Kekecewaan Sofyan Saat Buka Seminar 200 Investor Korsel
A
A
A
JAKARTA - Pertemuan yang dikemas dalam seminar investasi antara Indonesia dengan 200 investor asal Korea Selatan (Korsel) meninggalkan kesan buruk bagi Menko Perekonomian Sofyan Djalil untuk penerjemah bahasa Korsel yang sengaja ditugaskan di sana.
Penerjemah ini adalah jembatan komunikasi antara pihak Korsel dan pemerintah. Namun peran penerjemah dalam Seminar CEO Gathering ini kurang maksimal, sehingga Sofyan merasa kecewa.
"Saya merasa tidak tahu harus berbahasa apa, apakah harus berbicara bahasa Indonesia atau Inggris. Karena sayang sekali terjemahan yang disampaikan mengecewakan. Inilah yang disebut lost translation," ucap Sofyan di Gedung BKPM, Jakarta, Rabu (11/2/2015).
Selain itu, saat pihak Korea memaparkan pidato sambutan, Sofyan yang merasa kesulitan menggunakan alat penerjemah dan menangkap isi yang disampaikan pihak Jepang dalam bahasa Indonesia. Kata-katanya tak beraturan dan terkadang tak terdengar bunyi sama sekali.
Akhirnya, Sofyan memilih menyampaikan sambutan dalam bahasa Inggris, karena jika menggunakan bahasa Indonesia, Sofyan mengkhawatirkan si penerjemah tak bisa mengartikannya ke dalam bahasa Inggris.
"Saya memilih berbicara bahasa Inggris dibanding bahasa Indonesia. Karena saya tak tahu apa penerjemahnya bisa menerjemahkan bahasa Indonesia, nanti malah lost lagi karena mengecewakan," tandasnya.
(Baca: Genjot Bangun Infrastruktur, BKPM Undang 200 Investor Korsel)
Penerjemah ini adalah jembatan komunikasi antara pihak Korsel dan pemerintah. Namun peran penerjemah dalam Seminar CEO Gathering ini kurang maksimal, sehingga Sofyan merasa kecewa.
"Saya merasa tidak tahu harus berbahasa apa, apakah harus berbicara bahasa Indonesia atau Inggris. Karena sayang sekali terjemahan yang disampaikan mengecewakan. Inilah yang disebut lost translation," ucap Sofyan di Gedung BKPM, Jakarta, Rabu (11/2/2015).
Selain itu, saat pihak Korea memaparkan pidato sambutan, Sofyan yang merasa kesulitan menggunakan alat penerjemah dan menangkap isi yang disampaikan pihak Jepang dalam bahasa Indonesia. Kata-katanya tak beraturan dan terkadang tak terdengar bunyi sama sekali.
Akhirnya, Sofyan memilih menyampaikan sambutan dalam bahasa Inggris, karena jika menggunakan bahasa Indonesia, Sofyan mengkhawatirkan si penerjemah tak bisa mengartikannya ke dalam bahasa Inggris.
"Saya memilih berbicara bahasa Inggris dibanding bahasa Indonesia. Karena saya tak tahu apa penerjemahnya bisa menerjemahkan bahasa Indonesia, nanti malah lost lagi karena mengecewakan," tandasnya.
(Baca: Genjot Bangun Infrastruktur, BKPM Undang 200 Investor Korsel)
(izz)