Bulog Beberkan Penyebab Kegagalan Operasi Pasar Beras
A
A
A
JAKARTA - Direktur Pelayanan Publik Perum Bulog, Lely Pelitasari Subekti membeberkan penyebab operasi pasar pemerintah tidak mampu menutupi kekurangan beras. Bulog menilai hal ini karena keterlambatan langkah antisipasi pemerintah yang seharusnya dilakukan sejak akhir 2014.
"Kebutuhan beras nasional sebanyak 232 ribu ton per bulan. Untuk menutupi kekurangan beras selama ini pemerintah menyalurkan raskin dan operasi pasar HPP. Namun, pada November dan Desember (2014) suplai beras kosong. Jadi, selama dua bulan kita kehilangan 464 ton beras," beber Lely dalam diskusi Polemik Sindo Trijaya di Waroeng Daun, Jakarta, Sabtu (28/2/2015).
Dia menuturkan, kekurangan beras yang terjadi sejak akhir 2014 hanya dikompensasi melalui operasi pasar biasa sebanyak 75 ribu ton. Padahal, selama Januari 2015 penyaluran raskin terlambat dilakukan, sehingga kekurangan suplai beras di pasar bertambah tinggi.
Menurut Lely, isu penghapusan raskin yang sempat disampaikan pemerintah belum lama ini juga ikut mempengaruhi psikologi masyarakat dan pedagang di daerah untuk menimbun beras lebih banyak.
Selama ini, Perum Bolug ikut melakukan operasi pasar ke pedagang-pedagang melalui tiga saluran, yaitu pedagangan besar, pedagang eceran, dan menyalurkan satuan tugas (satgas) ke pemukiman-pemukinan.
"Terakhir penyaluran satgas-satgas ke pemukiman kami lakukan pada 2007, setelah itu harga stabil. Sebetulnya itu yang kita lihat, terlepas supply dan demand, Bulog sudah bergerak sesuai instruksi pemerintah," tandas Lely.
"Kebutuhan beras nasional sebanyak 232 ribu ton per bulan. Untuk menutupi kekurangan beras selama ini pemerintah menyalurkan raskin dan operasi pasar HPP. Namun, pada November dan Desember (2014) suplai beras kosong. Jadi, selama dua bulan kita kehilangan 464 ton beras," beber Lely dalam diskusi Polemik Sindo Trijaya di Waroeng Daun, Jakarta, Sabtu (28/2/2015).
Dia menuturkan, kekurangan beras yang terjadi sejak akhir 2014 hanya dikompensasi melalui operasi pasar biasa sebanyak 75 ribu ton. Padahal, selama Januari 2015 penyaluran raskin terlambat dilakukan, sehingga kekurangan suplai beras di pasar bertambah tinggi.
Menurut Lely, isu penghapusan raskin yang sempat disampaikan pemerintah belum lama ini juga ikut mempengaruhi psikologi masyarakat dan pedagang di daerah untuk menimbun beras lebih banyak.
Selama ini, Perum Bolug ikut melakukan operasi pasar ke pedagang-pedagang melalui tiga saluran, yaitu pedagangan besar, pedagang eceran, dan menyalurkan satuan tugas (satgas) ke pemukiman-pemukinan.
"Terakhir penyaluran satgas-satgas ke pemukiman kami lakukan pada 2007, setelah itu harga stabil. Sebetulnya itu yang kita lihat, terlepas supply dan demand, Bulog sudah bergerak sesuai instruksi pemerintah," tandas Lely.
(dmd)