Harga Beras di Bantul Menlonjak

Selasa, 24 Februari 2015 - 02:32 WIB
Harga Beras di Bantul...
Harga Beras di Bantul Menlonjak
A A A
JAKARTA - Harga beras di Kabupaten Bantul mengalami kenaikan cukup tajam. Harga beras IR 1 mencapai Rp10.500/kg, IR 2 sebesar Rp10.000/kg dan beras Delanggu mencapai Rp10.500/kg. Harga tersebut jauh lebih tinggi dibanding akhir pekan lalu, Rp9.000/kg.

Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kabupaten Bantul, Sahadi Suparja mengatakan, harga beras menunjukkan tanda-tanda kenaikan pada Jumat (20/2/2015). Saat itu, harga beras mulai merangkak naik dari Rp9.000 ke Rp9.500/kg dan hingga awal pekan ini bertahan di level Rp10.500/kg.

"Kami memang sudah menduga akan ada kenaikan dari akhir pekan lalu," tutur Sahadi, Senin (23/2/2015).

Dia memperkirakan, kenaikan harga tersebut karena belum musim panen. Meski permintaan stabil karena belum musim panen maka secara otomatis harga akan merangkak naik.

Menurutnya, stok di Kabupaten Bantul jauh mencukupi karena hasil beras di Kabupaten Bantul mencapai 180.000 ton per tahun. Sementara konsumsi di Bantul hanya mencapai 100.000 ton atau surplus 80.000 ton.

Meski demikian, stok masih ada tetapi harga jualnya cenderung tinggi. "Sebenarnya ini keuntungan dari petani, biar petani menikmati hasilnya," ujar Sahadi.

Sebagai institusi yang bertugas menjaga kestabilan harga bahan pokok, dari hasil pantauan hari ini, pihaknya tengah mengajukan usulan kepada bupati untuk membuat kajian tentang kemungkinan operasi pasar. Dalam operasi pasar yang dilakukan biasanya harga jual beras sebesar Rp6.800/kg.

Sementara, Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dispertahut) Kabupaten Bantul Partogi Dame Pakpahan mengatakan, pihaknya merasa heran dengan kenaikan harga beras. Karena secara logika, tidak mungkin harga beras akan naik di tengah kondisi stok beras di tangan petani masih mencukupi.

Dia menengarai ada oknum yang bermain dalam sistem distribusi beras di negara ini, sebab di awal tahun yang lalu beberapa negara seperti Vietnam yang merupakan penghasil beras merengek-rengek agar mengimpor beras mereka.

Pihaknya menduga ada korelasi tingginya harga beras saat ini dengan yang terjadi awal tahun lalu. "Saya kira ada oknum mafia yang bermain dalam saluran distribusi beras," tandasnya.

Namun, selaku Pembina para petani, dia mengaku gembira dengan tingginya harga beras tersebut. Karena dengan kenaikan harga beras tersebut, maka kesejahteraan petani akan mengalami kenaikan. Saat ini, biaya produksi petani tidak mengalami kenaikan karena harga pupuk ataupun bibit masih stabil.

Hanya saja, dia tetap berharap agar swasembada beras di Indonesia bisa tercapai sehingga tidak ada lagi beras impor yang masuk ke Indonesia. Sehingga, swasembada beras merupakan salah satu bukti dari kesejahteraan para petani.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0661 seconds (0.1#10.140)