Elnusa Bukukan Kenaikan Laba Bersih 73%
A
A
A
JAKARTA - Emiten penyedia jasa energi, PT Elnusa Tbk (ELSA) sepanjang tahun lalu membukukan kenaikan laba bersih sebesar 73,2% menjadi Rp412,43 miliar dibanding tahun sebelumnya senilai Rp238,06 miliar.
Adapun laba per saham bertambah dari Rp32,8 menjadi Rp56,5. Naiknya laba bersih perusahaan didukung meningkatnya pendapatan usaha sebesar 2,7% menjadi Rp4,22 triliun dari capaian tahun 2013 sebesar Rp4,22 triliun.
Dalam keterangan perseroan dijelaskan bahwa pendapatan usaha tersebut dikontribusi dari segmen jasa hulu minyak dan gas sebesar 58% dan sisanya 37% dari anak perusahaan di jasa hilir migas.
Selain itu, perusahaan juga berhasil melakukan efisiensi biaya dan optimalisasi posisi kas. Kinerja keuangan perseroan pada tahun lalu juga didukung hasil penjualan aset tanah dan selisih nilai tukar mata uang.
Sementara posisi kas dan setara kas perusahaan akhir tahun lalu mengalami penurunan sebesar 19,7% menjadi Rp1,06 triliun dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp1,32 triliun.
Turunnya posisi kas dan setara kas tersebut didorong pembayaran utang bank dan pembelanjaan aktiva tetap, masing-masing Rp438 miliar dan Rp366 miliar.
Adapun pembelanjaan aktiva tetap merupakan investasi untuk menambah kapasitas peralatan operasi di oilfield service, seperti accomodation work barge, electric wireline unit, coiled tubing unit serta di seismic service, seperti geophones dan peralatan pendukung operasi lainnya.
Adapun laba per saham bertambah dari Rp32,8 menjadi Rp56,5. Naiknya laba bersih perusahaan didukung meningkatnya pendapatan usaha sebesar 2,7% menjadi Rp4,22 triliun dari capaian tahun 2013 sebesar Rp4,22 triliun.
Dalam keterangan perseroan dijelaskan bahwa pendapatan usaha tersebut dikontribusi dari segmen jasa hulu minyak dan gas sebesar 58% dan sisanya 37% dari anak perusahaan di jasa hilir migas.
Selain itu, perusahaan juga berhasil melakukan efisiensi biaya dan optimalisasi posisi kas. Kinerja keuangan perseroan pada tahun lalu juga didukung hasil penjualan aset tanah dan selisih nilai tukar mata uang.
Sementara posisi kas dan setara kas perusahaan akhir tahun lalu mengalami penurunan sebesar 19,7% menjadi Rp1,06 triliun dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp1,32 triliun.
Turunnya posisi kas dan setara kas tersebut didorong pembayaran utang bank dan pembelanjaan aktiva tetap, masing-masing Rp438 miliar dan Rp366 miliar.
Adapun pembelanjaan aktiva tetap merupakan investasi untuk menambah kapasitas peralatan operasi di oilfield service, seperti accomodation work barge, electric wireline unit, coiled tubing unit serta di seismic service, seperti geophones dan peralatan pendukung operasi lainnya.
(rna)