Utang Jangka Panjang Dominasi ULN Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Tirta Segara mengungkapkan, berdasarkan jangka waktu asal, posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia didominasi ULN berjangka panjang atau sebesar 85,3% dari total ULN.
ULN berjangka panjang pada Februari 2015 tumbuh 9,8% (yoy). Angka itu lebih rendah dari pertumbuhan Januari 2015 yang tercatat sebesar 10,9% (yoy). Sementara, ULN berjangka pendek tumbuh 7,2% (yoy), juga lebih rendah dibanding pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 8,1% (yoy).
"Pada akhir Februari 2015, utang luar negeri berjangka panjang sektor publik mencapai USD131,3 miliar atau 97,5% dari total utang luar negeri sektor publik," papar dia, Sabtu (18/4/2015).
Sementara, ULN berjangka panjang sektor swasta sebesar USD123,7 miliar atau 75,4% dari total utang luar negeri swasta. Posisi utang luar negeri berjangka pendek mencapai USD43,8 miliar (14,7% dari total utang luar negeri).
Menurutnya, di sektor swasta, posisi ULN pada akhir Februari 2015 terutama terkonsentrasi pada sektor keuangan, industri pengolahan, pertambangan, serta listrik, gas and air bersih. "Pangsa utang luar negeri keempat sektor tersebut terhadap total utang luar negeri swasta masing-masing sebesar 29,4%, 20,0%, 16,1%, dan 11,7%," tuturnya.
Pada Februari 2015, ULN sektor listrik, gas dan air bersih tumbuh relatif stabil dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sedangkan ketiga sektor lainnya mengalami perlambatan.
"Bank Indonesia memandang perkembangan utang luar negeri masih cukup sehat, namun perlu terus diwaspadai risikonya terhadap perekonomian," tukasnya.
Ke depan, BI akan tetap memantau perkembangan utang luar negeri, khususnya sektor swasta. Hal ini dimaksudkan agar ULN dapat berperan secara optimal dalam mendukung pembiayaan pembangunan tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas makroekonomi.
ULN berjangka panjang pada Februari 2015 tumbuh 9,8% (yoy). Angka itu lebih rendah dari pertumbuhan Januari 2015 yang tercatat sebesar 10,9% (yoy). Sementara, ULN berjangka pendek tumbuh 7,2% (yoy), juga lebih rendah dibanding pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 8,1% (yoy).
"Pada akhir Februari 2015, utang luar negeri berjangka panjang sektor publik mencapai USD131,3 miliar atau 97,5% dari total utang luar negeri sektor publik," papar dia, Sabtu (18/4/2015).
Sementara, ULN berjangka panjang sektor swasta sebesar USD123,7 miliar atau 75,4% dari total utang luar negeri swasta. Posisi utang luar negeri berjangka pendek mencapai USD43,8 miliar (14,7% dari total utang luar negeri).
Menurutnya, di sektor swasta, posisi ULN pada akhir Februari 2015 terutama terkonsentrasi pada sektor keuangan, industri pengolahan, pertambangan, serta listrik, gas and air bersih. "Pangsa utang luar negeri keempat sektor tersebut terhadap total utang luar negeri swasta masing-masing sebesar 29,4%, 20,0%, 16,1%, dan 11,7%," tuturnya.
Pada Februari 2015, ULN sektor listrik, gas dan air bersih tumbuh relatif stabil dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sedangkan ketiga sektor lainnya mengalami perlambatan.
"Bank Indonesia memandang perkembangan utang luar negeri masih cukup sehat, namun perlu terus diwaspadai risikonya terhadap perekonomian," tukasnya.
Ke depan, BI akan tetap memantau perkembangan utang luar negeri, khususnya sektor swasta. Hal ini dimaksudkan agar ULN dapat berperan secara optimal dalam mendukung pembiayaan pembangunan tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas makroekonomi.
(izz)