Inovatif, Mebel dan Ukir Jepara Siap Hadapi MEA
A
A
A
JEPARA - Produk mebel, ukir dan furnitur asal Jepara, Jawa Tengah (Jateng) diyakini tetap mampu bersaing dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang berlaku mulai akhir 2015. Karena, para perajin produk budaya asal Jepara itu memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, sehingga memiliki daya saing tinggi.
Sekretaris Daerah (Sekda) Jepara Sholih mengatakan, MEA akan menjadi tren bagi dunia, sehingga Indonesia mau tak mau harus ikut dan terlibat aktif di dalamnya.
Meski begitu, dia tetap yakin bahwa MEA tidak akan mematikan industri mebel, ukir dan furnitur asal Jepara.
Optimisme bukan tanpa alasan. Sebab sejauh ini, banyak industri mebel tumbuh di kawasan Asia, namun fakta di lapangan menunjukkan ekspor mebel, ukir dan furnitur Jepara terus membaik dalam beberapa tahun terakhir. Saat ini, produk unggulan Jepara itu sudah menembus ratusan negara di dunia, mulai dari benua Eropa, Amerika, Afrika, hingga Asia.
Menurutnya, hal tersebut berkat kreativitas dan inovasi yang selalu ada dalam produk andalan Jepara berbahan dasar kayu tersebut. Mebel, ukir dan furnitur Jepara memiliki spesifikasi dan keunikan tersendiri. Karena alasan itu pula, produk asal Jepara tidak mudah ditiru negara lain.
"Kerajinan asal Jepara itu produk budaya. Jadi ada makna filosofis yang membedakan produk kita dengan lainnya. Ini salah satu kekuatan yang berimbas tingginya daya saing produk kita," kata Sholih, Selasa (17/2/2015).
Meski demikian, pelaku usaha mebel, ukir dan furnitur asal Jepara juga harus melakukan penguatan di berbagai lini seiring berlakunya MEA. Penguatan daya saing itu tidak hanya sekadar urusan yang berkaitan dengan produk semata.
Namun, juga penguasaan bahasa asing agar komunikasi dengan buyer dari luar negeri juga lebih lancar. Tak kalah pentingnya pengembangan jejaring antara para perajin, perusahaan besar maupun investor. "Pasar tidak dapat diarahkan, namun kita harus terus melakukan berbagai terobosan baru agar produk asal Jepara terus berjaya," tandasnya.
Sekretaris Daerah (Sekda) Jepara Sholih mengatakan, MEA akan menjadi tren bagi dunia, sehingga Indonesia mau tak mau harus ikut dan terlibat aktif di dalamnya.
Meski begitu, dia tetap yakin bahwa MEA tidak akan mematikan industri mebel, ukir dan furnitur asal Jepara.
Optimisme bukan tanpa alasan. Sebab sejauh ini, banyak industri mebel tumbuh di kawasan Asia, namun fakta di lapangan menunjukkan ekspor mebel, ukir dan furnitur Jepara terus membaik dalam beberapa tahun terakhir. Saat ini, produk unggulan Jepara itu sudah menembus ratusan negara di dunia, mulai dari benua Eropa, Amerika, Afrika, hingga Asia.
Menurutnya, hal tersebut berkat kreativitas dan inovasi yang selalu ada dalam produk andalan Jepara berbahan dasar kayu tersebut. Mebel, ukir dan furnitur Jepara memiliki spesifikasi dan keunikan tersendiri. Karena alasan itu pula, produk asal Jepara tidak mudah ditiru negara lain.
"Kerajinan asal Jepara itu produk budaya. Jadi ada makna filosofis yang membedakan produk kita dengan lainnya. Ini salah satu kekuatan yang berimbas tingginya daya saing produk kita," kata Sholih, Selasa (17/2/2015).
Meski demikian, pelaku usaha mebel, ukir dan furnitur asal Jepara juga harus melakukan penguatan di berbagai lini seiring berlakunya MEA. Penguatan daya saing itu tidak hanya sekadar urusan yang berkaitan dengan produk semata.
Namun, juga penguasaan bahasa asing agar komunikasi dengan buyer dari luar negeri juga lebih lancar. Tak kalah pentingnya pengembangan jejaring antara para perajin, perusahaan besar maupun investor. "Pasar tidak dapat diarahkan, namun kita harus terus melakukan berbagai terobosan baru agar produk asal Jepara terus berjaya," tandasnya.
(izz)