Perubahan Gaya Hidup Picu Kenaikan Harga Beras

Selasa, 03 Maret 2015 - 12:06 WIB
Perubahan Gaya Hidup...
Perubahan Gaya Hidup Picu Kenaikan Harga Beras
A A A
SURABAYA - Faktor lain pemicu naiknya harga beras adalah masyarat mulai berubah selera. Masyarakat ingin makan nasi dari beras yang berstandar tinggi.

Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur menilai, melonjaknya harga beras khususnya di Jawa Timur tidak disebabkan faktor cuaca atau hama. Melainkan ada perubahan gaya hidup masyarakat terhadap beras berstandar tinggi.

Kepala BPS Jawa Timur M Sairi mengatakan, permintaan beras premium oleh kelas menengah di Jatim meningkat. Kondisi ini merata terjadi di kota besar.

Sayangnya, di saat permintaan beras premium meningkat tidak diiringi dengan suplai yang cukup. "Inilah yang memicu kenaikan harga. Demand banyak namun suplai tidak cukup," ujarnya, Selasa (3/3/2015).

Sairi juga menyebut, khusus untuk Jawa Timur, kenaikan harga beras ini tidak memengaruhi deflasi. Kenaikan harga beras di Jatim berkisar 5% yang disebabkan efek psikologis kenaikan harga secara nasional. Sairi juga menyebut, kenaikan di Jatim tidak setinggi dibanding DKI yang lebih dari 10%.

"Harga beras di Jatim relatif terkendali. Kenaikan hanya 5% dibanding provinsi lainnya," ujarnya.

Sementara, BPS Jatim mencatat deflasi Februari sebesar 0,52% atau sebesar 0,32% berdasarkan laju inflasi tahun kalender (Desember 2014-Februari 2015). ‬

‪Selama kurun waktu 13 tahun terakhir, deflasi bulan ini merupakan deflasi tertinggi. Deflasi kali ini dipicu beberapa komoditi, antara lain bensin, cabai rawit, cabai merah, angkutan dalam kota, angkutan udara, telur ayam ras, bawang merah, solar, semen, dan kentang.‬

‪Sairi juga mengatakan, selain adanya perubahan gaya hidup konsumen, pada Februari ini bukan puncak musim panen, sehingga stok beras tidak melimpah. "Puncak panen baru terjadi pada akhir Maret. Saat itu stok beras melimpah," pungkas dia.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0737 seconds (0.1#10.140)