BI Optimistis Neraca Perdagangan Akan Lebih Sehat
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memandang surplus neraca perdagangan pada Januari-Maret 2015, sesuai dengan perkiraan. BI optimistis neraca perdagangan ke depan akan lebih sehat.
"BI memperkirakan struktur neraca perdagangan Indonesia ke depan akan lebih sehat, sehingga semakin mendukung proses pemulihan keseimbangan eksternal," ujar Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Peter Jacobs, Rabu (15/4/2015).
Neraca perdagangan Indonesia pada periode Maret 2015 mencatat peningkatan surplus USD1,13 miliar dari surplus USD0,66 miliar dolar pada bulan sebelumnya.
"Pencapaian tersebut terutama ditopang oleh meningkatnya surplus pada neraca nonmigas, sementara neraca migas kembali mengalami defisit," terangnya.
Neraca perdagangan nonmigas tercatat surplus sebesar USD1,41 miliar, naik dibanding bulan sebelumnya yang mencatat surplus USD0,63 miliar.
Dia mengungkapkan, peningkatan surplus tersebut didorong oleh ekspor nonmigas yang meningkat 12,5% (mtm) menjadi USD11,72 miliar, terutama pada ekspor bahan bakar mineral (23,6%; mtm), lemak dan minyak hewan/nabati (9,0%; mtm), perhiasan/permata (24,2%; mtm), kayu dan barang dari kayu (33,3%; mtm), serta mesin/peralatan listrik (10,0%; mtm).
Namun, peningkatan kinerja neraca perdagangan nonmigas lebih lanjut tertahan meningkatnya impor nonmigas sebesar 5,3% (mtm) menjadi USD10,31 miliar. Terutama karena meningkatnya impor mesin dan peralatan mekanik, mesin, peralatan listrik, kendaraan bermotor dan bagiannya, kapal laut serta bangunan terapung.
Di sisi lain, neraca perdagangan migas mengalami defisit sebesar USD0,28 miliar, setelah pada bulan sebelumnya mencatat surplus sebesar USD0,03 miliar.
"Defisit neraca migas tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan impor migas yang dipicu oleh meningkatnya volume dan harga impor minyak mentah, serta hasil minyak," pungkas Peter.
(Baca: Mantan Menkeu Ingatkan RI Harus Hati-hati Impor Anjlok)
"BI memperkirakan struktur neraca perdagangan Indonesia ke depan akan lebih sehat, sehingga semakin mendukung proses pemulihan keseimbangan eksternal," ujar Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Peter Jacobs, Rabu (15/4/2015).
Neraca perdagangan Indonesia pada periode Maret 2015 mencatat peningkatan surplus USD1,13 miliar dari surplus USD0,66 miliar dolar pada bulan sebelumnya.
"Pencapaian tersebut terutama ditopang oleh meningkatnya surplus pada neraca nonmigas, sementara neraca migas kembali mengalami defisit," terangnya.
Neraca perdagangan nonmigas tercatat surplus sebesar USD1,41 miliar, naik dibanding bulan sebelumnya yang mencatat surplus USD0,63 miliar.
Dia mengungkapkan, peningkatan surplus tersebut didorong oleh ekspor nonmigas yang meningkat 12,5% (mtm) menjadi USD11,72 miliar, terutama pada ekspor bahan bakar mineral (23,6%; mtm), lemak dan minyak hewan/nabati (9,0%; mtm), perhiasan/permata (24,2%; mtm), kayu dan barang dari kayu (33,3%; mtm), serta mesin/peralatan listrik (10,0%; mtm).
Namun, peningkatan kinerja neraca perdagangan nonmigas lebih lanjut tertahan meningkatnya impor nonmigas sebesar 5,3% (mtm) menjadi USD10,31 miliar. Terutama karena meningkatnya impor mesin dan peralatan mekanik, mesin, peralatan listrik, kendaraan bermotor dan bagiannya, kapal laut serta bangunan terapung.
Di sisi lain, neraca perdagangan migas mengalami defisit sebesar USD0,28 miliar, setelah pada bulan sebelumnya mencatat surplus sebesar USD0,03 miliar.
"Defisit neraca migas tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan impor migas yang dipicu oleh meningkatnya volume dan harga impor minyak mentah, serta hasil minyak," pungkas Peter.
(Baca: Mantan Menkeu Ingatkan RI Harus Hati-hati Impor Anjlok)
(dmd)