Rupiah Loyo, Perusahaan Berburu USD untuk Bayar Utang
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengakui bahwa ambruknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) menyebabkan perusahaan banyak memburu USD untuk membayar utang yang jatuh tempo.
Menurutnya, memburuknya nilai tukar rupiah lantaran sentimen global. Sementara kondisi ekonomi domestik masih dalam kondisi aman.
"Fundamental ekonomi indikator cukup bagus. Tetapi bahwa ada perusahaan yang mungkin bayar utang dan lain-lain, itu masalah, bukan masalah karena ekonomi dalam negeri," katanya di Istana Negara, Jakarta, Rabu (11/3/2015).
Kendati demikian, Sofyan mengatakan bahwa pemborongan dolar oleh perusahaan untuk membayar utang tersebut merupakan keadaan normal. "Dan jangan anda melihat ini sebagai persoalan kita. Coba lihat semua indikator kita itu jauh lebih baik daripada sebelumnya," imbuh dia.
Sofyan mengatakan, penguatan USD ini terjadi lantaran pada 2008 AS melakukan kebijakan quantitative easing dalam rangka memulihkan pertumbuhan ekonomi AS.
"Itu USD membanjiri dunia. Nah sekarang pertumbuhannya sudah tercapai maka dolar AS itu mulai disedot kembali pelan-pelan dengan adanya kenaikan suku bunga," tandasnya.
Menurutnya, memburuknya nilai tukar rupiah lantaran sentimen global. Sementara kondisi ekonomi domestik masih dalam kondisi aman.
"Fundamental ekonomi indikator cukup bagus. Tetapi bahwa ada perusahaan yang mungkin bayar utang dan lain-lain, itu masalah, bukan masalah karena ekonomi dalam negeri," katanya di Istana Negara, Jakarta, Rabu (11/3/2015).
Kendati demikian, Sofyan mengatakan bahwa pemborongan dolar oleh perusahaan untuk membayar utang tersebut merupakan keadaan normal. "Dan jangan anda melihat ini sebagai persoalan kita. Coba lihat semua indikator kita itu jauh lebih baik daripada sebelumnya," imbuh dia.
Sofyan mengatakan, penguatan USD ini terjadi lantaran pada 2008 AS melakukan kebijakan quantitative easing dalam rangka memulihkan pertumbuhan ekonomi AS.
"Itu USD membanjiri dunia. Nah sekarang pertumbuhannya sudah tercapai maka dolar AS itu mulai disedot kembali pelan-pelan dengan adanya kenaikan suku bunga," tandasnya.
(izz)