Jelang MEA, Sucofindo-Surveyor Harus Perbaiki Kelemahan
A
A
A
JAKARTA - Dua perusahaan jasa verifikasi national PT Surveyor Indonesia dan PT Sucofindo diyakini akan mampu menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada akhir 2015. Namun, agar kemampuan tersebut terus terjaga, kedua BUMN ini harus memperbaiki berbagai kelemahan.
Kedua BUMN tersebut harus hadir di pelabuhan ekspor menengah dan membangun aliansi strategis dengan lembaga sejenis. Saran tersebut disampaikan mantan Sekjen DPP Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) M Dakhri Sunusi dan Analis Kebijakan publik dari Universitas Nasional Jakarta Rusman Gazali.
Dakhri yang sudah lama bergerak di bidang ekspor kakao mengatakan, Sucofindo maupun Surveyor Indonesia sudah sangat dikenal buyers luar negeri sebagai perusahaan yang memiliki kredibilitas memadai. "Pelayanan pun selama ini, juga sudah bagus," katanya, Selasa (17/2/2015).
Namun, Dakhri mengusulkan agar kedua BUMN jasa verifikasi itu memperbaiki beberapa kelemahan seperti hadir di pelabuhan ekspor yang berskala menengah, sehingga tidak perlu ada mobilisasi alat ataupun waktu pelayanan cukup lama seperti yang terjadi selama ini.
Pihaknya menilai, kualitas pelayanan kedua BUMN itu juga sudah bagus. Namun, dalam menghadapi MEA, dia mengingatkan Sucofindo-Surveyor Indonesia agar terus meningkatkan pelayanannya.
"Jangan sampai pasar domestik Indonesia diambil apalagi dikuasai lembaga surveyor sejenis dari negara-negara ASEAN lainnya," tutur Dakhri.
Dia juga mengharapkan ada peningkatan peran pemerintah agar perusahaan-perusahaan skala menengah dan kecil yang bergerak dibidang kegiatan ekspor diberikan perlakuan khusus dengan perusahaan eksportir yang berkelas besar.
"Bagaimana mau kompetitif dan bersaing kalau pemerintah tidak mendorong pelaku ekspor usaha kecil dan menengah. Selama ini Surveyor-Sucofindo sudah sangat bagus dan profesional namun tetap saja pemerintah perlu hadir," jelasnya.
Sementara, Rusman Gazali meyakini baik Sucofindo maupun Surveyor Indonesia akan mampu merebut pasar bebas ASEAN, karena kapasitas dan kredibilitasnya yang teruji selama ini. Namun, dia mengusulkan agar Sucofindo dan Surveyor Indonesia membangun aliansi strategis dengan lembaga verifikasi lainnya, baik di dalam maupun luar negeri.
"Ini penting agar jangkauan pasar kedua BUMN itu juga semakin luas, khususnya dalam menguasai pasar global," terangnya.
Sucofindo dan Surveyor Indonesia perlu terus meningkatkan kapasitas SDM, karena persaingan saat MEA akan semakin ketat. "Tidak ada batas optimal dalam meningkatkan kapasitas SDM, seberapapun tingginya kemampuan SDM tetap harus ditingkatkan seiring perkembangan teknologi yang juga tidak ada batasnya," tutur dia.
Diakui Rusman, jika dilihat kondisi saat ini, Sucofinfo dan Suveyor Indonesia memiliki keunggulan dibanding pesaing-pesaingnya dari negara-negara ASEAN.
Namun, saat pasar bebas ASEAN benar-benar dibuka akhir Desember, bisa saja akan terjadi kejutan dari perusahaan verifikasi di negara-negara ASEAN yang kini bersiap menghadapi saat-saat penting itu.
"Kita harus hati-hati menghadapi konsolidasi mereka. Kuncinya, ya kita juga harus terus mempersiapkan diri, dengan meningkatkan kemampuan SDM dan jaringan kita," pungkas Rusman.
Kedua BUMN tersebut harus hadir di pelabuhan ekspor menengah dan membangun aliansi strategis dengan lembaga sejenis. Saran tersebut disampaikan mantan Sekjen DPP Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) M Dakhri Sunusi dan Analis Kebijakan publik dari Universitas Nasional Jakarta Rusman Gazali.
Dakhri yang sudah lama bergerak di bidang ekspor kakao mengatakan, Sucofindo maupun Surveyor Indonesia sudah sangat dikenal buyers luar negeri sebagai perusahaan yang memiliki kredibilitas memadai. "Pelayanan pun selama ini, juga sudah bagus," katanya, Selasa (17/2/2015).
Namun, Dakhri mengusulkan agar kedua BUMN jasa verifikasi itu memperbaiki beberapa kelemahan seperti hadir di pelabuhan ekspor yang berskala menengah, sehingga tidak perlu ada mobilisasi alat ataupun waktu pelayanan cukup lama seperti yang terjadi selama ini.
Pihaknya menilai, kualitas pelayanan kedua BUMN itu juga sudah bagus. Namun, dalam menghadapi MEA, dia mengingatkan Sucofindo-Surveyor Indonesia agar terus meningkatkan pelayanannya.
"Jangan sampai pasar domestik Indonesia diambil apalagi dikuasai lembaga surveyor sejenis dari negara-negara ASEAN lainnya," tutur Dakhri.
Dia juga mengharapkan ada peningkatan peran pemerintah agar perusahaan-perusahaan skala menengah dan kecil yang bergerak dibidang kegiatan ekspor diberikan perlakuan khusus dengan perusahaan eksportir yang berkelas besar.
"Bagaimana mau kompetitif dan bersaing kalau pemerintah tidak mendorong pelaku ekspor usaha kecil dan menengah. Selama ini Surveyor-Sucofindo sudah sangat bagus dan profesional namun tetap saja pemerintah perlu hadir," jelasnya.
Sementara, Rusman Gazali meyakini baik Sucofindo maupun Surveyor Indonesia akan mampu merebut pasar bebas ASEAN, karena kapasitas dan kredibilitasnya yang teruji selama ini. Namun, dia mengusulkan agar Sucofindo dan Surveyor Indonesia membangun aliansi strategis dengan lembaga verifikasi lainnya, baik di dalam maupun luar negeri.
"Ini penting agar jangkauan pasar kedua BUMN itu juga semakin luas, khususnya dalam menguasai pasar global," terangnya.
Sucofindo dan Surveyor Indonesia perlu terus meningkatkan kapasitas SDM, karena persaingan saat MEA akan semakin ketat. "Tidak ada batas optimal dalam meningkatkan kapasitas SDM, seberapapun tingginya kemampuan SDM tetap harus ditingkatkan seiring perkembangan teknologi yang juga tidak ada batasnya," tutur dia.
Diakui Rusman, jika dilihat kondisi saat ini, Sucofinfo dan Suveyor Indonesia memiliki keunggulan dibanding pesaing-pesaingnya dari negara-negara ASEAN.
Namun, saat pasar bebas ASEAN benar-benar dibuka akhir Desember, bisa saja akan terjadi kejutan dari perusahaan verifikasi di negara-negara ASEAN yang kini bersiap menghadapi saat-saat penting itu.
"Kita harus hati-hati menghadapi konsolidasi mereka. Kuncinya, ya kita juga harus terus mempersiapkan diri, dengan meningkatkan kemampuan SDM dan jaringan kita," pungkas Rusman.
(izz)