Tanggapan Permata Terkait Merger Bank Syariah BUMN
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian BUMN mengeluarkan inisiatif untuk melakukan merger Bank Syariah perusahaan pelat merah. Menanggapi rencana tersebut, Direktur Bisnis Perbankan Syariah Bank Permata Achmad K Permana menilai hal ini sebagai terobosan dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada akhir 2015.
"Memang ini salah satu inisiatif dari Bu Rini (Menteri BUMN) untuk memberikan terobosan. Karena memang ada satu kebutuhan, adanya satu anchor bank syariah di Indonesia dalam rangka menghadapi MEA 2015. Biasanya kalau ada satu anchor yang lainnya bisa menjadikan anchor tersebut sebagai acuan," ujarnya, dalam kunjungannya di Gedung Koran Sindo Jakarta, Rabu (18/3/2015)
Menurut Permana, ide ini bukan hal baru karena sudah digulirkan 2 tahun lalu oleh Dahlan Iskan. "Tapi kalau saya amati memang ada banyak faktor yang akan menjadi changing untuk bisa menyatukan itu. Dampaknya nanti kalau penyatuan itu terjadi banyak yang harus diatasi dulu. Karena kan dia (bank) enggak begitu saja berlari menambah aset, itu kan perlu ada konsolidasi dulu," katanya.
Dia menuturkan, merger ini ide yang bagus dan sebenarnya ada beberapa hal yang bisa dilakukan dan lebih bisa berdampak pada industri.
"Pertama adalah dulu ada yang namanya konversi dari bank konvensional ke bank syariah. Jadi tidak berhenti di situ. Kedua adalah supaya bank itu dibesarkan lewat induknya, jadi induknya kasih target sampai kapan, misalnya 20%, jadi berjalan bersama tanpa terganggu," terangnya.
Jadi, lanjut Permana, dengan dinaikkan 20% induk dan bank syariah juga akan tumbuh. Namun yang jelas jika dilakukan penggabungan itu banyak tantangan, baik dari sisi politis dan juga dari sisi karyawan di dalamnya. "Tapi dari sisi bisnisnya malah akan tumbuh karena kita akan menghadapi MEA," pungkasnya.
"Memang ini salah satu inisiatif dari Bu Rini (Menteri BUMN) untuk memberikan terobosan. Karena memang ada satu kebutuhan, adanya satu anchor bank syariah di Indonesia dalam rangka menghadapi MEA 2015. Biasanya kalau ada satu anchor yang lainnya bisa menjadikan anchor tersebut sebagai acuan," ujarnya, dalam kunjungannya di Gedung Koran Sindo Jakarta, Rabu (18/3/2015)
Menurut Permana, ide ini bukan hal baru karena sudah digulirkan 2 tahun lalu oleh Dahlan Iskan. "Tapi kalau saya amati memang ada banyak faktor yang akan menjadi changing untuk bisa menyatukan itu. Dampaknya nanti kalau penyatuan itu terjadi banyak yang harus diatasi dulu. Karena kan dia (bank) enggak begitu saja berlari menambah aset, itu kan perlu ada konsolidasi dulu," katanya.
Dia menuturkan, merger ini ide yang bagus dan sebenarnya ada beberapa hal yang bisa dilakukan dan lebih bisa berdampak pada industri.
"Pertama adalah dulu ada yang namanya konversi dari bank konvensional ke bank syariah. Jadi tidak berhenti di situ. Kedua adalah supaya bank itu dibesarkan lewat induknya, jadi induknya kasih target sampai kapan, misalnya 20%, jadi berjalan bersama tanpa terganggu," terangnya.
Jadi, lanjut Permana, dengan dinaikkan 20% induk dan bank syariah juga akan tumbuh. Namun yang jelas jika dilakukan penggabungan itu banyak tantangan, baik dari sisi politis dan juga dari sisi karyawan di dalamnya. "Tapi dari sisi bisnisnya malah akan tumbuh karena kita akan menghadapi MEA," pungkasnya.
(dmd)