.
"Selain itu, perseroan juga berupaya mempertahankan kualitas produknya akan tetap menjadikan SRIL sebagai pemimpin pasar di Asia Tenggara," kata dia dalam risetnya.
SRIL merupakan salah satu perusahaan tekstil terintegrasi vertikal terbesar di Asia tenggara, yang mengoperasikan sembilan pabrik benang, tiga pabrik kain tenun, tiga pabrik kain jadi, dan sembilan pabrik pakain jadi.
Dia menjelaskan, industri tekstil global dan domestik bangkit kembali setelah anjlok karena perlambatan ekonomi pada 2009. Industri tekstil global tumbuh mencapai 10,7% CAGR selama tahun 2009-2012, lebih tinggi dibandingkan 2002–2008 yang hanya mencapai 8,4%.
Di dalam negeri melompat signifikan hingga 12% CAGR selama 2009-2012, dari hanya 4,1% CAGR selama 2002-2008. Menurut dia, akselerasi urbanisasi disposable income yang lebih tinggi di negara berkembang, serta kondisi makro ekonomi Indonesia yang kuat adalah faktor utama untuk pertumbuhan tersebut.
Sementara untuk pembiayaan kembali (refinancing) dan penguatan modal kerja, perseroan pada tahun lalu melalui anak perusahaannya di Singapura, Golden Legacy Ple Ltd menerbitkan obligasi senior sebesar USD200 juta, USD70 juta dan MTN senilai USD30 juta.
"Kami menganggap tindakan itu tepat karena karena pembayaran pokok efek tersebut terjadi saat jatuh tempo, yang akan meringankan beban keuangan SRIL selama jangka efek," ujarnya.
Dia memprediksi, pendapatan perseroan pada tahun ini akan tumbuh 11,25% menjadi Rp7,91 triliun dibanding proyeksi tahun lalu sebesar Rp7,11 triliun. Sedangkan laba bersih diprediksi tumbuh 15,60% menjadi Rp1,26 triliun dari proyeksi akhir 2014 sebesar Rp1,09 triliun.
Adapun target harga saham perseroan terendah berada di level Rp248 per lembar dan tertinggi di harga Rp280 per lembar. Pada akhir perdagangan pekan ini, harga saham perseroan di harga Rp164 per lembar.
(rna)