Proposal Pengambilalihan Blok Mahakam Diserahkan Pekan Ini
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina (persero) menegaskan segera menyerahkan proposal pengambilalihan pengelolaan Blok Mahakam di Kutai, Kalimantan Timur pasca berakhirnya kontrak PT Total E&P Indonesie pada 2017.
"Mudah-mudahan Minggu ini kami sudah serahkan setelah seluruh proses internal Pertamina selesai dan seluruh komisaris menyetujui," terang Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam saat dihubungi di Jakarta, Selasa (24/2/2015).
Pihaknya berkeinginan mengelola Blok Mahakam karena akan meningkatkan produksi migas perseroan secara signifikan. Di samping itu, Pertamina juga siap kerja sama dengan mitra potensial mengelola Blok Mahakam, termasuk dengan Total E&P Indonesie.
Di sisi lain, Pertamina berencana melakukan akuisisi terhadap blok-blok migas di luar negeri setelah harga minyak membaik. "Saat ini Pertamina akan selektif untuk mengelola blok-blok migas yang akan berakhir kontraknya dan memiliki kontribusi cukup besar," terang dia.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menargetkan keputusan pengelolaan Blok Mahakam, Kutai, Kalimantan Timur pasca berakhirnya kontrak PT Total E&P Indonesie pada 2017 tuntas bulan ini. Saat ini, lanjutnya, Pertamina sedang memfinalisasi proposal pengambilalihan pengelolaan Blok Mahakam.
Sembari menunggu penyerahan proposal Pertamina, pihaknya menuntaskan skema untuk mengambil keputusan pengelolaan Blok Mahakam. "Kita tunggu proposal Pertamina. Nanti kita cocokan dengan punya pemerintah," kata Sudirman.
Menurutnya, Kementerian ESDM akan melakukan pertemuan membahas pengambilalihan Blok Mahakam dengan Kementerian Koordinator Perekonomian dan Satuan Kerja Khusus Kegiatan Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas).
"Kami bicarakan dengan SKK Migas dan Menko Perekonomian, mudah-mudahan sesuai rencana Februari bisa diputuskan," tegasnya.
Di sisi lain, Direktur Utama Pertamina Dwi Soejtipto mengatakan, Pertamina telah menganggarkan dana sebesar USD1 miliar hanya untuk kebutuhan kelanjutan operasional Blok Mahakam. Anggaran tersebut belum termasuk dana eksplorasi.
Bahkan, Dwi mengatakan, perbankan nasional maupun internasional telah berkomitmen mendukung kebutuhan pendanaan Pertamina dalam pengelolaan Blok Mahakam.
"Saat ini sudah ada bank konsorsium BUMN maupun internasional, kita belum menentukan. Tapi mereka menyatakan siap," kata dia.
Sebagai informasi tahun lalu, Total mengestimasi produksi gas dari blok Mahakam sebesar 1,7 miliar kaki kubik per hari (BCF/D) atau sama seperti produksi gas di 2013 yang sebesar 1,76 BCF. Sementara untuk produksi gas alam cair (liquefied natural gas/LNG), termasuk kondensat diperkirakan mencapai 63.000 barel per hari (bph) turun dibanding realisasi 2013 sebesar 67.000 bph.
Sementara, manajemen Pertamina sebelumnya mengestimasikan kebutuhan awal untuk melanjutkan operasional Blok Mahakam di Kutai, Kalimantan Timur mencapai USD1 miliar.
"Mudah-mudahan Minggu ini kami sudah serahkan setelah seluruh proses internal Pertamina selesai dan seluruh komisaris menyetujui," terang Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam saat dihubungi di Jakarta, Selasa (24/2/2015).
Pihaknya berkeinginan mengelola Blok Mahakam karena akan meningkatkan produksi migas perseroan secara signifikan. Di samping itu, Pertamina juga siap kerja sama dengan mitra potensial mengelola Blok Mahakam, termasuk dengan Total E&P Indonesie.
Di sisi lain, Pertamina berencana melakukan akuisisi terhadap blok-blok migas di luar negeri setelah harga minyak membaik. "Saat ini Pertamina akan selektif untuk mengelola blok-blok migas yang akan berakhir kontraknya dan memiliki kontribusi cukup besar," terang dia.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menargetkan keputusan pengelolaan Blok Mahakam, Kutai, Kalimantan Timur pasca berakhirnya kontrak PT Total E&P Indonesie pada 2017 tuntas bulan ini. Saat ini, lanjutnya, Pertamina sedang memfinalisasi proposal pengambilalihan pengelolaan Blok Mahakam.
Sembari menunggu penyerahan proposal Pertamina, pihaknya menuntaskan skema untuk mengambil keputusan pengelolaan Blok Mahakam. "Kita tunggu proposal Pertamina. Nanti kita cocokan dengan punya pemerintah," kata Sudirman.
Menurutnya, Kementerian ESDM akan melakukan pertemuan membahas pengambilalihan Blok Mahakam dengan Kementerian Koordinator Perekonomian dan Satuan Kerja Khusus Kegiatan Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas).
"Kami bicarakan dengan SKK Migas dan Menko Perekonomian, mudah-mudahan sesuai rencana Februari bisa diputuskan," tegasnya.
Di sisi lain, Direktur Utama Pertamina Dwi Soejtipto mengatakan, Pertamina telah menganggarkan dana sebesar USD1 miliar hanya untuk kebutuhan kelanjutan operasional Blok Mahakam. Anggaran tersebut belum termasuk dana eksplorasi.
Bahkan, Dwi mengatakan, perbankan nasional maupun internasional telah berkomitmen mendukung kebutuhan pendanaan Pertamina dalam pengelolaan Blok Mahakam.
"Saat ini sudah ada bank konsorsium BUMN maupun internasional, kita belum menentukan. Tapi mereka menyatakan siap," kata dia.
Sebagai informasi tahun lalu, Total mengestimasi produksi gas dari blok Mahakam sebesar 1,7 miliar kaki kubik per hari (BCF/D) atau sama seperti produksi gas di 2013 yang sebesar 1,76 BCF. Sementara untuk produksi gas alam cair (liquefied natural gas/LNG), termasuk kondensat diperkirakan mencapai 63.000 barel per hari (bph) turun dibanding realisasi 2013 sebesar 67.000 bph.
Sementara, manajemen Pertamina sebelumnya mengestimasikan kebutuhan awal untuk melanjutkan operasional Blok Mahakam di Kutai, Kalimantan Timur mencapai USD1 miliar.
(izz)