Kapas dan Biji Plastik Dominasi Impor Jateng

Kamis, 26 Februari 2015 - 03:27 WIB
Kapas dan Biji Plastik Dominasi Impor Jateng
Kapas dan Biji Plastik Dominasi Impor Jateng
A A A
SEMARANG - Bahan baku tekstil berupa kapas masih mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan industri tekstil yang ada di Jawa Tengah (Jateng).

Ketua Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Badan Pengurus Daerah BPD Jateng Budiatmoko mengatakan, kapas yang diimpor ke Jateng paling banyak berasal dari Amerika dan sebagian kecil dari Australia.

Selain kapas, impor bahan baku lain yang cukup besar adalah biji plastik, serta tepung terugi. "Kapas bisa mencapai lebih dari 15%, lalu biji plastik 10% dan tepung terigu mencapai 5%-7%," ujarnya di Semarang, Rabu (25/2/2015).

Dia mengatakan, untuk biji plastik biasanya diimport dari negara-negar di Timur Tengah. Untuk biji plastik yang paling baik adalah hasil dari turunan pengelolahan minyak. Ada juga impor biji plastik dari China, namun kualitasnya masih kalah jauh, sehingga importir lebih banyak mengambil dari Timur Tengah.

Angka impor saat ini masih lebih tinggi dibanding ekspor Jateng yakni selisih 10%-12%. "Kalau angka riilnya belum ada datanya tapi antara impor dan ekspor masih tinggi impor," kata Budiatmoko.

Volume impor di Jateng melalui pelabuhan Tanjung Emas Semarang, bisa mencapai 500 teus per hari. Pada 2015 diprediksi impor akan terus meningkat, seiring adanya sejumlah perusahaan baru yang akan masuk di Jateng.

"Banyak investor yang mulai mengalihkan pabriknya ke Jawa Tengah dan ini menjadi peluang bagi impor karena pabrik akan sangat membutuhkan bahan baku Impor. Selain berpeluang meningkatkan impor juga akan meningkatkan ekspor Jateng karena rata-rata industri di Jateng hasil produksinya untuk di ekspor," jelasnya.

Sementara itu, terkait dengan adanya larangan impor terhadap beberapa barang tertentu yang diberlakukan pemerintah, GINSI justru mendungkung.

Wakil Ketua GINSI Jateng Trisulistiyanto mengaku, pihaknya bermitra dengan pemerintah. Apabila ada larangan-larangan barang yang masuk, GINSI akan berkoordinasi dan tentunya turut mengawasi.

Dia mengatakan, salah satu larangan adalah impor baju-baju bekas atau awul-awul. Dia mengaku di Jateng tidak ada pengusaha importir yang melakukan impor baju bekas. Baju-baju bekas impor yang selama ini beredar di pasaran itu masuk melalui Sumatera, dan sampai di Jateng melalui jalur darat, bukan melalui pelabuhan.

Bedasarkan data BPS Jateng, nilai Impor Jateng Januari 2015 mencapai USD1.052,08 juta atau menurun USD163,21 juta (13,43%) dibanding impor Desember 2014 (USD1.215,30 juta). Bila dibanding Januari 2014 (year on year) nilai impor Januari 2015 menurun USD140,25 juta (11,76%).

Negara pemasok barang impor terbesar ke Jateng periode Januari 2015 adalah China, Arab Saudi dan Singapura dengan nilai impor masing masing sebesar USD280,29 juta, USD212,69 juta, dan USD87,88 juta. Pangsa pasar ketiga negara mencapai 55,21% terhadap total impor ke Jawa Tengah periode Januari 2015.

Produk mineral, mesin dan pesawat mekanik serta tekstil dan barang tekstil merupakan tiga kelompok komoditas yang mempunyai nilai impor tertinggi selama Januari 2015 dengan peranan masing-masing sebesar 41,38%, 21,84%, dan 13,57% terhadap total impor Jateng Januari 2015.

Nilai impor untuk ketiga kelompok komoditas ini pada Januari 2015 masing-masing sebesar USD435,35 juta, USD229,74 juta, dan USD142,79 juta.

Impor komoditas migas Jateng Januari 2015 mencapai USD430,02 juta, mengalami penurunan sebesar 39,30% dibanding impor migas Desember 2014 (USD708,47 juta), sedangkan impor komoditas non migas mencapai angka USD622,07 juta, naik 22,74% dibanding impor nonmigas Desember 2014 sebesar USD506,83 juta.

Neraca perdagangan Jateng, komoditas non-migas Januari 2015 defisit USD203,67 juta, dengan total ekspor nonmigas sebesar USD418,40 juta sedangkan impor nonmigas sebesar USD622,07 juta.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.5139 seconds (0.1#10.140)