Mandiri Belum Diajak Bicara Merger BUMN Syariah
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah saat ini tengah menggodok rencana penggabungan (merger) empat bank syariah milik anak usaha Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Namun, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebagai salah satu bank (Syariah Mandiri) yang direncanakan merger mengaku belum diajak diskusi pemerintah atas kebijakan tersebut.
Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri, Pahala N Mansyuri mengatakan, belum ada tindak lanjut atas rencana merger ini. Perusahaan belum melakukan diskusi dengan pemerintah terkait rencana merger perbankan bank BUMN syariah.
"Belum ada diskusi dengan pemerintah. Jadi belum ada tindakan follow up," ujarnya di Gedung Mandiri Club, Jakarta, Selasa (10/3/2015).
Lebih lanjut, dia mengatakan, rencana merger antara empat anak usaha perbankan syariah pelat merah tersebut perlu ada kajian mendalam mengenai nilai yang akan didapat oleh pemegang saham jika merger jadi dilakukan.
Seperti diberitakan sebelumnya, Menteri BUMN Rini Soemarno saat ini masih mengkaji mengenai kemungkinan penggabungan atau merger empat bank syariah milik anak usaha perbankan pelat merah. Rencananya, merger tersebut dilakukan tanpa ada perusahaan induk (holding company).
"Saya belum bisa memastikan bagaimana strukturnya ya. Tapi, kemungkinan besar sebetulnya yang terbaik dimerger. Bukan bikin holding," ucapnya.
Dia menyebutkan, rencana penggabungan empat bank syariah milik BUMN tersebut sejatinya merupakan usulan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Usul ini dirasa cukup baik lantaran Indonesia belum memiliki bank syariah yang besar.
"Memang OJK itu mengusulkan demikian (merger bank syariah) dan saya rasa juga sangat baik. Karena kita belum punya bank syariah yang betul-betul besar. Padahal, kita sebagai negara muslim terbesar di dunia," imbuhnya.
Untuk itu, kata Rini, pihaknya masih menelaah empat bank syariah BUMN agar bisa disatukan.
Keempat perbankan tersebut, adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), yang memiliki aset paling besar adalah Bank Mandiri.
Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri, Pahala N Mansyuri mengatakan, belum ada tindak lanjut atas rencana merger ini. Perusahaan belum melakukan diskusi dengan pemerintah terkait rencana merger perbankan bank BUMN syariah.
"Belum ada diskusi dengan pemerintah. Jadi belum ada tindakan follow up," ujarnya di Gedung Mandiri Club, Jakarta, Selasa (10/3/2015).
Lebih lanjut, dia mengatakan, rencana merger antara empat anak usaha perbankan syariah pelat merah tersebut perlu ada kajian mendalam mengenai nilai yang akan didapat oleh pemegang saham jika merger jadi dilakukan.
Seperti diberitakan sebelumnya, Menteri BUMN Rini Soemarno saat ini masih mengkaji mengenai kemungkinan penggabungan atau merger empat bank syariah milik anak usaha perbankan pelat merah. Rencananya, merger tersebut dilakukan tanpa ada perusahaan induk (holding company).
"Saya belum bisa memastikan bagaimana strukturnya ya. Tapi, kemungkinan besar sebetulnya yang terbaik dimerger. Bukan bikin holding," ucapnya.
Dia menyebutkan, rencana penggabungan empat bank syariah milik BUMN tersebut sejatinya merupakan usulan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Usul ini dirasa cukup baik lantaran Indonesia belum memiliki bank syariah yang besar.
"Memang OJK itu mengusulkan demikian (merger bank syariah) dan saya rasa juga sangat baik. Karena kita belum punya bank syariah yang betul-betul besar. Padahal, kita sebagai negara muslim terbesar di dunia," imbuhnya.
Untuk itu, kata Rini, pihaknya masih menelaah empat bank syariah BUMN agar bisa disatukan.
Keempat perbankan tersebut, adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), yang memiliki aset paling besar adalah Bank Mandiri.
(dmd)