Garap LRT, Adhi Karya Terbitkan Right Issue Rp2,7 T
Jum'at, 24 April 2015 - 13:40 WIB
Garap LRT, Adhi Karya Terbitkan Right Issue Rp2,7 T
A
A
A
JAKARTA - PT Adhi Karya (Persero) Tbk berencana menerbitkan saham baru (right issue) sebesar Rp2,7 triliun, yang dilakukan lewat Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp1,4 triliun dan estimasi dana dari publik sebesar Rp1,345 triliun.
Penerbitan right issue ini dilakukan lantaran perseroan didapuk untuk menggarap proyek kereta Light Rail Transit (LRT) di Jabodetabek.
Direktur Utama Adhi Karya Kiswodarmawan mengatakan, dalam pengajuan PMN awal kebutuhan ekuitas untuk transportasi massal sebesar Rp1,8 triliun dengan kebutuhan ekuitas untuk stasiun dan properti pendukungnya sebesar Rp852 miliar.
Namun, dengan diputuskannya pembangunan transportasi massal dengan moda LRT, maka ada sedikit perubahan kebutuhan ekuitas. Hal ini lantaran LRT yang menggunakan konsep Transit Oriented Development (TOD) membutuhkan anggaran yang lebih besar.
"Kami mengajukan diputuskan untuk moda LRT dengan konsep TOD ada sarana untuk parkir di setiap ujung stasiun. Teknologi LRT lebih terbuka sama dengan metro train. kalau monorel masih sempit. Peningkatan LRT sangat baik untuk daya tahan itu," tuturnya di gedung DPR, Jakarta, Jumat (24/4/2015).
Dia menyebutkan, kebutuhan ekuitas untuk pembangunan LRT saat ini menjadi Rp2,044 triliun dan untuk kebutuhan stasiun serta properti pendukung sebesar Rp701 miliar.
"Dengan perubahan kebutuhan ekuitas tersebut, kami tetap tidak mengubah total dana publik dan PMN. PMN digunakan untuk pendanaan ekuitas transportasi massal, dan dana publik digunakan untuk pendanaan ekuitas transportasi massal beserta stasiun dan pendukungnya," tandas Kiswodarmawan.
Penerbitan right issue ini dilakukan lantaran perseroan didapuk untuk menggarap proyek kereta Light Rail Transit (LRT) di Jabodetabek.
Direktur Utama Adhi Karya Kiswodarmawan mengatakan, dalam pengajuan PMN awal kebutuhan ekuitas untuk transportasi massal sebesar Rp1,8 triliun dengan kebutuhan ekuitas untuk stasiun dan properti pendukungnya sebesar Rp852 miliar.
Namun, dengan diputuskannya pembangunan transportasi massal dengan moda LRT, maka ada sedikit perubahan kebutuhan ekuitas. Hal ini lantaran LRT yang menggunakan konsep Transit Oriented Development (TOD) membutuhkan anggaran yang lebih besar.
"Kami mengajukan diputuskan untuk moda LRT dengan konsep TOD ada sarana untuk parkir di setiap ujung stasiun. Teknologi LRT lebih terbuka sama dengan metro train. kalau monorel masih sempit. Peningkatan LRT sangat baik untuk daya tahan itu," tuturnya di gedung DPR, Jakarta, Jumat (24/4/2015).
Dia menyebutkan, kebutuhan ekuitas untuk pembangunan LRT saat ini menjadi Rp2,044 triliun dan untuk kebutuhan stasiun serta properti pendukung sebesar Rp701 miliar.
"Dengan perubahan kebutuhan ekuitas tersebut, kami tetap tidak mengubah total dana publik dan PMN. PMN digunakan untuk pendanaan ekuitas transportasi massal, dan dana publik digunakan untuk pendanaan ekuitas transportasi massal beserta stasiun dan pendukungnya," tandas Kiswodarmawan.
(izz)
