Industri Makanan Miliki Potensi Investasi Cukup Besar
A
A
A
JAKARTA - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengatakan, industri makanan masih menjadi sektor yang memiliki potensi investasi cukup besar, dengan rasio investasi periode 2010-2014 sebesar 46%.
Rasio tersebut berasal dari rencana investasi sepanjang periode tersebut sebesar USD2,6 miliar dan realisasi investasi pada periode yang sama USD1,2 miliar.
“Masih ada rencana investasi senilai USD1,4 miliar yang masih on the pipeline dan akan segera direalisasikan. Salah satu concern BKPM adalah mengawal proses realisasi investasi yang masih on the pipeline tersebut," kata dia dalam rilisnya, Rabu (8/4/2015).
Sesuai arahan Presiden Jokowi, BKPM memfasilitasi proses realisasi investasi yang terhambat (debottlenecking). BKPM berkomitmen memberikan pelayanan end to end bagi investor.
Caranya, dengan memfasilitasi investor mulai dari mendalami minat investasi dan keinginan mereka, memperolah perizinan, merealisasikan investasi di daerah, dan menangani aspirasi mereka untuk meningkatkan iklim investasi.
Menurutnya, minat investasi sektor industri makanan masih cukup tinggi. Sepanjang November 2014 hingga Maret 2015, tim pemasaran investasi BKPM mengidentifikasi adanya minat investasi industri makanan dan minuman dari Jepang, Korea Selatan dan Amerika Serikat senilai USD1,6 miliar.
Sementara jumlah minat investasi tersebut, di luar investor yang sudah mengajukan perizinan investasi di sektor ini sepanjang Januari-Februari 2015 senilai USD151 Juta.
Melalui berbagai kemudahan yang diberikan pemerintah, baik melalui layanan perizinan di Pelayanan Terpusat Satu Pintu (PTSP) Pusat maupun insentif investasi seiring revisi PP 52/2011 tentang Tax Allowance, BKPM optimistis realisasi investasi sektor industri makanan akan meningkat di masa mendatang.
Menurut data BKPM, sektor makanan dan minuman pada tahun lalu mencatat total realisasi investasi terbesar senilai Rp53,4 triliun atau sekitar USD4,5 miliar.
"Porsi ini mencakup 11,5% dari total penanaman modal asing dan dalam negeri tahun 2014. Jumlah realisasi investasi sektor makanan bahkan sedikit melebihi sektor pertambangan (tidak termasuk sektor hulu migas) yang selama ini memimpin," tuturnya.
Rasio tersebut berasal dari rencana investasi sepanjang periode tersebut sebesar USD2,6 miliar dan realisasi investasi pada periode yang sama USD1,2 miliar.
“Masih ada rencana investasi senilai USD1,4 miliar yang masih on the pipeline dan akan segera direalisasikan. Salah satu concern BKPM adalah mengawal proses realisasi investasi yang masih on the pipeline tersebut," kata dia dalam rilisnya, Rabu (8/4/2015).
Sesuai arahan Presiden Jokowi, BKPM memfasilitasi proses realisasi investasi yang terhambat (debottlenecking). BKPM berkomitmen memberikan pelayanan end to end bagi investor.
Caranya, dengan memfasilitasi investor mulai dari mendalami minat investasi dan keinginan mereka, memperolah perizinan, merealisasikan investasi di daerah, dan menangani aspirasi mereka untuk meningkatkan iklim investasi.
Menurutnya, minat investasi sektor industri makanan masih cukup tinggi. Sepanjang November 2014 hingga Maret 2015, tim pemasaran investasi BKPM mengidentifikasi adanya minat investasi industri makanan dan minuman dari Jepang, Korea Selatan dan Amerika Serikat senilai USD1,6 miliar.
Sementara jumlah minat investasi tersebut, di luar investor yang sudah mengajukan perizinan investasi di sektor ini sepanjang Januari-Februari 2015 senilai USD151 Juta.
Melalui berbagai kemudahan yang diberikan pemerintah, baik melalui layanan perizinan di Pelayanan Terpusat Satu Pintu (PTSP) Pusat maupun insentif investasi seiring revisi PP 52/2011 tentang Tax Allowance, BKPM optimistis realisasi investasi sektor industri makanan akan meningkat di masa mendatang.
Menurut data BKPM, sektor makanan dan minuman pada tahun lalu mencatat total realisasi investasi terbesar senilai Rp53,4 triliun atau sekitar USD4,5 miliar.
"Porsi ini mencakup 11,5% dari total penanaman modal asing dan dalam negeri tahun 2014. Jumlah realisasi investasi sektor makanan bahkan sedikit melebihi sektor pertambangan (tidak termasuk sektor hulu migas) yang selama ini memimpin," tuturnya.
(rna)