Budi Isman Raih Sukses Setelah Empat Kali DO
A
A
A
BERAKIT ke hulu berenang-renang ke tepian, bersakit dahulu senang kemudian. Peribahasa ini sepertinya cocok disematkan pada CEO Smartpreneur-Pro Indonesia Budi Satria Isman.
Siapa yang menyangka seorang Budi Isman sebelum mencapai puncak kesuksesan saat ini, pernah merasakan getirnya kehidupan lantaran berkali-kali dikeluarkan alias drop-out (DO) semasa kuliah.
Dalam acara Talkshow Gerakan Oneintwenty Movement dia mengatakan bahwa kisah hidupnya tidak semanis saat kini dirinya sudah menggapai puncak karier. Mantan Direktur Group Coca Cola Amatil Indonesia ini mengungkapkan, pada umur 16 tahun dirinya telah mengenyam dunia pendidikan tinggi.
"Karena kecepatan masuk kuliah, makanya saya sering di DO, terus saya nganggur lagi dan masuk akademi bahasa asing, abis itu DO juga," tuturnya di Balai Kartini, Jakarta, Senin (6/4/2015).
Setelah didepak dari akademi bahasa asing, dia tidak putus asa dan memutuskan untuk berkuliah di Universitas Indonesia (UI). Budi berkeinginan untuk membahagiakan kedua orang tuanya dengan masuk universitas yang kala itu menjadi tempat berkumpulnya para menteri di Indonesia.
"Saya pingin menghadiahkan orang tua, akhirnya saya masuk UI. Tapi beberapa tahun akhirnya DO juga. Jadi kira-kira saya pernah empat kali DO," sebut dia.
Setelah berkali-kali didepak dari berbagai perguruan tinggi, Budi pun memutuskan untuk terbang ke Negeri Paman Sam, Amerika Serikat (AS) berkat paksaan orang tuanya. Menurutnya, orang tua memintanya untuk kuliah di George Washington University, Washington DC, AS.
"Setelah memutuskan untuk pergi ke AS baru saya tahu apa tujuan hidup saya. Nilai IP saya kalau digabung cuma 1,2. Enggak ada universitas yang mau terima saya di Indonesia. Tapi karena saya pernah belajar marketing, saya akhirnya bisa yakinkan George Washington untuk menerima saya," kisah Budi.
Menurut dia, keberhasilannya meyakinkan George Washington University untuk menerima dirinya menjadi mahasiswa, lantaran Budi berhasil menjawab tantangan pihak kampus untuk mendapatkan nilai B+ untuk tiga mata kuliah di tahun pertama.
"Saya disuruh semester pertama untuk dapatkan nilai B+ kalau mau diterima. Akhirnya saya buktikan tiga mata kuliah saya dapat A," katanya.
Setelah menyelesaikan studinya, Budi kemudian merintis kariernya di berbagai perusahaan kenamaan di Indonesia. Pria kelahiran Jambi, 23 Maret 1962 ini pernah tercatat menjadi petinggi di berbagai perusahaan, seperti Sari Husada, Coca Cola Amatil Indonesia, dan perusahaan asal Perancis, Danone.
Budi ,emhaku berkeinginan untuk pensiun sebelum umur 45, namun saat pensiun dirinya harus mencapai karier profesional sampai puncak. Penggagas gerakan wirausaha nasional ini pun berhasil menggapai cita-citanya untuk pensiun saat kariernya telah mencapai puncak.
"Itu perjalanan yang saya lakukan, walaupun tidak gampang. Umur 41 saya sampai di puncak karier saya. Setelah itu saya berpikir harus lakukan suatu yang berbeda, khususnya pengembangan wirausaha. Makanya didirikanlah Yayasan Pro Indonesia dan Gerakan Oneintwenty," tandasnya.
Siapa yang menyangka seorang Budi Isman sebelum mencapai puncak kesuksesan saat ini, pernah merasakan getirnya kehidupan lantaran berkali-kali dikeluarkan alias drop-out (DO) semasa kuliah.
Dalam acara Talkshow Gerakan Oneintwenty Movement dia mengatakan bahwa kisah hidupnya tidak semanis saat kini dirinya sudah menggapai puncak karier. Mantan Direktur Group Coca Cola Amatil Indonesia ini mengungkapkan, pada umur 16 tahun dirinya telah mengenyam dunia pendidikan tinggi.
"Karena kecepatan masuk kuliah, makanya saya sering di DO, terus saya nganggur lagi dan masuk akademi bahasa asing, abis itu DO juga," tuturnya di Balai Kartini, Jakarta, Senin (6/4/2015).
Setelah didepak dari akademi bahasa asing, dia tidak putus asa dan memutuskan untuk berkuliah di Universitas Indonesia (UI). Budi berkeinginan untuk membahagiakan kedua orang tuanya dengan masuk universitas yang kala itu menjadi tempat berkumpulnya para menteri di Indonesia.
"Saya pingin menghadiahkan orang tua, akhirnya saya masuk UI. Tapi beberapa tahun akhirnya DO juga. Jadi kira-kira saya pernah empat kali DO," sebut dia.
Setelah berkali-kali didepak dari berbagai perguruan tinggi, Budi pun memutuskan untuk terbang ke Negeri Paman Sam, Amerika Serikat (AS) berkat paksaan orang tuanya. Menurutnya, orang tua memintanya untuk kuliah di George Washington University, Washington DC, AS.
"Setelah memutuskan untuk pergi ke AS baru saya tahu apa tujuan hidup saya. Nilai IP saya kalau digabung cuma 1,2. Enggak ada universitas yang mau terima saya di Indonesia. Tapi karena saya pernah belajar marketing, saya akhirnya bisa yakinkan George Washington untuk menerima saya," kisah Budi.
Menurut dia, keberhasilannya meyakinkan George Washington University untuk menerima dirinya menjadi mahasiswa, lantaran Budi berhasil menjawab tantangan pihak kampus untuk mendapatkan nilai B+ untuk tiga mata kuliah di tahun pertama.
"Saya disuruh semester pertama untuk dapatkan nilai B+ kalau mau diterima. Akhirnya saya buktikan tiga mata kuliah saya dapat A," katanya.
Setelah menyelesaikan studinya, Budi kemudian merintis kariernya di berbagai perusahaan kenamaan di Indonesia. Pria kelahiran Jambi, 23 Maret 1962 ini pernah tercatat menjadi petinggi di berbagai perusahaan, seperti Sari Husada, Coca Cola Amatil Indonesia, dan perusahaan asal Perancis, Danone.
Budi ,emhaku berkeinginan untuk pensiun sebelum umur 45, namun saat pensiun dirinya harus mencapai karier profesional sampai puncak. Penggagas gerakan wirausaha nasional ini pun berhasil menggapai cita-citanya untuk pensiun saat kariernya telah mencapai puncak.
"Itu perjalanan yang saya lakukan, walaupun tidak gampang. Umur 41 saya sampai di puncak karier saya. Setelah itu saya berpikir harus lakukan suatu yang berbeda, khususnya pengembangan wirausaha. Makanya didirikanlah Yayasan Pro Indonesia dan Gerakan Oneintwenty," tandasnya.
(izz)