Manfaatkan Ubi, Srondeng Mercon's Raup Jutaan Rupiah
A
A
A
JIKA mendengar kata serundeng, yang terpikir dalam benak kita adalah sajian berbahan dasar kelapa parut. Namun siapa sangka, masakan yang enak disantap sebagai lauk atau cemilan ini bisa dibuat dari bahan dasar Ubi.
Inovasi inilah yang dimanfaatkan Dwita Mellisa dalam mengembangkan produknya. Gadis asal Ranah Minang ini menjajal peruntungan berbisnis serundeng berbahan ubi parut. Uniknya, produk kuliner yang diberi label Srondeng Mercon's Kampioen ini menonjolkan ciri khas cabai yang pedas.
Dwita menuturkan, awalnya serundeng dibuat hanya untuk konsumsi pribadi. Namun, setelah beberapa kali membuat, para tetangga yang kebetulan ikut mencicipi menyukai dan justru memesan serundeng buatannya.
"Awalnya dulu kita cuma buat konsumsi pribadi, terus dicoba tetangga dan mereka pada pesan," ujarnya kepada Sindonews, Kamis (5/3/2015).
Usaha yang dirintis sejak 2012 lalu ini diakuinya hanya bermodal Rp50 ribu. Dari modal yang tidak seberapa tersebut, Dwita kini mampu meraup keuntungan jutaan, dengan total pesanan per hari Rp300 ribu.
"Omzetnya sekarang kadang-kadang sampai Rp7 jutaan per bulan. Harganya satu bungkus ukuran 150 gram Rp15 ribu," kata gadis berhijab ini.
Selain membuat serundeng, Dwita juga mengembangkan beberapa produk makanan olahan berbahan dasar ubi lainnya, seperti keripik gledek, serabi serundeng, dan rendang ubi.
"Kita berbasis ubi. Ya, di Padang itu kalau main ke Padang tahunya keripik balado dari ubi-ubian. Produksi ubi di sini cukup banyak. Makanya kita lebih banyak ke ubi," terangnya.
Dwita mengungkapkan, Srondeng Mercon's Kampioen kini telah masuk ke beberapa toko swalayan di daerah Padang dan Bukit Tinggi. Selain itu, dia juga menjualnya melalui media sosial Instagram dan Facebook.
"Pemasaran sekarang sudah ada di beberapa supermarket, dan toko oleh-oleh di Bukit Tinggi. Kalau online kita lewat Facebook dan Instagram," ucapnya.
Pemenang Business Plan Competition Oneintwenty Movement 2014 regional Padang, kategori Food & Beverage ini mengakui serundeng buatannya belum banyak memiliki saingan. Sebab, di tanah kelahirannya hanya dikenal serundeng biasa tanpa menonjolkan cita rasa pedas.
"Serundeng mercon belum punya saingan, paling yang ada serundeng biasa. Mungkin dari isinya juga beda, karena kita ada teri dan kacangnya. Jadi buat ngemil enak, buat lauk enak," pungkas Dwita.
Inovasi inilah yang dimanfaatkan Dwita Mellisa dalam mengembangkan produknya. Gadis asal Ranah Minang ini menjajal peruntungan berbisnis serundeng berbahan ubi parut. Uniknya, produk kuliner yang diberi label Srondeng Mercon's Kampioen ini menonjolkan ciri khas cabai yang pedas.
Dwita menuturkan, awalnya serundeng dibuat hanya untuk konsumsi pribadi. Namun, setelah beberapa kali membuat, para tetangga yang kebetulan ikut mencicipi menyukai dan justru memesan serundeng buatannya.
"Awalnya dulu kita cuma buat konsumsi pribadi, terus dicoba tetangga dan mereka pada pesan," ujarnya kepada Sindonews, Kamis (5/3/2015).
Usaha yang dirintis sejak 2012 lalu ini diakuinya hanya bermodal Rp50 ribu. Dari modal yang tidak seberapa tersebut, Dwita kini mampu meraup keuntungan jutaan, dengan total pesanan per hari Rp300 ribu.
"Omzetnya sekarang kadang-kadang sampai Rp7 jutaan per bulan. Harganya satu bungkus ukuran 150 gram Rp15 ribu," kata gadis berhijab ini.
Selain membuat serundeng, Dwita juga mengembangkan beberapa produk makanan olahan berbahan dasar ubi lainnya, seperti keripik gledek, serabi serundeng, dan rendang ubi.
"Kita berbasis ubi. Ya, di Padang itu kalau main ke Padang tahunya keripik balado dari ubi-ubian. Produksi ubi di sini cukup banyak. Makanya kita lebih banyak ke ubi," terangnya.
Dwita mengungkapkan, Srondeng Mercon's Kampioen kini telah masuk ke beberapa toko swalayan di daerah Padang dan Bukit Tinggi. Selain itu, dia juga menjualnya melalui media sosial Instagram dan Facebook.
"Pemasaran sekarang sudah ada di beberapa supermarket, dan toko oleh-oleh di Bukit Tinggi. Kalau online kita lewat Facebook dan Instagram," ucapnya.
Pemenang Business Plan Competition Oneintwenty Movement 2014 regional Padang, kategori Food & Beverage ini mengakui serundeng buatannya belum banyak memiliki saingan. Sebab, di tanah kelahirannya hanya dikenal serundeng biasa tanpa menonjolkan cita rasa pedas.
"Serundeng mercon belum punya saingan, paling yang ada serundeng biasa. Mungkin dari isinya juga beda, karena kita ada teri dan kacangnya. Jadi buat ngemil enak, buat lauk enak," pungkas Dwita.
(dmd)