Industri Automotif Berpeluang Tingkatkan Devisa Negara
A
A
A
JAKARTA - Pengamat ekonomi Faisal Basri mengemukakan, Indonesia bisa memanfaatkan kelengahan negara lain dalam menggenjot devisa negara. Salah satunya dengan mendorong industri automotif dalam negeri.
Dia bersyukur industri automotif bisa menyumbang devisa negara cukup banyak. "Alhamdulillah sekarang industri automotif kita mampu menyumbang devisa yang cukup besar. Nah, ini bagaimana kita bisa terus mendorong menjadi lebih baik," ujarnya, dalam forum diskusi perdagangan di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin (23/2/2015).
Menurut dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia UI) ini, industri automotif Indonesia merupakan yang paling siap di antara industri-industri lain di dalam negeri.
"Tahun ini saja, ekspor automotif bisa 500 ribu unit. Tahun lalu, 311.000 unit. Tentunya bisalah itu setahun ini mencapai angka itu meskipun belum bisa naik hingga tiga kali lipat," terangnya.
Faisal optimistis, industri automotif bisa berkesinambungan menyumbang devisa yang cukup besar bagi Indonesia. Ini akan berpengaruh besar terhadap penguatan rupiah.
"Bayangkan kalau industri automotif itu dia menyumbang bagi penguatan rupiah. Automotif selama ini dicaci sebagai penghambur-hambur devisa. Ternyata mulai tahun ini menyumbang," ujarnya.
Penguatan tersebut, lanjut dia, bisa terus dilakukan dan semakin diperkuat dengan cara menjadikan Indonesia sebagai global production base untuk negara lain.
"Yang terjadi karena Thailand yang kita tahu sedang melemah. Sehingga kita berpeluang bisa memanfaatkan kelengahan Thailand ini," tandasnya.
Dia bersyukur industri automotif bisa menyumbang devisa negara cukup banyak. "Alhamdulillah sekarang industri automotif kita mampu menyumbang devisa yang cukup besar. Nah, ini bagaimana kita bisa terus mendorong menjadi lebih baik," ujarnya, dalam forum diskusi perdagangan di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin (23/2/2015).
Menurut dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia UI) ini, industri automotif Indonesia merupakan yang paling siap di antara industri-industri lain di dalam negeri.
"Tahun ini saja, ekspor automotif bisa 500 ribu unit. Tahun lalu, 311.000 unit. Tentunya bisalah itu setahun ini mencapai angka itu meskipun belum bisa naik hingga tiga kali lipat," terangnya.
Faisal optimistis, industri automotif bisa berkesinambungan menyumbang devisa yang cukup besar bagi Indonesia. Ini akan berpengaruh besar terhadap penguatan rupiah.
"Bayangkan kalau industri automotif itu dia menyumbang bagi penguatan rupiah. Automotif selama ini dicaci sebagai penghambur-hambur devisa. Ternyata mulai tahun ini menyumbang," ujarnya.
Penguatan tersebut, lanjut dia, bisa terus dilakukan dan semakin diperkuat dengan cara menjadikan Indonesia sebagai global production base untuk negara lain.
"Yang terjadi karena Thailand yang kita tahu sedang melemah. Sehingga kita berpeluang bisa memanfaatkan kelengahan Thailand ini," tandasnya.
(dmd)