Material Naik, Harga Properti Bakal Terkerek
A
A
A
BATAM - Real Estate Indonesia (REI) khusus Batam memperkirakan pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) bakal menyebabkan kenaikan harga material, yang pada akhirnya berimbas pada harga properti.
Ketua DPD REI Khusus Batam Djaja Roeslim mengatakan, pengaruh pelemahan rupiah terhadap USD terjadi pada kebutuhan material yang diimpor. REI mencatat, setidaknya satu unit rumah menggunakkan komponen material impor minimal 30%, yang dibeli menggunakkan kurs USD.
Komponen itu akan naik harga terutama barang-barang yang sudah dipatok dengan harga baru setelah rupiah anjlok. Di samping itu, kenaikan harga juga dipengaruhi pertumbuhan inflasi setiap tahunnya.
"Inflasi dari tahun ke tahun naik. Apalagi depresiasi rupiah sangat berpengaruh di Batam karena sebagian komponen masih menggunakkan USD, materialnya minimal 30%," papar Djaja di Batam, Senin (6/4/2015).
Biasanya, masalah fluktuasi rupiah berpengaruh pada kenaikan harga bahan baku pabrikan yang diimpor, seperti kebutuhan penerangan mewah, batu marmer, besi hingga baru beton yang digunakan oleh rumah-rumah atau properti kelas atas.
Meski begitu, Djaja mengatakan, pengembang tidak akan langsung menaikkan harga jual rumah. Namun kenaikan harga jual justru mengikuti pertumbuhan ekonomi dan inflasi tahunan yang ikut mengerek harga komponen.
REI sebelumnya menyatakan, harga properti di Batam dipastikan mengalami kenaikan rata-rata 10%, seiring naiknya harga bahan bangunan yang terdorong oleh kenaikan harga bahan bakar minyak. Kenaikan itu membuat pengembang setempat harus menyesuaikan harga properti. Kenaikan harga itu akan dialami semua produk properti.
"Harga pasti naik, harga material naik sejak harga BBM naik, pengembang menyesuaikan," ujar Djaja.
Dari sisi pertumbuhan properti, Djaja menyebutkan pada tahun 2015 jumlah pasokan properti tidak terlalu berbeda dibanding tahun 2014.
Perkiraan pasokan pada 2015 untuk produk rumah seperti rumah tapak sederhana (RTS) hingga rumah mewah bisa mencapai 8.000 unit. Sementara diperkirakan 3.000 untuk produk lain, seperti rumah toko (ruko). Sedangkan pada 2014, pasokan properti mencapai 11.000 unit, baik rumah dan ruko.
Ketua DPD REI Khusus Batam Djaja Roeslim mengatakan, pengaruh pelemahan rupiah terhadap USD terjadi pada kebutuhan material yang diimpor. REI mencatat, setidaknya satu unit rumah menggunakkan komponen material impor minimal 30%, yang dibeli menggunakkan kurs USD.
Komponen itu akan naik harga terutama barang-barang yang sudah dipatok dengan harga baru setelah rupiah anjlok. Di samping itu, kenaikan harga juga dipengaruhi pertumbuhan inflasi setiap tahunnya.
"Inflasi dari tahun ke tahun naik. Apalagi depresiasi rupiah sangat berpengaruh di Batam karena sebagian komponen masih menggunakkan USD, materialnya minimal 30%," papar Djaja di Batam, Senin (6/4/2015).
Biasanya, masalah fluktuasi rupiah berpengaruh pada kenaikan harga bahan baku pabrikan yang diimpor, seperti kebutuhan penerangan mewah, batu marmer, besi hingga baru beton yang digunakan oleh rumah-rumah atau properti kelas atas.
Meski begitu, Djaja mengatakan, pengembang tidak akan langsung menaikkan harga jual rumah. Namun kenaikan harga jual justru mengikuti pertumbuhan ekonomi dan inflasi tahunan yang ikut mengerek harga komponen.
REI sebelumnya menyatakan, harga properti di Batam dipastikan mengalami kenaikan rata-rata 10%, seiring naiknya harga bahan bangunan yang terdorong oleh kenaikan harga bahan bakar minyak. Kenaikan itu membuat pengembang setempat harus menyesuaikan harga properti. Kenaikan harga itu akan dialami semua produk properti.
"Harga pasti naik, harga material naik sejak harga BBM naik, pengembang menyesuaikan," ujar Djaja.
Dari sisi pertumbuhan properti, Djaja menyebutkan pada tahun 2015 jumlah pasokan properti tidak terlalu berbeda dibanding tahun 2014.
Perkiraan pasokan pada 2015 untuk produk rumah seperti rumah tapak sederhana (RTS) hingga rumah mewah bisa mencapai 8.000 unit. Sementara diperkirakan 3.000 untuk produk lain, seperti rumah toko (ruko). Sedangkan pada 2014, pasokan properti mencapai 11.000 unit, baik rumah dan ruko.
(rna)